Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 103 Apakah Kamu Pembunuhnya?

Yuliana Jian mengedipkan matanya, matanya seketika memerah, dia benar-benar tidak berharap Wirianto Leng berkaitan dengan kematian ayahnya, saat ini Wirianto Leng merupakan orang terdekatnya. Yuliana Jian ketakutan, namun dia tidak berani bertanya pada Wirianto Leng apakah dia telah melihat foto di dalam tasnya, dia hanya bisa berbaring di atas tempat tidur dan berpura-pura seolah tidak ada yang terjadi.

Dia tidak melihat apa-apa, dia tidak merasakan apa-apa, semuanya masih sama seperti sebelumnya, tidak ada yang berubah.

Yuliana Jian berbaring di atas tempat tidur dan menutup matanya, tetapi dia tidak bisa tidur. Dia mendengar suara ketik keyboard Wirianto Leng yang cepat, kemudian Wirianto Leng berjalan mendekatinya dan memeluknya dengan lembut. Tidak ada perbedaan dari pelukan sebelumnya, tetapi Yuliana Jian tidak bisa merasa nyaman saat berdekatan dengan Wirianto Leng, melainkan dia merasa sangat gelisah.

Namun dia tidak mendorong Wirianto Leng menjauh, Yuliana Jian hanya diam menunggunya, menunggu hingga napas Wirianto Leng terasa sangat berat dan sepertinya dia telah tertidur.

Yuliana Jian bangun dan pergi ke kamar mandi, menangis diam-diam dengan menutup mulutnya. Dia tidak tahu bagaimana cara berpura-pura tidak terjadi apapun, jika masalah lain ,dia pasti akan terus mendukung Wirianto Leng. Tetapi masalah ini berkaitan dengan kematian ayahnya, dia tidak bisa membohongi dirinya sendiri, dia tidak memiliki kepercayaan diri untuk memercayai Wirianto Leng namun juga tidak ingin terjadi hal yang tidak diharapkan.

Meskipun hanya satu dari sepuluh ribu persen kemungkinan Wirianto Leng yang melakukannya, dia tidak akan membiarkan dirinya tidur di samping pembunuh ayahnya.

Wirianto Leng yang sedang berbaring sendirian di atas tempat tidur dan sesekali terdengar tangisan dari dalam kamar mandi, dia membuka matanya, sama sekali tidak bisa tidur nyenyak. Dia mengerutkan kening, mengangkat tangannya, membelai dengan lembut tempat di mana Yuliana Jian tidur, dia merasa masih tersisa jejak suhu tubuh Yuliana Jian.

Tetapi suhu yang dia rasakan perlahan menghilang, ujung jari Wirianto Leng merasakan kesepian yang amat dalam pada malam hari. Wirianto Leng kembali memejamkan matanya ketika tangisan Yuliana Jian di dalam kamar mandi mulai berhenti. Yuliana Jian menyeka air matanya dan berbaring di atas tempat tidur kemudian kembali memejamkan matanya.

Yuliana Jian tidak tidur hingga pagi hari, dia bangun setelah Wirianto Leng sudah berangkat kerja. Meskipun dia tidak ingin melakukan ini, namun dia harus menyelidiki semuanya. Tidak hanya untuk ayahnya, melainkan juga untuk dirinya dan Wirianto Leng.

Yuliana Jian mengeluarkan foto-foto dari tasnya, kemudian mengeluarkan kaca pembesar dan berulang kali melihat foto Wirianto Leng dengan ayahnya. Setelah menyelidikinya sekali lagi, Yuliana Jian merasa aneh, meskipun pria di foto itu sama seperti Wirianto Leng, namun sosok orang itu tampaknya lebih kurus daripada Wirianto Leng. Namun Yuliana Jian merasa aneh bahkan asing ketika melihat foto pria itu.

Apakah ini bukan Wirianto Leng?

Yuliana Jian menarik napas dalam-dalam, ada sedikit kesenangan muncul di dalam hatinya. Setelah beberapa saat, dia buru-buru menggelengkan kepalanya dan berusaha setenang mungkin. Dia wajib berpikir logis, saat ini dia sepertinya sangat berharap pria di foto itu bukan Wirianto Leng sehingga dirinya bisa memiliki ilusi seperti itu. Yuliana Jian mendengus memandang ke luar jendela dan melihat Wirianto Leng sedang berjalan keluar dari Kediaman Leng dan menuju ke arah mobil.

Yuliana Jian segera mengeluarkan ponselnya dan mengambil foto Wirianto Leng dari sisi samping. Yuliana Jian mengambil foto itu dan berkali-kali membandingkan dengan hasil jepretannya, dia yakin bahwa pria di foto itu bukan Wirianto Leng. Meskipun kabur dan kecil, Yuliana Jian dapat membedakan bahwa pria dalam foto yang sangat mirip dengan Wirianto Leng bukanlah Wirianto Leng.

Yuliana Jian lemas dan hampir terjatuh ke lantai dengan memegang foto itu, dia merasa sangat gembira dan bersalah. Gembira karena pria di foto itu bukan Wirianto Leng, kematian ayahnya tidak ada kaitannya dengan Wirianto Leng. Bersalah karena dia hampir memperlakukan Wirianto Leng sebagai pembunuh ayahnya. Di hadapan kematian ayahnya, kepercayaan dirinya kepada Wirianto Leng menjadi lemah dan rapuh.

Tapi siapakah orang ini? Bagaimana mungkin ada orang yang begitu mirip dengan Wirianto Leng? Apakah seseorang sengaja melakukan operasi plastik agar terlihat seperti Wirianto Leng? Bagaimana mungkin ada orang yang menggunakan kematian ayahnya untuk menggoyahkan kepercayaan dirinya kepada Wirianto Leng?

Yuliana Jian mengerutkan kening, dia ingin segera menelepon Wirianto Leng. Tetapi setelah mengambil ponselnya,dia langsung meletakkannya kembali. Perencanaan ini tentu saja bukan hanya ingin membuat dirinya membenci Wirianto Leng. Tentunya mereka memiliki tujuan lain, saat ini dia tidak boleh panik, dia harus terus mengikuti rencana mereka untuk mendapatkan tujuan akhir mereka sekaligus menemukan orang-orang yang merencanakannya di balik semua ini. Pria itu adalah pembunuh asli yang membunuh ayahnya.

Untuk menyelidiki semua ini, dia adalah umpan terbaik!

Jika memberitahu Wirianto Leng, Wirianto Leng tidak akan menyetujuinya dan dia akan menyelidiki dengan sendiri. Tapi orang yang ingin membunuh ayahnya sedang menjebak dirinya agar menganggap Wirianto Leng sebagai pelaku, Yuliana Jian tidak bisa menahan keinginannya untuk menginvestigasi sendiri. Dia juga merasa Wirianto Leng aneh, jika bukan dia, dia seharusnya tahu bahwa seseorang sengaja menjebaknya setelah melihat foto, mengapa dia tidak mengatakan apapun? Apa yang dipikirkan oleh Wirianto Leng?

Situasi saat ini sangat kacau sehingga Yuliana Jian tidak dapat melihat dengan jelas semuanya, dia bingung sehingga mengerutkan keningnya dan menepuk dahinya. Namun suasana hati Yuliana Jian sudah jauh lebih tenang dibandingkan kemarin ketika dia melihat foto-foto tersebut, dia tidak bisa menebak apa yang ingin dilakukan Wirianto Leng, dia berusaha mencerna rencana apa yang akan dilakukan oleh orang tak dikenal itu.

Yuliana Jian tiba-tiba mengerutkan kening dan teringat pada Peggy He. Demi membuat dirinya lebih curiga kepada Wirianto Leng, orang itu pasti akan memulai dari Peggy He terlebih dahulu. Umpamanya dia tidak menemukan foto "Wirianto Leng" bersama ayahnya di foto itu kemudian membunuh Peggy He, sehingga dia mengalihkan perhatiannya pada foto itu. Jika dia menemukan "Wirianto Leng" di foto, maka pada saat Peggy He dalam keadaan berbahaya akan membuat dirinya curiga kepada Wirianto Leng dan menyangka bahwa Wirianto Leng adalah pelakuya.

Orang yang paling berbahaya saat ini adalah Peggy He!

Yuliana Jian segera mengambil telepon dan menelepon Peggy He, dia menenangkan emosinya dan bertanya: "Peggy He, kemarin aku menerima hadiahmu, aku sangat senang, sore ini aku akan traktir kamu nongkrong di cafe."

Peggy He langsung tertawa: "Benarkah? Aku diundang untuk pertama kalinya, gadis-gadis lain selalu mengabaikan diriku, aku tidak pernah nongkrong dengan siapa pun. Yuliana, Kamu benar-benar sahabatku. Kamu begitu baik sehingga aku mengizinkan kamu untuk tinggal lebih lama bersama Kak Wirianto. "

Yuliana Jian menarik napas dalam-dalam dan berbisik: "Kalau begitu kamu harus pulang ganti baju sekarang, jangan sendirian di luar, belakangan ini aku menonton berita yang mengatakan banyak terjadi penculikan. Kamu bukan orang biasa, bawalah beberapa pengawal untuk menjagamu, kamu harus hati-hati pada mobil lalu lalang saat sedang jalan kaki."

"Aku tidak ingin diikuti pengawal, betapa bebasnya sendirian. Lagian aku..." Tiba-tiba sambungan Peggy He terputus.

Yuliana Jian spontan berteriak: "Peggy! Peggy, ada apa denganmu ..."

Kemudian sinyalnya terputus, Yuliana Jian bergegas menguhubunginya kembali. Tetapi tidak bisa terhubung, Yuliana Jian segera menghubungi mitra bisnis yang dia kenal, meskipun Yuliana Jian belum mengenal Keluarga He, namun mereka pasti mengenal akrab dengan Keluarga He. Beberapa saat kemudian Yuliana Jian mendapatkan nomor ponsel ibunya Peggy He yaitu Nyonya He dan panggilan tersebut langsung tersambung.

Nyonya He tidak sama dengan Peggy He yang sifatnya emosian, dia tersenyum dan bertanya dengan lembut: "Halo, dengan siapa ini?"

Yuliana Jian buru-buru memberitahunya: "Nyonya He, namaku Yuliana Jian. Maaf telah mengganggumu, tadi ketika aku menelepon Peggy He, sambungannya tiba-tiba terputus, kemudian aku mencoba menghubunginya kembali tetapi tidak berhasil tersambung, aku takut sesuatu terjadi padanya. Nyonya He, tolong menyuruh orang untuk mencarinya! "

Nyonya He segera panik: "Kalau begitu aku akan meneleponnya dulu..."

Nyonya He mengakhiri sambungannya, Yuliana Jian mengerutkan kening dan menggenggam ponselnya dengan erat. Dia dan Peggy He tidak terlalu akrab, persahabatan diantara mereka merupakan keinginan dari Peggy He sendiri. Tetapi Yuliana Jian tidak ingin melibatkan Peggy He dalam perselisihan yang disebabkan olehnya, tidak peduli apakah seseorang ingin mempergunakannya atau menjebaknya, Peggy He tidak bersalah sehingga dia tidak seharusnya mengalami kejadian apapun yang akan membahayakan dirinya sendiri.

Nyonya He buru-buru menghubunginya kembali dengan suara terisak-isak: "Aku juga tidak bisa menghubunginya, bagaimana ini?"

"Nyonya He, segera beritahu suamimu dan keluargamu, kemudian lapor kepada polisi untuk mendeteksi lokasinya melalui jaringan ponselnya. Apakah mobilnya dilengkapi GPS? Apakah ada pengawal yang mengikutinya? Kita harus menemukannya!"Yuliana Jian buru-buru memberitahunya.

Nyonya He langsung menjawab: "Baik, aku akan memberitahu keluargaku."

Setelah sambungan mereka terputus, Yuliana Jian tidak bisa menunggu lagi, dia segera berjalan keluar dari Kediaman Leng dan melajukan mobilnya disepanjang jalan untuk mencarinya. Dia mencari dengan panik, muncul perasaan seperti sedang mencari ayahnya. Dia takut, takut akan kehilangan sebuah nyawa lagi akibat dirinya. Jika ada seseorang yang ingin menjebaknya, maka dirinya bisa dikatakan sebagai penyebab kematian ayahnya.

Bagaimana mungkin dirinya mengorbankan sebuah nyawa lagi?

Yuliana Jian mengendarai mobilnya selama beberapa jam sebelum Nyonya He meneleponnya. Yuliana Jian memarkir mobilnya di pinggir jalan dan melihat ada panggilan telepon yang masuk, dia mendadak tidak berani mengangkat panggilan telepon itu karena dia tidak ingin mendengar kabar buruk lagi.

Setelah ragu-ragu beberapa saat, Yuliana Jian mengangkat dan bertanya dengan sedikit gemetaran: "Halo, Nyonya He, Peggy He ..."

"Aku sudah menemukan Peggy He, dia ditabrak oleh mobil yang tiba-tiba melaju melewatinya, dirinya mengalami luka ringan." Nyonya He tersenyum: "Bersyukur hanya luka ringan, terima kasih telah memberi perhatian pada Peggy."

Kemudian ponselnya tiba-tiba diambil oleh Peggy He. Dia tertawa: "Yuliana, kamu tidak tahu betapa hebatnya diriku, aku memutar badanku dan terhindar dari kebahayaan. Tapi, mobil itu benar-benar terlihat seperti orang gila yang mendekati diriku! Jika kamu tidak meneleponku sehingga aku sempat berdiri diam dan melihat ke sekeliling, kemungkinan aku bisa ditabrak! "

"Syukurlah kamu baik-baik saja..." Yuliana Jian menangis terharu.

Syukur ... Syukur bahwa Peggy bisa selamat! Dia masih hidup, ini adalah kabar baik!

Novel Terkait

Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu