Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 362 IQ yang Melemah

Yuliana tertawa dan berkata: "Begitu kepikiran Melly melihatku menghadiahkan sebuah buku geografi yang isinya bahasa inggris semua, aku pun tidak bisa menahan tawa. Kamu coba bayangkan ekspresinya nanti....."

Wirianto melihat Yuliana yang tertawa seperti seorang anak kecil: "Aku merasa kata-kataku tadi yang mengatakan kamu sekarang semakin mirip seorang ibu seharusnya bisa ditarik kembali."

Yuliana segera menggelengkan kepalanya dan melihat Wirianto: "Jangan ditarik kembali, jangan ditarik kembali, kamu jangan keterlaluan. Aku hanya bermaksud ingin mengerjai dua anak kecil itu saja, kamu langsung mau menarik kembali jabatanku sebagai seorang orang tua, benar-benar keterlaluan."

Berkata sampai sini, Yuliana memiringkan kepalanya dan tertawa: "Kamu benar-benar merasa rencanaku ini terlalu keterlaluan? Apakah setelah aku mengerjai mereka seperti ini, mereka akan marah?"

Wirianto tertawa dan menggelengkan kepalanya: "Mengerjai mereka juga bagus, agar mereka merasakan rasanya tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan, dengan begitu, mungkin mereka akan lebih menghargai kehidupan."

Yuliana tersenyum dan mengangguk, menunjuk Wirianto dan berkata: "Cara berpikirmu ini benar-benar sangat bagus, cara berpikirmu ini memberikanku alasan kuat untuk mengerjai mereka, benar, aku ini tidak sedang mengerjai mereka, aku sedang melatih mereka, benar, kan?"

Wirianto terdiam sejenak, seperti ingin mengatakan sesuatu tapi tidak jadi, kemudian dia tertawa: "Benar....."

Yuliana juga ikut tertawa: "Sekarang aku merasa bagus juga punya anak, setidaknya sudah ada orang yang bisa dikerjai, kalau tidak punya anak, maka tidak ada orang yang bsa dikerjai, kalau begitu hidup ini akan terasa sedikit membosankan."

Berbicara sampai sini, Yuliana tiba-tiba terdiam, kemudian dengan serius mengoreksi perkataannya, dia segera menggelengkan kepala dan berkata: "Bukan.....Bukan, bukan orang yang dikerjai, tapi orang yang diajari."

Ketika Wirianto dan Yuliana sampai ke rumah, di saat Melly dan Malvin mendapatkan hadiah yang sama sekali berbeda dengan perkiraan mereka, mereka pun memasang wajah cemberut, Melly mengerutkan kening melihat Yuliana: "Ibu, ini apa? Digunakan untuk mengalas meja? Aku sama sekali tidak menginginkan buku ini."

Malvin juga mengerutkan kening, melihat hadiah di tangan Melly, kemudian membandingkan hadiah di tangannya, dia segera berkata: "Melly, kita tukaran."

Mendengar kata-kata Malvin, Melly baru menyadari kalau hadiahnya dan Malvin ditukar, maka pas dengan keinginan mereka. Melly pun langsung tertawa berseri-seri dan menukar hadiahnya dengan hadiah Malvin, kemudian dengan senang hati berlari ke atas. Melihat kedua orang yang mendapatkan keinginan mereka, Yuliana langsung mengerutkan kening, dengan suara kecil menggumam: "Apa ini? Kenapa tidak sesuai rencanaku?"

Wirianto yang saat ini berdiri di samping Yuliana pun tertawa, Yuliana langsung berpaling melihat Wirianto, mengerutkan keningnya dan bertanya: "Kamu kenapa tertawa? Kamu......"

Yuliana terdiam sejenak, dengan kening yang tetap berkerut, dia berkata: "Oh.....Kamu dari awal sudah memperkirakan hal ini, kan?"

Wirianto tertawa dan menggelengkan kepala: "Aku mana mungkin bisa memperkirakan hal ini? Aku mana mungkin sepintar itu?"

Yuliana mengerutkan keningnya, dengan teliti mengamati Wirianto, kemudian dia segera berkata: "Tidak, kamu pasti sudah bisa menebak hal ini, kamu mana mungkin tidak tahu? Aku ingat, sebelumnya di pesawat, kamu seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi kemudian kamu tahan, katakan, apakah kamu ingin mengatakan hal ini?"

Berbicara sampai sini, Yuliana pun menyipitkan matanya melihat Wirianto kemudian berkata dengan suara kecil: "Wirianto Leng...... Kamu katakan sejujurnya, apakah kamu dari awal sudah memperkirakan hal ini? Katakan......Cepat katakan........"

Wirianto tertawa melihat Yuliana dan menggelengkan kepala: "Aku hanya merasa aneh, kenapa kamu bisa tidak memikirkan hal ini. Kamu membelikan hadiah yang mereka berdua sukai tapi kamu tukar, kalau begitu bukannya mereka tinggal bertukar hadiah saja? Hal ini masih perlu dipikirkan sampai seteliti itu?"

Yuliana mengerutkan kening melihat Wirianto, kemudian mengerutkan hidungnya dan berkata dengan suara kecil: "Kamu sekarang sedang menertawai aku bodoh?"

Wirianto menggelengkan kepalanya: "Kamu jangan berpikir kebanyakan, aku hanya berkata ada beberapa hal tidak kamu pikirkan."

Yuliana cemberut, kemudian menggelengkan kepala berkata: "Tidak, kamu memang sedang menertawaiku bodoh, Wirianto Leng, kamu berani-beraninya menertawaiku, lihat aku......."

Wirianto mengulurkan tangan mengelus rambut Yuliana, kemudian bertanya: "Lihat kamu apa?"

Yuliana mengerutkan kening, bibirnya cemberut, dia mendengus kemudian mendongak mengecup bibir Wirianto dan berkata: "Lihat aku bagaimana menutup mulutmu, tidak membolehkanmu bernafas......."

Wirianto sambil tersenyum dan menerima kecupan Yuliana ini, kemudian dia mengulurkan tangan merangkul pinggang Yuliana dan berkata: "Hukuman seperti ini, kamu beri berapapun boleh. Kamu seperti ini bukannya sedang memaksaku sengaja menertawaimu?"

Yuliana tertawa dan merangkul lengan Wirianto, berkata dengan suara kecil: "Kamu ingin tertawa ya tertawa saja, lagipula aku sudah melakukan banyak kebodohan di depanmu, lagipula apakah kamu tidak tahu pepatah 'hamil sekali bodoh 3 tahun'? Aku sebagai ibu yang baru saja melahirkan, kamu seharusnya mentoleransi IQ-ku yang melemah, tahu tidak?"

Wirianto tersenyum dan mengangguk: "Sebelumnya aku tidak begitu mengerti kondisi seperti ini, tapi sekarang sudah tahu, aku pasti akan mentoleransimu."

Yuliana tertawa dan menghela nafas panjang, kemudian mengangguk menyetujui kata-kata Wirianto: "Bagus, melihatmu begitu perhatian padaku, bagaimana kalau aku memasak untukmu?"

Wirianto bertanya: "Masak apa?"

Yuliana tersenyum berseri-seri: "Kentang panggang!"

Kemudian Yuliana pun berbalik, tertawa melihat Wirianto. Wirianto mengangguk dan berkata: "Baik, begitu mendengar nama masakan ini, aku langsung tahu ini masakan yang sangat enak."

Yuliana tertawa: "Tidak hanya enak, tapi juga memiliki asal muasal yang sangat berarti, asalnya dari sebuah cerita yang sangat mengharukan. Ada seorang lelaki yang sangat menyukai seorang perempuan, jelas-jelas dia adalah lelaki yang seperti pangeran, namun dia bersedia melakukan hal-hal yang sangat rendahan demi perempuan itu, misalnya memanggang kentang, menggali kerang. Sekarang sudah tidak banyak orang yang menganggap lelaki itu sebagai seorang pangeran, orang-orang mengira dia adalah seorang petani profesional."

Wirianto tertawa mendengar ejekan Yuliana, kemudian dia berkata dengan suara kecil: "Tapi lelaki bak pangeran itu sebenarnya lebih ingin menjadi seorang petani, tidak ingin menjadi seorang pangeran. Perempuan itu mengira dia telah mengubah pangeran itu, tapi dia tidak tahu, dia hanya membantu pangeran itu menjadi sosok yang paling dia inginkan."

Mendengar kata-kata Wirianto, Yuliana langsung tertawa berseri-seri: "Kalau begitu, perempuan ini telah menyelamatkan pangeran itu?"

Wirianto mengangguk: "Tentu saja, ini barulah cerita yang lengkap."

Yuliana pun refleks mendekati dan memeluk erat Wirianto.

Novel Terkait

Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu