Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 165 Bunuh Saja Dia

Nyonya Tua Leng mengerutkan kening pada Wirianto Leng dan berbisik, "Aku akan menunggu dan melihat."

Wirianto Leng mengangkat ujung bibirnya dan perlahan tersenyum. Pada saat ini, teleponnya tiba-tiba berdering. Setelah Wirianto Leng mengangkat telepon, dia tertawa pelan kepada penelepon:"Bukankah aku sudah katakan pada kamu tidak perlu meneleponku lagi? Kamu ingin membunuh mereka, silahkan bunuh. Jika kamu tidak berani bunuh, maka biarkan dia pergi, dan kamu segera pergi. Orang-orang aku sedang ke sana, mereka hanya menerima satu perintah untuk membunuhmu."

Setelah itu, Wirianto Leng menutup telepon. Lalu dia berbalik, menatap keluarga Leng berantakan, membentak dengan dingin: "Jangan bergerak-gerak lagi, tidak ada apa-apa sekarang, siapkan makanan. Nenek dan aku belum makan malam."

Pelayan segera berdiri di sana, dengan hati-hati menatap wajah Wirianto Leng, kemudian memandang Nyonya Tua Leng yang mengambil napas dalam-dalam dan berkata pelan:"Semua dengarkan pengaturan Tuan Muda."

Nyonya Tua Leng selesai berbicara dan kembali ke kamarnya. Wirianto Leng berjalan ke samping meja makan panjang dan berkata dengan dingin,:”Masih bengong apa? Kalian kuberikan wktu setengah jam, jika tidak ada makanan di atas meja, kalian pergi semua."

Para pelayan yang mendengar kata-kata Wirianto Leng segera melarikan diri. Meskipun Wirianto Leng sangat dingin sifatnya, tetapi dia jarang mengatur rumah Leng, para pelayan kebanyakan takut pada Nyonya Tua Leng. Mereka sudah lama berada di rumah, dan mereka bisa tahu, meskipun Tuan Muda yang dingin ini terlihat acuh tak acuh, tetapi dia bukan orang yang suka membuat masalah untuk pelayan, dan jarang menyalahkan pelayan. Para pelayan ini lebih nyaman dalam menghadapi Wirianto Leng.

Hanya saja meskipun Cindy Gu reseh dan sombong, dia adalah istri Wirianto Leng. Cindy Gu diculik, dan Wirianto Leng tidak peduli, bahkan bersiap untuk makan. Ini membuat para pelayan merasakan hawa dingin dari lubuk hati mereka, dan tidak berani menunda, mereka dengan cepat membuat beberapa piring kecil dengan nasi putih dan menyajikannya di meja makan.

Wirianto Leng mengambil piring dan makan perlahan. August Leng juga berjalan ke bawah dan tersenyum kepada Wirianto Leng: "Saudaraku, kamu benar-benar tenang, tidakkah kamu perduli dengan kakak iparku yang diculik?"

Wirianto Leng berkata sambil tersenyum, "Kamu bisa menyelamatkannya dengan menyerahkan saham bagianmu, mungkin kamu bisa menyelamatkannya."

August Leng cemberut, duduk di seberang Wirianto Leng, dan berkata sambil tersenyum, "Beri aku semangkuk nasi."

Pelayan segera mengisi mangkuk nasi dan mengantarna ke hadapan August Leng, August Leng mengambil sumpit kemudian dijulurkan ke depan Wirianto Leng, bersiap untuk mengambil sayur. Wirianto Leng segera mengangkat tangannya untuk menghentikannya, tersenyum dan berkata, "Aku tidak suka berbagi makanan dengan yang lain, silahkan pesan beberapa hidangan lagi."

August Leng menyentakkan sudut bibirnya dan berbalik melihat pelayan yang berdiri di sampingnya: “Berikan aku satu pake makanan yang sama degnan Tuan Muda punya."

Setelah August Leng selesai berbicara, dia mengerutkan kening pada Wirianto Leng, lalu berbisik dan berkata, "Tahukah kamu? Nyonya Leng pergi menemui Yuliana Jian hari ini."

Wirianto Leng menunduk dan bertanya pada nada dingin: "Jadi, apakah Yuliana Jian sudah mati?"

August Leng menatap Wirianto Leng, bahkan di wajah Wirianto Leng tidak terlihat ekspresi khusus, seolah-olah ini hanya hal biasa. August Leng mengerutkan kening, dan berkata pelan:"Mati."

"Oh ..." Wirianto Leng mengangguk, menyuapi nasi putih dan mengunyah perlahan.

August Leng tidak bisa memahami pikiran Wirianto Leng sama sekali. Dia menatap Wirianto Leng yang sedang makan dan merasakan kedinginan. Apa yang dipikirkan Wirianto Leng? August Leng tidak bisa menebak sama sekali.

Pada saat ini, pintu rumah yang dingin itu tiba-tiba terbuka. Beberapa pria mengantar seorang wanita yang ternodai darah masuk ke rumah, wanita itu berlumuran darah dan gemetaran. Hanya ketika dia berjalan ke ruang tamu barulah ada orang yang mengenalinya sebagai Cindy Gu.

"Nyonya...Muda…" Walaupun para pelayan di rumah Leng terbiasa melihat kejadian besar, tetap saja panik ketika melihat Cindy Gu seperti itu.

Wirianto Leng menoleh untuk melihat Cindy Gu, dan mengangguk dengan lembut: "Jika sudah kembali, mari kita makan bersama. Siapkan sepasang peralatan makan untuk Nyonya Muda ..."

Cindy Gu tampaknya shock. Dia dengan kebingungan diapit oleh dua pria kulit hitam ke samping meja makan, dia tidak punya kekuatan untuk memeluk Wibowo Leng. Cindy Gu didorong duduk di kursi di sebelah meja makan, Cindy Gu masih gemetar tak terkendali. Wibowo Leng juga duduk di sampingnya dengan bengong, sepertinya tidak punya kekuatan untuk menangis lagi.

Setelah beberapa saat, Cindy Gu berteriak keras: "Mati ... Mati ... semua mati, begitu banyak orang mati ... Seluruh tubuhku penuh darah, mereka juga ingin membunuh aku ..."

Setelah Cindy Gu mulai menangis, Wibowo Leng di sampingnya juga ikut menangis. Wirianto Leng menoleh, memandang Cindy Gu, dan berkata dengan suara dingin: "Tidak bicara saat makan dan tidur, sebagai wanita terpelajar, kamu seharusnya mengerti aturan makan, jangan bicara lagi.”

Cindy Gu berkedut matanya dan memelototi Wirianto Leng, melihat Wirianto Leng mengambil sumpit dan terus makan. Cindy Gu melirik gaunnya yang berlumuran darah, meskipun ini bukan darah Cindy Gu, tetapi kejadian cipratan darah tadi masih tetap dalam ingatan Cindy Gu dan dia tidak berani terus bersuara. Ketika Wibowo Leng tidak bisa menahan tangisnya, Cindy Gu segera mengangkat tangannya untuk menutupi mulut Wibowo Leng.

Tangan Cindy Gu terasa dingin dan bergetar, dia merasakan kengerian keluarga Leng untuk pertama kalinya sejak bergabung dengan keluarga Leng. Terutama Wirianto Leng, apakah dia benar-benar manusia? Bagaimana mungkin bisa berdarah dingin seperti ini, seolah-olah tidak punya perasaaan sama sekali.

Cindy Gu mengambil napas dalam-dalam dan segera mengambil mangkuk dan memasukkan nasi ke mulut. Setelah makan beberapa suap nasi dengan cepat, ketika Cindy Gu mulutnya penuh dengan makanan, dia segera menutup mulutnya untuk mencegah dirinya muntah.

Wirianto Leng tertawa kecil, mengangkat tangannya dan dijulurkan ke arah Cindy Gu. Cindy Gu buru-buru ingin menghindarinya, tetapi Wirianto Leng sedikit mengernyit, membuat Cindy Gu tidak berani bergerak lagi dan hanya diam di tempat. Wirianto Leng mengangkat tangannya, mencubit butiran beras di ujung bibir Cindy Gu dan mengambilnya. Butir beras putih ternodai oleh darah.

Wirianto Leng tersenyum dan berkata, "Mengapa cara makan seperti anak kecil, hah?"

Cindy Gu menghela nafas dan tersedak dengan air mata: "Aku, aku tidak sengaja, tidak ... jangan bunuh aku, jangan bunuh aku ..."

“Kamu lelah, kembalilah ke kamarmu dan istirahatlah lebih awal.” Wirianto Leng mengambil peralatan makan lagi, dengan nada berat memerintahkan: “Papah Nyonya Muda kembali ke kamar.”

Cindy Gu segera diangkat dan membawa kamar dia dan Wirianto Leng. Wirianto Leng masih duduk di tempat yang sama, menghabiskan semangkuk nasi sebelum dia pergi. August Leng mengerutkan kening melihat punggung Wirianto Leng dan menyipitkan matanya, kedua tangannya yang disembunyikan di bawah meja juga sedikit gemetaran.

Setelah Wirianto Leng kembali ke kamar, Cindy Gu sudah mandi dan dia memeluk Wibowo Leng diam di pojok. Wirianto Leng berjalan mendekat, perlahan membungkuk dan bertanya dengan suara rendah: "Tidak mudah kan untuk menjadi Nyonya Muda keluarga Leng?"

Cindy Gu tersedak dengan air mata dan berkata, "Tolong, tolong biarkan aku pergi. aku tidak ingin menjadi Nyonya Muda lagi, aku ingin tetap hidup, aku tidak ingin diculik lagi. Tolong, tolong biarkan aku pergi ... "

“Menyerahkan kemewahan dan kemulianan begitu saja?” Wirianto Leng bertanya dengan suara rendah.

Cindy Gu menggelengkan kepalanya: "Aku tidak mau apa-apa, biarkan aku pergi."

Wirianto Leng menyipitkan matanya pada Cindy Gu dan berkata dengan suara yang dalam: "Ya, tidak salahkan kamu karena takut. Karena semua orang ingin bertahan hidup, tetapi mengapa bisa ...bisa ada orang yang mencari mati? Lebih baik mati bersama, juga tidak bersedia bersembunyi di belakangku dan menungguku meraih kemenangan dengan tenang? "

Cindy Gu tentu saja tidak tahu siapa yang dibicarakan Wirianto Leng, dia hanya tahu bahwa tidak peduli siapa yang dibicarakan Wirianto Leng, itu pasti orang paling bodoh di dunia. Bagaimana orang bisa mati? Jika sudah mati, siapa lagi yang akan memakai perhiasan indah itu? Bukankah pakaian-pakaian indah menjadi sia-sia? Dia tidak boleh mati, dia masih ingin menikmati hidup.

"Jika kamu benar-benar ingin pergi, maka aku tidak akan menghentikanmu. Tetapi kamu harus memahami bahwa jika kamu benar-benar pergi, kamu benar-benar tidak menginginkan apa pun, kamu tidak akan pernah bisa menjalani hidup seperti sekarang." Wirianto Leng menundukkan kepalanya dan berkata sambil tersenyum.

Cindy Gu menggigil, akhirnya ada getaran di matanya: "Aku ... aku tidak bisa hidup seperti sekarang?"

Wirianto Leng mengangguk dengan lembut, "Kamu bukan lagi Nyonya Muda dari keluarga Leng, tidak ada yang akan menghormatimu dan mengalah kepadamu. Orang-orang yang telah diinjak-injak olehmu akan berbalik menginjakmu. Bisakah kamu menerimanya?"

Cindy Gu mengendus-endus hidungnya, memikirkan kelak dia akan disuruh-suruh oleh Leny Liu, dia mulai ragu. Mengapa tidak bisa menjadi Nyonya Muda Leng yang hanya menikmati kesenangan? Mengapa disertai bahaya? Kenapa dia harus ikut bertanggung jawab? Apakah dunia ini benar-benar tidak adil?

Tidak, tidak ada cara untuk melakukannya.

Cindy Gu mengangkat kepala melihat Wirianto Leng, berkata dengan panic:”Bukankah masih ada Yuliana Jian dan putrinya. Wirianto, kamu boleh sering jenguk mereka, kelak jika ada orang yang ingin mengancammu, mereka akan mempersulit mereka. Aku akan aman, Wirianto, aku tidak keberatan. Aku tahu kamu demi kebaikanku, kamu boleh sering jenguk mereka, bahkan tidak masalah jika ingin menjemput mereka pulang. Yang penting jangan melahirkan putra dengan Yuliana Jian saja. Tidak, lahirkan putra juga tidak masalah, toh anakku Wibowo adalah anak sulung, kelak harta warisan akan diberikan padanya. Aku akan menjadi istri orang kaya yang tidak dicintai dan menjaga semua etika dan yang menikmati hidup, bolehkah?”

“Ha……” Wirianto Leng menatap Cindy Gu, tersenyum perlahan:”Ha ha……”

Wirianto Leng tidak pernah tertawa sekeras ini, Cindy Gu ikut tertawa ketika melihat Wirianto Leng tertawa:”Ha ha ha……bukankah sangat bagus, kelak Yuliana Jian dan putrinya yang akan sial. Kenapa aku tidak pernah memikirkannya, aku bisa mencari pengganti. Kemudian aku akan aman, tidak ada orang yang akan mencari masalah denganku, betul?”

Novel Terkait

Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu