Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 29 Aku Menyukainya

Yuliana menatap August, kemudian mengerutkan dahi: "Ini sepertinya tidak ada hubungannya denganmu, August lebih baik kamu mempedulikan dirimu sendiri, jangan ikut campur urusan orang lain."

Selesai bicara, Yuliana pun berbalik dan masuk ke dalam rumah. August melipat tangannya, dan melihat ke arah bayangan tubuh Yuliana, dan sebuah senyum merekah di bibir, kemudian berbisik dengan suara lirih: "Masih tetap pedas."

Saat Yuliana berjalan ke arah kamar Wirianto dari ruang tamu, Tania Sui baru saja berjalan turun, dia menatap Yuliana dan berkata sambil tersenyum: "Aduh, bukankah ini si ibu hamil? Akhirnya keluar kamar juga ya? Sudah berani bertemu orang ya?"

Yuliana tidak ada hati untuk berseteru dengan Tania Sui, dia hanya tersenyum tipis, dan melewati Tania Sui begitu saja. Tania Sui melotot ke arah Yuliana, dan dengan suara dingin berbisik: "Sungguh tidak punya sopan santun, berada di sisi Wirianto yang berhati dingin itu sungguh serasi, untung saja August kami tidak akan mungkin mencari seorang wanita tak punya sopan santun seperti itu sebagai menantuku."

Setelah Yuliana sampai di kamar, barulah dia menghela nafas panjang. Yuliana mengernyitkan dahi, dia juga tidak tahu mengapa? Saat mendengar August berkata bahwa Keluarga Leng sedang mempersiapka sebuah pesta, tapi dia tidak mengetahuinya sama sekali, dia merasa sangat sangat marah. Kemarahan ini sungguh tidak berdasar, Yuliana tahu bahwa pesta tentang kepulihan Wirianto itu pun tidak harus dia ketahui, dia sama sekali tidak berhak untuk merasa marah.

Meskipun tahu bahwa dia tidak layak untuk marah sekali pun, tapi Yuliana tidak bisa mengendalikan emosinya sendiri, terkadang perasaan tidak bisa dikendalikan begitu saja oleh akal sehat.

Mungkin juga karena sekarang dia sedang dalam keadaan hamil, setelah mendapat stimuli, membuat emosi nya bergejolak tidak menentu. Mungkin juga karena anak yang ada di dalam kandungannya, membuatnya merasa seperti ada suatu ikatan dengan Wirianto. Mungkin juga karena dia dan Wirianto sudah bersama dalam waktu yang begitu lama, berhadapan selama beberapa bulan, tapi Wirianto sama sekali tidak pernah menyinggung sedikit pun tentang pesta itu, membuatnya merasa seperti tidak kasat mata.

Kesimpulannya, Yuliana merasa hatinya begitu marah, hingga dia merasa seperti korban. Karena mengundang begitu banyak orang, Keluarga Jian juga kemungkinan besar ada di dalam daftar undangan tersebut, ini juga bukan rahasia, mengapa Wirianto tidak bisa memberitahunya lebih dulu? Jangan-jangan Wirianto sungguh menganggapnya transparan? Jangan-jangan dia harus menunggu sampai Keluarga Jian menerima undangan, barulah dia tahu bahwa Wirianto yang tinggal bersama dengannya akan mengadakan sebuah pesta?

Yuliana berjalan ke sisi kasur, dan mendongakan kepala, melihat Wirianto yang duduk dengan tenang sambil bekerja. Dia mencibirkan bibir dengan kuat, dan berbaring di atas kasur, lalu memejamkan mata. Tapi begitu matanya terpejam, Yuliana pun membayangkan dia menunggu sampai Keluarga Leng mengadakan sebuah pesta, barulah pada saat terakhir dia dengan bodohnya mendengar tentang kabar itu, dan dia pun segera membuka matanya lagi.

"Mmm..... itu, aku, aku barusan bertemu dengan August." Yuliana tidak tahan dan bersuara dengan pelan, sambil menatap ke arah Wirianto.

Jari Wirianto serentak berhenti menari di atas keyboard, dan dia menatap Yuliana: "Dia bilang apa?"

Yuliana mencibirkan bibir: "Dia bilang kamu sedang merencanakan sebuah pesta, aku ingin tahu...."

"Keluarga Jian ada di daftar tamu undangan, aku sudah mengirim surat undangan ke kantormu. Besok seharusnya sekretaris mu akan meneleponmu, kamu bisa mencari waktu untuk memilih gaun pesta. Tentu lebih baik kamu tidak datang ke acara pesta kali ini, jika tidak kamu harus menjelaskan kepada semua orang tentang perutmu yang membesar." Setelah mengatakannya, Wirianto mengambil segelas teh yang ada di sampingnya dan menyeruputnya.

Yuliana terbelalak, dan berkata pelan: "Tapi aku ada di depanmu, aku dan kamu ada di dalam ruangan yang sama, kamu bisa saja langsung mengatakannya kepadaku."

Wirianto menatap Yuliana, dan berkata dengan dingin: "Oh, ternyata kamu juga ada di dalam kamarku?"

Perkataan itu sungguh jahat! Dia sungguh tidak menganggapnya ada!

Yuliana mengerutkan dahi, bangkit berdiri dari kasur, dan berjalan ke samping Wirianto, dia mengambil nafas dalam-dalam, dan berkata: "Wirianto, aku sangat kagum kepadamu, kamu sungguh hebat. Aku juga sangat takut kepadamu, karena sekarang kamu adalah Keluarga Leng yang mempunyai kekuasaan setara dengan Nyonya Tua Leng, kamu bisa mengangkat tanganmu saja untuk membunuhku. Aku juga tahu perselisihan denganmu tidak akan berakhir baik untukku. Tapi sekarang ini mungkin aku sudah gila, aku sangat ingin berkata kepadamu, bisakah kamu menghormatiku sedikit? Bisakah menganggapku ini sebagai manusia?"

Wirianto menatap Yuliana: "Hanya sebuah mesin reproduksi, ingin aku menganggapmu sebagai manusia? Apa kamu menganggap dirimu manusia?"

Bibir Yuliana agak bergetar, kemudian dia menatap Wirianto, dan tertawa tak berdaya, lalu melanjutkan berkata: "Kalau kamu berada di posisiku, kamu akan melakukan apa? Wirianto anda berada di atas sana, karena kamu memiliki segalanya. Karena uang aku melahirkan anakmu, tapi bukankah kamu juga menggunakan uang, menyuruh seorang perempuan untuk melahirkan anakmu? Kamu adalah pembeli, dan aku penjualnya. Kita ini sama-sama pengusaha, di dunia bisnis, pembeli dan penjual juga akan di bedakan tinggi rendah mulia busuk nya kah? Atas dasar apa kamu menremehkanku?"

Sesampainya di sini, Yuliana kembali menghembuskan nafas dengan tak berdaya, dan kembali berkata: "Atas dasar apa kalian meremehkanku?"

Wirianto menatap Yuliana, dan berkata dengan pelan: "Jika ingin aku tidak meremehkanmu, sekarang juga lakukan aborsi."

Yuliana terbelalak menatap Wirianto: "Aku tidak akan melakukannya, ini adalah anakku. Aku tidak akan merelakannya! Kamu sungguh makhluk berhati dingin dan tak berperasaan!"

"Oh, penilaianku kepadaku sungguh tepat." Wirianto menyipitkan mata ke arah Yuliana.

Yuliana melihat Wirianto, dia sungguh tidak pernah bertemu dengan orang seperti Wirianto, sungguh bisa mendorongnya sampai ke titik emosi yang tertinggi, tapi tidak ada car alain untuk melawannya. Dalam hati Yuliana meragukan apakah Wirianto sungguh pernah memiliki pacar di hari yang lampau? Apakah Leny Liu yang disebut-sebut sebagai cinta pertamanya itu hanyalah karangan orang saja, seperi Wirianto yang bermulut berbisa ini, dan tidak menghargai orang lain, dan berhati dingin serta tak berperasaan ini sungguh bisa menyukai seseorang? Dan demi mengejar seorang wanita pun sampai mengalami kecelakaan mobi? Yuliana mulai merasa penasaran, sebenarnya dewi khayangan seperti apa Leny Liu itu, hingga bisa membuat Wirianto sampai pada tahap itu.

"Jika ada seseorang yang bisa membuatmu sakit hati dan bersedih hati, aku sangat-sangat ingin melihatnya!" Yuliana menghela nafas panjang, dan berbalik lalu naik ke kasur, dan kembali berbaring.

Yuliana memejamkan mata dan berbaring dalam waktu yang lama, barulah bisa menenangkan perasaannya, setelah perasaan kacaunya mulai hilang, Yuliana pun mulai merasa menyesal, dia baru saja terlalu agresif tanpa alasan yang jelas, seperti seorang ibu hamil yang marah tanpa alasan, dan dia pun tidak tahu mengapa dia merasa marah.

Saat dia merasakan kasurnya bergerak, dan selimutnya tersibak, kemudian Wirianto berbaring di kasur. Barulah Yuliana membuka suara dengan pelan: "Maaf, aku baru saja terlalu emosi, aku tidak berhak berbicara seperti itu kepadamu."

Mendengar Wirianto tidak menjawab, Yuliana melanjutkan: "Aku dan kamu tinggal di ruangan yang sama, tidur di ranjang yang sama. Meskipun dalam waktu singkat ini kita tidak terlalu banyak berbincang, tapi juga memberiku suatu perasaan bahwa kamu dan aku sama, aku dan kamu tidak sama dengan orang lain. Aku tahu kamu tidak suka mendengar kata maaf, aku juga tidak akan melanjutkan bicara, ini adalah kali terakhirnya. Aku tidak bisa memenuhi perjanjian kita yang dulu, anak ini, aku tidak akan pernah merelakan anak ini, aku tidak akan membiarkanmu mengambilnya dari sisiku."

Setelah beberapa saat, barulah Wirianto berkata dengan dingin: "Kalian wanita memang sangat merepotkan."

Kemudian Yuliana tidak lagi mendengar Wirianto berkata apa-apa lagi, juga tidak tahu apa maksud perkataan Wirianto barusan, apakah dia sungguh akan membiarkannya bersama dengan anaknya. Yuliana tidak ingin kembali terjerat, jika dia terus mengganggu Wirianto, maka dia akan kembali menumbuhkan perselisihan. Karena tadi sudah mengatakan begitu banyak hal kepada Wirianto, membuat Yuliana merasa agak haus, karena dia tidak ingin menganggu Wirianto yang sudah tertidur, dia pun bergerak perlahan ke sisi kasur.

Saat Yuliana bersiap turun dari kasur, Wirianto mengulurkan tangan dan melingkarkannya ke pinggangnya, dan menariknya ke dalam pelukannya, sambil menepuk punggungnya dengan lembut, Wirianto pun berkata dengan suara pelan dan lemas: "SUdah berkelahi sampai sebegitu parah, dan begitu lama, mengapa saat tidur pun harus dilanjutkan?"

Gerakan Wirianto terlihat begitu cekatan, seperti sudah melakukannya berulang kali. Yuliana terdiam sesaat, dia tidak berani bergerak, takut Wirianto menyadari bahwa dia belum tertidur, dan masih dalam keadaan sadar sepenuhnya.

Dalam hati Yuliana berpikir: Jangan-jangan selama ini dia selalu tertidur seperti ini? Setelah dia tertidur, Wirianto akan memeluknya saat terlelap?

Yuliana mengatupkan bibirnya, dan menutup matanya perlahan, dia bisa merasakan sentuhan lengan Wirianto di pinggangnya, di telinganya pun terdengar suara degup jantung teratur dan suara nafas Wirianto. Karena sedang hamil dalam beberapa waktu ini, tubuhnya merasa begitu lelah, jadi dia pun menjadi lebih pulas saat terlelap, dia mengira setelah tidur pun, Wirianto masih menjaga jarak tertentu dengannya. Karena di dalam hati Yuliana, Wirianto adalah seseorang yang menganggapnya tidak layak dekat-dekat dengannya, bagaimana bisa dia menempel kepadanya saat sedang tidur?

Meskipun terkadang Yuliana terbangun, dia menguasai kasur itu sendiri, dia mengira setelah Wirianto bangun, barulah dia merambat ke seluruh bagian kasur, dia tidak pernah berpikir, dia akan berada di dalam pelukan Wirianto sepanjang malam.

Yuliana merasa wajahnya panas membara, bahkan nafasnya pun bertambah cepat, jantungnya juga berdegup kencang. Tiba-tiba Yuliana mengerti mengapa dia barusan merasa marah, karena dia memikirkan apakah Wirianto peduli kepadanya atau tidak. Saat dia mendapati bahwa Wirianto tidak memikirkannya, dan meremehkannya, dia marah dengan tidak wajar. Mungkinkah tanpa sepengetahuannya, dia mulai ada perasaan kepada Wirianto, ataukah bisa dibilang suka?

Mulai dari kapan? Mulai dari saat dia tinggal di kamar yang sama dan tidur di kasur yang sama dengan Wirianto kah? Atau mulai dari saat mereka berusaha memiliki anak? Atau mulai dari saat dia membayangkan apakah anaknya akan tumbuh seperti Wirianto? Atau mulai dari pertama kalinya dia melihat Wirianto, melihatnya menjadi pusat perhatian di tengah banyak orang, dia sudah mulai menyukai Wirianto?

Tapi dia jelas-jelas sangat dingin dan acuh, dan juga mengatakan hal-hal yang begitu menyakitkan kepadanya? Yuliana berpikir apakah dia jangan-jangan adalah seorang masochist? Mengapa bisa menyukai Wirianto?

Yuliana memilki ribuan alasan mengapa dia tidak seharusnya menyukai Wirianto, tapi sepuluh ribu alasan itu tidak bisa menghentikan jantungnya yang terus berdegup kencang. Jantungnya serasa seperti akan meloncat keluar, bahkan sampai dia membayangkan sebuah masa depan yang indah antara dia dan Wirianto, dan mulai meyakinkan dirinya sendiri, Wirianto ternyata memeluknya saat tertidur, bukankah Wirianto itu menyimpan perasaan kepadanya? Akankah dia dan Wirianto bisa memilki akhir bersama-sama?

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu