Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 183 Dia Adalah Ayahku

Melly Jian langsung menangis dan berkata: "Ibu, aku mau mencari kembali kalung itu!"

Yuliana Jian menahan Melly Jian dengan alis yang di kerutkan berkata: "sekarang langit sudah hampir gelap, mau cari kemana? besok saja baru mencarinya."

Walaupun Yulina Jian sangat menyayangi kalung tersebut, karena itu merupakan hadiah satu-satunya Wirianto Leng kepada Melly Jian, tetapi barang adalah benda mati, bila pada saat Melly Jian mencari kalung tersebut dan terjadi sesuatu, bukankah itu lebih gawat.

Walaupun Melly Jian nakal dan liar, tetapi dia selalu menurut perkataan Yuliana Jian. tetapi kali ini Melly Jian memutar tubuhnya dan menggelengkan kepala, menangis dan berteriak: "Tidak bisa! Tidak bisa! Aku harus menemukan kalung itu. Bila ibu tidak mau membantuku mencarinya, maka aku akan pergi mencarinya sendiri."

Melly Jian berkata lalu dengan menangis berlari keluar. Yuliana Jian mendengar perkataan Melly Jian, dia mengnarik napas dalam-dalam, lalu mencari senter dan berlari keluar: "Mel....Elia, tunggu ibu. Ibu akan menemanimu untuk mencarinya!"

Setelah Yuliana Jian mengejar Melly Jian dia mengerutkan kening dan bertanya: "Apakah kamu masih ingat jalan tadi ketika kamu kembali?"

Melly Jian menganggukan kepala: "Ingat, ibu kamu harus membantuku untuk mencarinya."

Selesai berkata, Melly Jian kembali menangis: "Aku hanya memiliki satu kalung itu, bila hilang aku tidak punya lagi."

Yuliana Jian menganggukan kepala, lalu menggandeng tangan Melly Jian: "Ibu pasti akan membantumu mencarinya."

Selesai Yuliana Jian berkata, dengan menggandeng tangan Melly Jian menyusuri jalan yang di lewati Melly Jian tadi ketika pulang dan terus mencari, hingga langit sudah gelam, Yuliana Jian dan Melly Jian todak menemukan kalung tersebut. Kaki Yuliana Jian berjalan hingga pegal, Melly Jian tetap tidak mau pulang ke rumah.

Melly Jian bersandar di semak-semak, sambil menangis dia berkata: "Kalungnya mana? aku ingat aku meletakkannya dia saku pakaianku? Mengapa bisa hilang?"

Melihat langit sudah gelap, desa dan kota tidak sama, di saat seperti ini di kota masih banyak lampu yang menyinari. Tetapi saat ini di desa sudah sangat gelap, melihatnya pun merasa sangat mengerikan.

Yuliana Jian menarik tangan Melly Jian dan berkata: "Hari ini kita cari sampai sini dulu, ya? Tunggu besok langit terang, ibu akan membawamu untuk mencari kalung."

Melly Jian menangis dan menggelengkan kepala: "Aku tidak mau, dia hanya memberiku satu buah kalung, aku justru menghilangkannya! Aku harus menemukan kalung itu, kalau tidak aku tidak mau pulang!"

Yuliana Jian sejak awal sudah menyadari belakangan ini Melly Jian sangat memperhatikan kalung pemberian Wirianto Leng, dia berjongkok di hadapan Melly Jian dan bertanya kepadanya dengan alis yang di kerutkan: "mengapa kamu begitu menyukai kalung tersebut?"

"Karena dia yang memberikanny padaku." Melly Jian menangis dan mengosok matanya, dan melihat tidak ada orang-orang di sekitar, baru berbisik: "Ibu, sebenarnya paman Leng itu adalah ayahku? betul kan?"

Beberapa tahun yang lalu, Melly Jian masih terlalu kecil, banyak hal yang belum dia mengerti. Tetapi seiring waktu dia mulai dewasa, Melly Jian pun mengerti paman Leng itu, adalah orang yang sering muncul di televisi CEO dari keluarga Leng. Melly Jian awalnya menebak apa hubungannya dengan Wirianto Leng, mereka sangat mirip, dan juga Wirianto Leng pernah begitu baik padanya, Melly Jian tidak dapat menahan dirinya mulai mencurigai bahwa Wirianto Leng adalah ayahnya. Oleh karena itu, Melly Jian sangat menghargai barang pemberian Wirianto Leng kepadanya itu.

Yuliana Jian mendegar perkataan Melly Jian, dia teridam, lalu melihat Melly Jian dan berkata: "Kamu ingin dia menjadi ayahmu?"

Melly Jian menganggukan kepala, lalu mengelengkan kepala: "Aku menginginkan seorang ayah, tetapi bila dia sungguh tidak mau aku, aku tidak mau ayah lagi. Ibu, apakah dia adalah ayah Melly?"

Yuliana Jian sejak awal sudah tahu tidak dapat menutupi semua ini selamanya dari Melly Jian, Melly Jian mungkin akan tau asal usul dirinya, hanya saja Yuliana Jian tidak menyangka semuanya datang begitu cepat. Yuliana Jian tidak tidak dapat membohongi Melly Jian, bila Melly Jian tidak dapat menebaknya mungkin dia masih dapat menutupinya, tetapi sekarang Melly Jian sudah mengetahuinya, Yuliana Jian sungguh tidak memiliki cara untuk menutupinya dari Melly Jian lagi.

Yuliana Jian perlahan menganggukan kepala, dan berkata: "Betul, dia adalah ayahmu. Karena suatu hal sehingga berpisah dengan ibu, oleh karena itu tidak bisa bersama-sama. Tetapi dia tetap memperdulikanmu....apakah kamu masih ingat dia memasak makanan enak utnukmu?"

Melly Jian menganggukan kepala dengan menangis berkata: "Ingat, sehingga aku mau menemukan kalung tersebut. Mungkin ini adalah satu-satunya hadiah yang dia berikan padaku."

Yuliana Jian menghelakan napas dan mengelus kepala Melly Jian, dengan tersenyum menghiburnya: "Jangan menagis, besok ibu akan berusaha membantumu mencarinya. Kamu lihat sekarang langit sudah gelap, bila ketika kamu mencari kalung dan terluka bagaimana?"

"Tetapi...." Melly Jian mengerutkan alisnya dan menatap Yuliana Jian, dengan suara tangisan berkata: "Bila tidak di temukan bagaimana."

"Kalung hanyalah sebuah ungkapan, walaupun tidak menemukannya tidak berarti ayahmu tidak menyayangimu." Yuliana Jian tersebum dan segera mengulurksan satu jarinya dan meletakan di bibir nya, menunjukan agar tidak berbicara: "Masih ada lagi, mengenai orang itu adalah ayahmu, kamu tidak boleh mengatakannya kepada orang lain."

Melly Jian mengedipkan matanya, dengan menangis menganggukan kepala, dia mengandeng tangan Yuliana Jian dan berbisik: "kalau begitu, ibu, ayo kita pulang. Tetapi ayah orang yang seperti apa? ibu tidak pernah mengatakannya padaku."

Yuliana Jian mengandeng tangan Melly Jian dengan tersenyum berjalan pulang, dia memiringkan kepalanya dan tersenyum dan berpikir sesaat. Mungkin bila ingatannya mengenai Wirianto Leng telah di hapus oleh hari-hari yang santai di sini, sekarang begitu teringat akan Wirianto Leng, Yuliana Jian hanya mengingat smar-samar bayangannya. Yuliana Jian hanya dapat sambil berpikir sambil tersenyum berkata: "Dia ya? Seharusnya kamu mengingatnya, dia orangnya lumayan."

"Bukan lumayan, tapi sangat tampan!" Melly Jian memperbaiki perkataan Yuliana Jian.

Yuliana Jian tertawa dan menganggukan kepala: "Betul, sangt tampan. Dulu ibu menyukainya karena ia sangat tampan."

Melly Jian mengerjapkan matanya, usianya masih kecil, masih tidak mengerti apa alasan pria dan wanita saling menyukai, tetapi mungkin dia mengtahuinya samar-samar. Terkadang hanya karena penampilan seseorang, mungkin karena perkataan seseorang, mungkin hanya karena sebuah tindakan kecil.

Melly Jian dengan penasaran mengerjapkan matanya, lalu dengan curiga beranya: "Ibu bukan karena ayah adalah penolong ibu, jadi menyukainya? Di film selalu seperti itu."

"Bagaimana?" Dengan penasaran Yuliana Jian bertanya kepada Melly Jian.

Melly Jian menaikan hidungnya dan segera mencontohkan dan berkata: "Karena ibu sakit keras dan terkena racun, memerlukan ciuman seorang pria baru dapat menyembuhkan racun tersebut, tetapi pria ini akan terkena racun, dan juga terluka. Lalu ayah mengambil resiko tetap mencium ibu, lalu ibu sembuh, dan merasa pria ini sangat hebat dan menyukainya!"

Yuliana Jian menghelakan napas, menundukan kepala dengan sunguh-sungguh menatap Melly Jian: "lain kali jangan terlalu banyak menonton film, terutama film silat."

Melly Jian langsung memonyongkan bibirnya: "Aku belum mengatakan ibu menghadang pisau untuk ayah, ayah jadi menyukai ibu."

"Sembarangan!" Yuliana Jian mengerutkan kening dan dengan serius berkata: "Ayah menyukai ibu, mungkin karena ibu cantik, tubuh ibu bagus. Aku tidak perlu menghadang pisau untuk orang lain, agar orang lain menyukaiku, oke?"

Melly Jian menutup mulutnya dan tertawa: "Hahah.....ibu cantik...."

Yuliana Jian mengangukan kepala: "Anak kecil, apakah kamu merasa tidak mungkin?"

Melly Jian segera menutup mulutnya dan dengan serius menganggukan kepala: "Mungkin.....tetapi walaupun ibu cantik, tetapi di bandingkan dengan ayah, masih kurang sedikit. Lagi pula ayah bisa memasak, kelihatannya memiliki banyak uang, ibu bahkan memasak saja tidak bisa."

Yuliana Jian mengerutkan kening ,dengan wajah sedih berkata: "Jadi kamu meremehkan ibu?"

Melly Jian memeluk Yuliana Jian dan langsung mengelengkan kepala: "Tidak, aku sangat menyukai ibu. Walupun ibu tidak bisa memasak dan galak, tetapi ibu sangat cantik...."

Yuliana Jian mengerutkan keingin: "Ada lagi?"

Melly Jian terdiam dan mengedipkan mata: "Apa lagi?"

Yuliana Jian menghelakan napas: "Anak yang tidak punya hati, ibu akan memperingatkanmu, tubuh ibu...."

Melly Jian langsung memuji dan memberikan jempol sambil tertawa berkata: "tubuh ibu sungguh sangat bagus!"

Yuliana Jian tersenyum dan mengelus kepala Melly Jian: "ehm, ini baru perkataan anak pintar."

Melly Jian mengandeng tangan Yuliana Jian, setelah beberapa saat dia berkata: "Ibu, besok kamu harus bagun pagi-apagi sekali, membawaku mencari kalung ya."

Yuliana Jian langsung menganggukan kepala: "Baik, kamu tenang saja."

Sepanjang jalan mereka berbicara, akhirnya mereka tiba di rumah. Setelah mengunci pintu, Yuliana Jian melihat sebentar CCTV, lalu tersenyum, baru membawa Melly Jian masuk ke dalam rumah. TIba di dalam rumah, Yuliana Jian melepaskan pakaian Melly Jian dan mengambil GPS dari sudut bajunya.

Walaupun kelihatannya mereka telah hidup seperti keluarga normal, tetapi Yuliana Jian terkadang masih tidak dapat membedakan orang-orang yang menjaga mereka dan para petani sekitar. Tetapi GPS yang ada di pakaian Melly Jian dan CCTV dirumah akan memperingatkan Yuliana Jian, bahwa dirinya dan Melly Jian hanya bersembnyi di sini, bukan selamanya akan baik-baik saja.

Yuliana Jian memandikan Melly Jian, lalu mengendongnya tidur ke ranjang, dan tersenyum kepada Melly Jian: "Sudah, tidurlah."

Melly Jian langsung brsandar di pelukan Yuliana Jian dan berbisik: "Ibu, bolehkah kamu tetap menaggilku Melly?"

Yuliana Jian memeluknya dengan tersenyum betanya: "Ada pa?"

Melly Jian berkata: "Aku tidak suka orang lain memangilku Elia, aku suka Melly, panggil aku mely, maka akan teringat ketika makan bersama mu dan ayah. Masakan buatan ayah sangat enak. Ibu, kamu panggil aku sekali 'Melly', aku tidak akn mengatakan keluar bahwa namaku Melly, ibu kamu tenang saja!"

Yuliana Jian memeluk Melly Jian dengan erat dan berkata: "Baiklah, Melly."

Melly langsung tersenyum dan memeluk Yuliana Jian, dengan bermanja berkata: "Ibu, kamu pangil aku sekali lagi. Kalau tidak aku bisa lupa namaku adalah Melly."

Yuliana Jian mengerutkan kening dan tersenyum berkata: "Melly....Melly...."

Novel Terkait

His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu