Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 53. Kegeeran

Leny menatapi Wirianto, tertawa dengan suara kecil: "Setelah pulang, aku terus menyewa satu apartemen. Wirianto, apakah kamu ingin aku buatkan kopi? Kamu sudah sangat lama tidak mencoba kopi yang kubuatkan untukmu, kan?"

Leny sambil berkata sambil meletakkan tangannya di atas punggung tangan Wirianto. Wirianto mengangkat tangannya, mengibas ringan tangan Leny, berkata dingin: "Maaf, malam ini aku masih ada urusan, kamu boleh mencari lelaki lain untuk meminum kopimu."

"Wirianto, kamu masih marah denganku?" Leny segera berdiri, matanya basah oleh air mata, berkata dengan lembut kepada Wirianto.

Wirianto mengerutkan keningnya, merasa aneh dan menatapi Leny: "Kamu kenapa berkata seperti itu?"

Leny melihat ke bawah, berkata sedih: "Karena kamu bisa-bisanya ingin mendorongku ke lelaki lain, kalau kamu benar-benar bersedia balik kembali denganku, kenapa mau mendorongku ke lelaki lain?"

"Aku hanya berharap kamu hidup tanpa dikekang, pekerjaanku banyak, tidak bisa sering menemanimu. Kamu boleh mencari beberapa teman menemanimu, bukannya sangat baik?"

Wirianto menyipitkan matanya melihat Leny, berkata dingin: "Lagipula aku sudah memberimu identitas sebagai partner perempuanku, kalau kamu baik dan menurut, aku bahkan mungkin memberimu identitas sebagai kekasih jangka panjang. Kalau kamu bisa membuat nenek menyukaimu kembali, kamu juga mungkin bisa menjadi istriku. Kamu masih ingin apa? Kalau kamu merasa aku tidak bisa memuaskanmu, maka kamu boleh menolak menjadi partner perempuanku....."

"Tidak....." Leny menggelengkan kepalanya, berpikir sejenak kemudian berkata ringan: "Aku bersedia menjadi partner perempuanmu, tapi, istrimu sekarang bukannya Yuliana Jian? Apakah kamu ingin berpisah dengannya?"

Wirianto tertawa dingin: "Dia hanyalah istri kontrakan, dulu karena beberapa hal kebetulan mengandung anakku, tidak bisa membiarkan dia pergi, baru membiarkan dia terus tinggal di kediaman Leng. Tapi sekarang anak itu sudah tidak ada, aku juga benci dengan perempuan seperti dia, setelah lewat masa perjanjian setahun, aku tentu saja akan bercerai dengannya. Dibandingkan dia, aku malah merasa kamu lebih cocok jadi istriku."

Leny menatapi Wirianto dengan tatapan berapi-api, dia tidak bisa menahan senyum di bibirnya, namun wajahnya tetap menunjukkan ekspresi kesusahan: "Kalau begitu, apakah tidak terlalu tidak adil pada Nona Yuli, dia hampir saja melahirkan anakmu."

"Dia hamil hanya demi harta, lagipula dia juga tidak sia-sia masuk ke keluarga Leng, meskipun awalnya sangat buruk, tapi bagaimanapun dia pernah menjadi perempuanku, aku akan dengan sekuat tenaga memberinya perlindungan, tapi juga kalau hal ini tidak mempengaruhi keuntunganku." Wirianto berkata dengan suara kecil.

Leny menutupi senyumnya dan menghela nafas ringan: "Nona Yuli itu terlihat seperti orang yang pintar, hanya saja sebelumnya ketika aku bertemu dengannya, dia sepertinya merasa hubungannya denganmu tidaklah biasa, kamu harus mengingatkan dia, jangan sampai dia salah paham mengira dirinya benar-benar sudah menjadi Nyonya muda keluarga Leng. Kalau sampai saatnya baru membuat dia terluka dan sedih, aku paling tidak tega melihat orang lain sedih.... Sebenarnya lihat dari posisinya, dia sudah mendapatkan banyak keuntungan, kalau rakus lagi maka sudah keterlaluan."

"Masalah dia, aku bisa selesaikan sendiri. Kamu sebisa mungkin jangan bertentangan dengannya, dia tidak pantas. Aku masih ada urusan di perusahaan, kamu makan sendiri." Wirianto berkata dingin.

Melihat Leny mengangguk, Wirianto pun berbalik dan berjalan keluar dari ruangan, dan berjalan keluar dari restoran di bawah tatapan orang banyak.

Leny menatapi punggung Wirianto, kemudian tertawa: "Wirianto Leng, aku tahu kamu masih milikku."

Wirianto mengemudi, langsung menuju sebuah konter alat rias di sebuah departemen store, menunjuk sebuah parfum perempuan dan lipstik yang paling mahal.

Sales konter itu tidak menyangka di saat toko sudah mau tutup, masih ada penjualan besar, dia segera tersenyum berseri-seri sambil membungkus barang belian Wirianto, sambil berkata: "Tuan, parfum ini sangat cocok untuk dipakai perempuan, anda juga sangat pintar memilih lipstik, lipstik ini adalah lipstik yang paling banyak terjual, kekasih anda pasti akan menyukainya."

Wirianto tidak berbicara, hanya mengangkat tangannya dan menahan tangan sales yang sedang membungkus barang beliannya: "Tidak usah dibungkus, aku langsung bawa saja."

"Tidak usah dibungkus? Tapi hadiah semahal ini......." sales konter itu tidak pernah bertemu pembeli seperti ini, kalaupun pembelinya adalah orang kaya, para lelaki datang membeli barang-barang ini, sudah pasti berencana memberikan hadiah untuk perempuan. Yang namanya hadiah, mana mungkin tidak dibungkus?

"Pakai kartu." Wirianto mengeluarkan kartu banknya dan menyerahkannya kepada sales tersebut.

Setelah dia membeli kedua barang itu, Wirianto langsung mengambil parfum itu dan menyemprot sedikit ke lengan bajunya dan kerahnya, kemudian mencoret sedikit lipstik di kerahnya, setelah itu dia langsung membuang kedua barang ini ke tong sampah, dan berjalan keluar dari departemen store. Sales tersebut tidak pernah bertemu pembeli seperti itu, dia pun melotot dan bergumam: "Tampan seperti itu, tapi kenapa bisa adalah orang aneh?"

Wirianto kemudian mengemudi berkeliling, baru pulang ke kediaman Leng. Ketika Wirianto kembali ke kamarnya, begitu membuka pintu, dia pun melihat Yuliana yang berbaring di atas kasur langsung terbangun. Wirianto menyipitkan matanya, sesuai dengan perkiraannya, Yuliana terus menunggunya pulang.

Wirianto melirik Yuliana sekilas, berjalan sampai ke samping kasur dan berkata dingin: "Mulai hari ini kamu tidur...."

Berkata sampai sini, Wirianto berhenti sejenak, awalnya dia bermaksud menyuruh Yuliana tidur di lantai, tapi dia teringat lantai lumayan dingin, Yuliana baru saja keguguran. Kalau dia tidur di lantai dan kedinginan, pasti akan penyakitan.

Wirianto mengerutkan keningnya, dan langsung mengubah perkataannya: "Mulai hari ini kamu tidur di kasur, aku tidur di lantai. Sebelum kamu meninggalkan kediaman Leng, kita tidur terpisah, beri aku selimut...."

Saat ini, Wirianto sangat dekat dengan Yuliana, Yuliana bisa dengan jelas mencium aroma parfum perempuan di tubuh Wirianto, bahkan bisa melihat samar bekas lipstik di kerahnya. Aroma parfum ini sangat ringan dan anggun, Yuliana tahu parfum ini, belakangan ini sangat banyak orang kaya terkenal yang menyukai aroma parfum ini, warna lipstik juga terlihat sangat mahal.

Hanya lihat sekilas, Yuliana pun tahu Wirianto pernah berdekatan dengan perempuan, apakah perempuan ini adalah Leny Liu?

Kalau dia bertanya lagi maka dia hanya akan mempermalukan dirinya sendiri, Yuliana mengerutkan kening dan menunduk, memeluk selimut di sampingnya dan mengalas lantai, kemudian kembali ke kasur tanpa bersuara, masuk ke dalam selimut, membungkus dirinya menjadi sebuah gumpalan kecil. Sekarang Yuliana seperti landak kecil yang menerima kejutan dan meringkuk menjadi sebuah gumpalan kecil, menunjukkan duri tajam di punggungnya. Wirianto melihat seluruh gerakan Yuliana, dia mengerutkan kening, sekarang dia sudah mencapai tujuannya.

Wirianto menghirup nafas dalam dan berbalik menuju ke kamar mandi, setelah mandi dia memakai baju tidur, kemudian berbaring di lantai yang beralaskan selimut. Wirianto menutup matanya, tapi ketika mendengar suara Yuliana berbalik di atas kasur, dia tidak bisa tidak membuka matanya, tatapannya tertuju pada Yuliana.

Yuliana masih bersembunyi di dalam selimut, meringkuk membentuk sebuah gumpalan kecil. Saat ini, dari gumpalan kecil itu tiba-tiba terdengar suara tangisan kecil, Wirianto langsung berdiri dan menarik selimut Yuliana. Yuliana melihat selimutnya ditarik, dia langsung berbalik, berbaring terbalik di kasur, menyembunyikan wajahnya.

"Kamu....Kamu menangisi apa?" suara Wirianto tanpa sadar melembut.

Yuliana menutup wajahnya, merasa kehilangan muka, mana mungkin bersedia menjawab pertanyaan Wirianto? Yuliana pun mengubur wajahya di atas bantal, berkata panik dengan suara tangis: "Aku tidak menangis! Kamu salah lihat."

Yuliana memang menangis, sebelum Wirianto pulang, dia juga sudah menangis sendirian beberapa kali. Yuliana merasa hatinya sedih dan tidak nyaman tanpa alasan, untuk pertama kalinya dia merasakan kesakitan perasaan yang tidak mendapatkan balasan. Jelas-jelas dia juga tahu tidak seharusnya memiliki perasaan apapun terhadap Wirianto, mereka berdua juga tidak akan ada masa depan apapun, tapi ketika dia melihat Wirianto benar-benar meninggalkan sisinya, pergi menemani perempuan lain, dia pun merasa sangat sedih.

Sampai-sampai, ketika Wirianto pulang, Yuliana bahkan berpikir, mungkin dia bisa tetap bersama dengan Wirianto. Posisi istri Wirianto ini, menurut banyak perempuan mungkin adalah madu yang sangat menggoda, tapi Yuliana sudah menyadari, posisi ini juga adalah jebakan maut.

Tapi asalkan Wirianto memberinya sedikit balasan, dia bersedia mengambil resiko dan tetap tinggal di sisi Wirianto, menemaninya tinggal di gua harimau ini. Ketika Yuliana mengambil keputusan ini, dia mengalami siksaan besar di dalam hati, sekarang dia adalah penopang keluarganya, bukanlah gadis kecil yang bisa mengambil resiko demi cinta. Kalau sampai terjadi sesuatu padanya, maka Yuliana tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada ayahnya.

Yuliana tahu strategi terbaiknya adalah sebelum waktu perjanjiannya tiba, dia harus mengurus dengan baik hubungannya dengan keluarga Leng, kemudian meninggalkan kediaman Leng dengan pasti. Dengan begitu keluarga Leng akan mempertimbangkan hubungannya dengan Wirianto, tidak mencari masalah dengan Wirianto. Wirianto dan Nyonya tua Leng kalau sama seperti yang mereka katakan, akan memberinya perlindungan, maka ini adalah pilihan yang paling menguntungkan untuknya di situasi yang ribut sekarang ini.

Tapi Yuliana malah membuat keputusan yang paling tidak seharusnya dia pilih, tapi yang dia dapatkan malah Wirianto yang baru saja berhubungan dengan perempuan lain dan dipenuhi dengan aroma parfumnya. Sebenarnya Yuliana tidak hanya merasa tidak adil karena kehilangan cintanya, masih ada rasa bersalah karena keputusan yang dia buat tadi.

Wirianto menunduk melihat Yuliana, keningnya berkerut, direktur utama dingin yang selalu tinggi diatas, juga tidak tahu harus berbuat apa.

Dia tahu tujuannya melakukan semua ini, dia bukan takut Yuliana terus menyukainya, tapi Wirianto mulai khawatir dia akan benar-benar menyukai Yuliana. Belakangan ini dia terlalu angkuh, berpikir hatinya tidak akan tergerak, oleh karena itu dia pun terus mendekati Yuliana. Mengira dirinya tidak akan goyah, oleh karena itu dia berani tidur satu kasur dengan Yuliana.

Tapi kebiasaan perlahan-lahan aka menjadi kemelakatan, dan kemelekatan akan menjadi cinta.

Wirianto menyadari bahwa dirinya sudah mulai memanjakan Yuliana, yang akan membuat Yuliana menjadi bunga yang tidak bisa dipangkas, ketika Yuliana bersikeras mekar di sisinya, maka saat itu adalah saat yang paling bahaya untuk Yuliana. Situasi kacau keluarga Leng, semua orang tampaknya memegang kendali, tapi kenyataannya, siapapun tidak bisa mengendalikan semuanya, karena siapapun tidak memiliki kelemahan fatal, tidak ada orang yang bersedia melepas kepentingan besarnya demi orang lain.

Tapi Wirianto mulai menyadari, Yuliana mungkin akan menjadi kelemahan fatalnya.

Novel Terkait

You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu