Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 346 Bulan Madu

Yuliana Jian menyipitkan matanya, tersenyum dan mengangguk, melihat Melly Jian dan Melvin Jian berjalan keluar, Yuliana Jian menoleh sambil tersenyum kepada Wirianto Leng, lalu mengangkat tangannya dan membelai pipi Wirianto Leng, bertanya dengan suara rendah, "Ada apa? Sepertinya mood mu tidak baik, saat kamu turun tadi, mood mu benar-benar kelihatan buruk, apa ada yang salah?"

Wirianto Leng tersenyum dan menggelengkan kepalanya: "Tidak ada apa-apa."

Meskipun Wirianto Leng tidak mengatakan rasa takut yang baru saja dialaminya, Yuliana Jian dapat mengerti suasana hati Wirianto Leng, Yuliana Jian tersenyum dan mendekati Wirianto Leng lalu bertanya dengan suara rendah, "Kenapa? Apakah kamu takut? Merasa ada sesuatu yang terjadi padaku?"

Wirianto Leng mengkerutkan keningnya, menoleh dan menatap Yuliana Jian, dan mengangguk. Yuliana Jian tersenyum memandang Wirianto Leng, menggelengkan kepalanya dan berkata: "Kamu tidak perlu gugup, lihat, bukannya aku ada disini sekarang?"

Yuliana Jian sambil berkata, meraih tangan Wirianto Leng, dengan lembut membelai pipinya, tersenyum ke Wirianto Leng dan berkata, "Coba sentuh, ini muka ku, ini suhu ku, aku berada di depanmu. Dan senyuman ku, apa kamu sudah lihat dengan jelas?"

Wirianto Leng dengan lembut membelai pipi Yuliana Jian dan mengangguk perlahan. Yuliana Jian melihat Wirianto Leng yang mengangguk, segera mendekati Wirianto Leng dan mencium bibir Wirianto Leng dengan ringan. Yuliana Jian tersenyum dan berkata, "Dan ciumanku, apa kamu bisa merasakannya?"

Wirianto Leng akhirnya tersenyum dan mengangkat tangannya untuk memeluk Yuliana Jian. Wirianto Leng berbisik: "Hidup kita sekarang terasa seperti mimpi, jadi kadang-kadang aku merasa sangat gugup dan takut mimpi ini akan hancur."

“Kamu pikir begitu?" Yuliana Jian tersenyum dan berkata, "Kupikir hanya aku yang akan berpikir seperti ini, karena aku memiliki kekurangan baru belakangan ini, aku selalu memikirkan hal yang sudah terjadi di masa lalu dan apa yang akan terjadi di masa depan, selalu memikirkan hal yang aneh-aneh. Tapi saat aku mendengar kamu juga berpikiran seperti itu, aku pun jadi tenang, ternyata bukan masalahku, Sepertinya setiap orang yang sedang bahagia juga memiliki ketakutan seperti ini ya?".

Ketika Yuliana Jian mengatakan ini, dia menyipitkan matanya sambil tersenyum, menatap Wirianto Leng dan berkata: "Aku dulu takut, tapi sekarang aku sudah mengerti, kebahagian sekarang ini lewat sehari ya sehari, kita tidak perlu ketakutan dan keraguan akan mengganggu kebahagian kita sekarang kan?"

Wirianto Leng tersenyum dan mengangguk, menatap Yuliana Jian ​​dan bertanya: "Aku baru saja ingat, masih ada hal yang belum kita lakukan, apa kamu ingat?"

Yuliana Jian mengerutkan kening: "Kita kan sudah catatan sipil, anak juga sudah ada tiga, masih ada apa yang belum kita lakukan?"

Setelah mengatakan itu, Yuliana Jian menatap Wirianto Leng dengan sedikit ketakutan: "Kita sudah perlah melakuaknnya dimana-mana, jangan-jangan kamu mau melakukan itu di pesawat gitu, kita disana sih belum pernah, kalau kamu berpikir seperti itu, kamu terlalu gila, aku adalah wanita baik-baik, ini agak sudah diterima."

Wirianto Leng tersenyum dengan tak berdaya dan menggelengkan kepalanya, menatap Yuliana Jian sambil tersenyum dan berkata, "Apa sih yang kamu pikirkan setiap hari?"

Yuliana Jian berkedip dan sedikit terkejut: "Hah? Bukankah ini kamu yang kamu pikirkan? Lalu ... Kalau kamu bukan memikirkan hal ini, apa yang kamu ingin lakukan? Kita juga hanya ada hal ini yang belum dilakukan? Apa ada hal lain?"

Yuliana Jian mengerutkan kening, sepertinya terperangkap dalam pikirannya. Wirianto Leng menatap Yuliana Jian, dan berkata dengan suara yang berat, "Kita belum benar-benar menikmati bulan madu..."

Ketika Yuliana Jian mendengar kata-kata Wirianto Leng, dia mengangkat alisnya dengan ringan, "Masa tidak ada? Kita sudah lama bersama, hari apa yang bukan seperti bulan madu?"

Wirianto Leng mendekati Yuliana Jian, mencium sudut mulut Yuliana Jian dengan ringan, dan berbisik, "Tapi aku ingin pergi bulan madu sekali."

Yuliana Jian mengerutkan kening: "Kita kan sudah sering pergi ke pantai."

Wirianto Leng menggelengkan kepalanya, "Tapi kita kan tidak pernah pergi saat waktu anniversary pernikahan kita."

Yuliana Jian berkedip: "Tapi anak-anak kita masih kecil, Melly dan Melvin masih oke, tapi bukannya mau tunggu sampai Michelle besar sedikit, kita baru pergi jalan jalan?"

Wirianto Leng memandang Yuliana Jian sambil tersenyum: "Dia sudah sangat besar, dia saja sudah bisa duduk, dan para pelayan bisa menjaganya. Aku tidak ingin menunggu lagi, aku sangatlah ingin berduaan saja dengan mu."

Tadinya Yuliana Jian masih ingin terus membantah kata-kata Wirianto Leng, tapi saat Yuliana Jian menatap mata Wirianto Leng, dia pun mendesah, mengangkat tangannya dan membelai pipi Wirianto Leng, lalu bertanya dengan suara rendah, "Tadi aku benar-benar membuatmu kaget ya? Kira aku benar-benar hilang? ya?"

Wirianto Leng tidak berbicara, hanya mengangkat tangannya dan memeluk Yuliana Jian ​​dengan erat. Yuliana Jian mengangkat tangannya dan juga memeluk Wirianto Leng, setelah berpikir sejenak, dia perlahan-lahan mengangguk, dan berkata dengan suara yang berat: "Oke kalo gitu, karena kamu sudah ajukan, ayo pergi bulan madu bersama, tempatnya kamu yang pilih, cuma aku dan kamu saja."

“Benarkah?” Wirianto Leng memandang Yuliana Jian dengan sedikit terkejut, tidak menyangka Yuliana Jian, seorang wanita yang selalu mengutamakan anak-anaknya, akan setuju dengan hal ini.

Yuliana Jian tersenyum dan mengangguk: "Dan juga aku sudah hampir pulih, aku juga ingin melihat apakah CEO Leng ini masih sehebat dulu."

Melihat Yuliana Jian ​​seperti ini, Wirianto Leng mengerutkan kening dan bertanya dengan suara rendah, "Apakah kamu tidak merasa kasihan pada anak-anak? Terutama Michelle, dia masih kecil, kita masih mau pergi jalan-jalan berdua?"

Yuliana Jian tertawa dan menatap Wirianto Leng: "Tidak apa-apa, kita juga bukan pertama kalinya begini, kita juga bukan orang tua yang bertanggung jawab, sekarang tidak perlu berpura-pura seperti itu, Dan juga, bukannya kamu sering bilang? Kalau kita berdua cukup dekat, mereka juga akan merasa bahagia, apa itu keluarga, apa yang bisa memberi kebahagiaan satu sama lain, itu baru namanya orang tua yang baik, betul kan?"

Wirianto Leng tidak bisa menahan tawanya, dan menundukkan kepalanya untuk mencium bibir Yuliana Jian: "Aku tidak ingat kalau aku ngomongnya sebagus itu."

Yuliana Jian tersenyum dan berkata, "Yah, aku poles sedikit, untuk membuat rencana jalan-jalan kita terkihat lebih terbuka. Ei, jadi orang tua memang merepotkan, kan kita yang mau jalan-jalan, masih butuh memikirkan alasan yang bagus untuk anak-anak, benar-benar membuat ku sakit kepala saja..."

Wirianto Leng tersenyum dan mencium bibir Yuliana Jian dengan ringan, memeluk Yuliana Jian dengan erat, dan berbisik, "Terima kasih ..."

Wirianto Leng tahu bahwa Yuliana Jian sebenarnya adalah tipe ibu yang sangat sayang anaknya, tetapi demi dia, dia rela menyerahkan beberapa tanggung jawab sebagai seorang ibu dan tetap bersamanya, Wirianto Leng merasa terkejut sekaligus terharu.

Novel Terkait

Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu