Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 295 Namaku Wirianto Leng

Wirianto Leng belum mempertimbangkan perihal kamar Yuliana Jian, meskipun saat ini pikiran Yuliana Jian sedang kacau dan dia tidak terlalu mengenalnya. Tetapi dalam lubuk hati Wirianto Leng, Yuliana Jian masih kekasihnya, tentu saja dia berpikir seharusnya mereka tinggal bersama.

Wirianto Leng mengerutkan kening, menatap kamar di lantai dua, lalu sambil tersenyum dia berkata, "Kamu boleh memilih duluan kamar yang kamu mau, lady first."

Yuliana Jian melirik Wirianto Leng lalu bertanya dengan suara rendah, "Benarkah?"

Wirianto Leng mengangguk: "Tentu saja, kamu boleh naik ke atas dan memilih sekarang."

Yuliana Jian mengejapkan matanya, setelah itu dia bangkit dan berlari ke atas. Ketika berlari ke lantai dua, diam-diam Yuliana Jian menoleh ke belakang untuk melihat Wirianto Leng, dia ingin melihat apakah Wirianto Leng sedang mengawasinya atau tidak. Melihat Wirianto Leng tidak menoleh ke belakang, Yuliana Jian menghela napas lega lalu berjalan menuju kamar di sampingnya.

Ketika Yuliana Jian menoleh, Wirianto Leng yang melirik ke arah Yuliana Jian, menundukkan kepalanya, dan mengeluarkan ponselnya dia membuka perangkat lunak pemantau, dari sana dia bisa melihat dengan jelas bagaimana Yuliana Jian berjalan ke dalam kamar. Yuliana Jian berjalan dengan sangat santai dan rileks sambil sesekali dia berputar-putar dan melompat-lompat, dia terlihat seperti seorang gadis berusia dua puluhan.

Wirianto Leng langsung mengangkat sudut mulutnya dan terkekeh. Tetapi Wirianto Leng juga melihat Yuliana Jian berulang kali memeriksa gagang pintu kamar dan lingkungan sekitarnya, akhirnya dia memilih kamar di sudut ruangan yang lebih aman dan kamar dengan jendela yang lebih mudahkannya melarikan diri.

Tidak peduli seberapa kacau pikirannya, tapi kewaspadaaan Yuliana Jian masih sangat kuat.

Melihat Yuliana Jian berbalik dan berjalan ke bawah, Wirianto Leng langsung menutup ponselnya dan mengambil sumpit untuk melanjutkan makannya. Kesehatan Yuliana Jian belum sepenuhnya pulih, setelah berjalan dan melompat-lompat sebentar, Yuliana Jian kelelahan hingga ngos-ngosan. Yuliana Jian mengibaskan tangannya dan mengipasi dirinya, setelah itu dia tersenyum kepada Wirianto Leng dan berkata: "Aku sudah memilih kamar yang aku mau, kamar yang ada disudut ruangan, kalau begitu aku akan naik dan beristirahat dulu. Kalau August kembali, kamu harus memberitahuku, jangan karena aku sedang tidur dan kamu takut menggangguku jadi kamu tidak memberitahuku. Kalau kamu tidak memberi tahuku, aku akan marah ketika aku bangun. "

Wirianto Leng menoleh dan menatap Yuliana Jian dengan seksama, setelah itu dia mengangguk dengan perlahan: "Aku tahu, aku pasti akan memberi tahumu kalau August Leng datang."

Yuliana Jian langsung tertawa dan berkata kepada Wirianto Leng sambil tersenyum: "Tiba-tiba aku merasa mungkin kamu benar-benar orang yang baik."

Wirianto Leng menyipitkan matanya dan berkata sambil tersenyum: "Aku sangat senang bisa memberikan kesan yang sangat baik di matamu. Oh ya, sepertinya aku belum memperkenalkan diri dengan baik kepadamu. Namaku Wirianto Leng , berjenis kelamin pria, dan saat ini berusia 33 tahun."

"33?" Yuliana Jian memiringkan kepalanya menatap Wirianto Leng, lalu dia berkata sambil tersenyum: "Benar-benar seorang paman ..."

Setelah mengatakan hal ini, Yuliana Jian segera mengangkat tangannya untuk menutupi mulutnya, lalu dia berkata dengan panik, "Maaf, maaf, aku bicara sembarangan lagi, itu benar-benar tidak sopan, aku harap kamu tidak marah."

Wirianto Leng menatap Yuliana Jian sambil tertawa dan berkata, "Mana mungkin aku marah kepadamu? Kalau kamu sudah lelah, cepat pergi istirahat. Lihat apakah dekorasi kamar sesuai dengan seleramu atau tidak, dan apakah seprai dan selimutnya bersih atau tidak. Kalau ada masalah, kamu bisa memberi tahuku. Aku akan menyuruh orang segera menggantinya. "

Yuliana Jian mengangguk sambil tersenyum, lalu dia berbalik dan berlari ke atas. Tidak lama dia mendengar Yuliana Jian berteriak dengan keras: "Semua sangat baik! Semua sesuai dengan seleraku. Tidak perlu diganti!"

Wirianto Leng tersenyum dan bangkit, setelah itu dia membereskan mangkuk dan sumpit, lalu menaruh piring-piring kotor di mesin cuci piring. Setelah itu Wirianto Leng baru tersenyum getir sambil menggelengkan kepalanya: "Paman?"

Tapi seakan merasa bersalah kepada Yuliana Jian, yang sekarang berusia "21 tahun", Wirianto Leng yang berusia "33 tahun", terlihat lebih tua. Sepertinya Yuliana Jian benar-benar mengira dirinya berusia "21 tahun", dan memiliki penyakit anak-anak muda. Beberapa anak muda selalu menganggap orang-orang yang sudah diatas tiga puluh tahun sudah menginjak usia paruh baya dan mengkategorikan orang-orang ini dalam golongan yang berbeda.

Tapi bagaimanapun suatu nanti, semua orang akan menginjak usia 30-an.

Wirianto Leng mengangkat tangannya dan mengenggam dahinya. Dia mengangkat kepalanya, melihat ke luar jendela. Vila ini dibangun di tepi laut. Dari kejauhan, dia bisa melihat garis laut biru muda yang tipis, dan juga bisa mencium aroma asin air laut yang samar-samar. Wirianto Leng menarik nafas panjang sambil sedikit mengernyitkan dahinya. Sebenarnya Wirianto Leng tidak tahu kapan penyakit Yuliana Jian akan membaik. Tapi sekarang bisa hidup bersama Yuliana Jian di tempat yang sama jauh lebih baik daripada saat Yuliana Jian diculik oleh August Leng sebelumnya.

Setelah hidup sampai sekarang, Wirianto Leng baru menyadari kalau ingin hidup bahagia, hal pertama yang harus dia pelajari adalah harus merasa puas. Sekarang dia sedang belajar untuk merasa puas.

Setelah membereskan semuanya, Wirianto Leng kembali ke kamarnya. Dia menelepon Melvin Jian, untuk menanyakan keadaannya dan Melly Jian. Mendengar pengalihan harta berjalan dengan lancar, Wirianto Leng akhirnya menghela napas lega. Setelah itu dia menutup telepon dan menyalakan ponselnya menonton rekaman pengawas. Wirianto Leng memperhatikan rekaman pemantau kamar Yuliana Jian, dia melihat Yuliana Jian sedang berjalan mondar mandir di sekitar ruangan, mencoba pakaian di lemari. Kelihatannya karena banyak pakaian yang pas di tubuhnya, Yuliana Jian terlihat terkejut, dia terkejut sambil menutupi mulutnya. Tetapi setelah itu Yuliana Jian mulai mencoba semua pakaian itu dengan senang hati, tetapi ketika Yuliana Jian melepas pakaiannya dan menunduk melihat perutnya, Yuliana Jian langsung tercengang, kemudian Yuliana Jian bergegas berlari ke kamar mandi. Setelah itu Wirianto Leng mendengar suara teriakan.

Wirianto Leng bergegas bangkit dan berlari ke kamar Yuliana Jian. Dia mendapati kamar Yuliana Jian terkunci dari dalam, Wirianto Leng langsung mendobrak pintu dan berlari ke kamar mandi. Ketika dia sampai di samping Yuliana Jian, Wirianto Leng mengerutkan kening dan bergegas bertanya: "Ada apa? Ada apa denganmu ? "

Yuliana Jian mengangkat kepalanya melirik Wirianto Leng, setelah itu dia bergegas menutupi tubuhnya, dan berteriak: "Keluar, dasar bajingan, aku tidak memakai pakaian! Keluar!"

Melihat Yuliana Jian tidak terluka, Wirianto Leng bergegas keluar. Begitu Yuliana Jian melihat Wirianto Leng keluar dari kamar mandi, dia bergegas mengangkat tangannya menutup pintu kamar mandi sambil berteriak: "Kenapa kamu datang ke kamar ini? Kamu punya niat jahat?"

Wirianto Leng bergegas menjelaskan: " Karena mendengar teriakanmu, aku pikir kamu dalam bahaya !"

Yuliana Jian mengerutkan kening sambil berteriak: "Aku tidak dalam bahaya, aku ... aku ..."

Wirianto Leng bergegas bertanya, "Ada apa denganmu?"

Yuliana Jian mendengus dan berkata, "Aku mendapati kerutan diwajahku. Aku selalu merawat wajahku dengan hati-hati, kenapa bisa ada kerutan? Aku bahkan tidak berani begadang."

Ketika mendengar kata-kata Yuliana Jian, Wirianto Leng akhirnya menghela napas lega, dia menggelengkan kepalanya, lalu berkata dengan suara rendah, "Ternyata ini masalahnya, kamu punya kerutan? Aku tidak melihatnya.

Wirianto Leng benar-benar tidak ingat Yuliana Jian memiliki kerutan, tetapi Yuliana Jian langsung membantah dengan suara keras, "Tentu saja aku punya kerutan. Ya Tuhan, apakah kamu tidak melihatnya? Di bawah mataku ada garis-garis halus, smile line ku juga sangat kentara. "

Wirianto Leng mengangkat alisnya, sambil tersenyum dia berkata, "Apakah itu kerutan?"

Untuk pertama kalinya Wirianto Leng menemukan perbedaan antara pria dan wanita. Dia pernah memperhatikan wajah Yuliana Jian dengan seksama, tetapi dia tidak melihat adanya kerutan. Kenapa dalam sejekap Yuliana Jian bisa menemukan begitu banyak masalah di wajahnya? .

Yuliana Jian berteriak dengan keras, "Tentu saja itu kerutan, dan ... dan ada satu hal lagi yang sangat aneh."

Wirianto Leng segera bertanya, "Ada apa? "

Yuliana Jian mengerutkan kening, setelah ragu-ragu sejenak, dia menundukkan kepalanya melihat stretch mark di perutnya. Yuliana Jian mengangkat tangannya dan dengan lembut menyentuh stretch mark di perutnya. Dia paham sedikit dengan pengetahuan biologis, bukankah stretch mark hanya dimiliki wanita yang pernah hamil? Dia tidak pernah hamil, dan dia tidak pernah kehilangan berat badan secara drastis yang bisa menimbulkan stretch mark.

Apakah ada sesuatu yang telah dia lupakan?

Memikirkan hal ini membuat Yuliana Jian merasa sakit kepala lagi . Dia merasa seolah-olah ada yang memeluknya dengan lembut dari belakang, lalu orang itu berbisik di telinganya, "Yuliana, jangan takut, kita akan selalu bersama."

Jelas-jelas suara itu adalah suara August Leng , Yuliana Jian menggenggam dahinya, sambil mengerutkan kening, dia menggelengkan kepalanya. Setelah itu rasa sakit yang hebat dan bisikan di telinganya menghilang dalam seketika. Yuliana Jian menarik napas dalam-dalam. Dia mendengar Wirianto Leng mengetuk pintu lagi, dan bertanya kepadanya dengan khawatir, "Ada apa? Kenapa tiba-tiba kamu diam? Apakah terjadi sesuatu lagi?"

Yuliana Jian melirik pintu yang tertutup, dia mengangkat tangannya menyentuh strech mark di perutnya. Meskipun dia masih tidak tahu apa yang terjadi padanya, Yuliana Jian merasa hal semacam ini adalah privasinya, dan dia tidak mungkin mengatakannya kepada pria di luar pintu yang tidak di kenalnya. Yuliana Jian bergegas berkata, "Tidak ... tidak apa-apa... Aku hanya merasa kerutan di wajahku membuatku takut."

Wirianto Leng berkata sambil tersenyum, "Tidak perlu sepanik itu. Mungkin karena sebelumnya kamu tidak beristirahat dengan baik. Nanti setelah kamu istirahat dengan baik mungkin akan segera membaik."

Yuliana Jian segera mengangkat tangannya menyentuh pipinya, sambil mengerutkan kening dia berkata, "Ben ... benarkah?"

Wirianto Leng mengangguk sambil tersenyum: "Seharusnya seperti itu."

Yuliana Jian kembali menatap ke arah cermin, dan memperhatikan wajahnya. Melihat rona wajahnya yang pucat dan pipinya yang tirus, Yuliana Jian menghela nafas panjang: "Kelihatannya aku memang tidak istirahat dengan baik, tetapi kenapa aku tidak beristirahat dengan baik? "

Selesai berbicara Yuliana Jian kembali merasakan sakit kepala yang hebat. Yuliana Jian bergegas mengangkat tangan menyentuh pelipisnya lalu dia bergumam dengan suara rendah: "Baik, baik, jangan sakit lagi, aku tahu salah, aku tidak akan memikirkannya lagi. "

Selesai berbicara, Yuliana Jian berhenti mencari tahu tentang masa lalunya dan kepalanya tidak begitu sakit lagi . Yuliana Jian menghela napas panjang lalu dia berkata dengan suara rendah, "Apakah aku mengalami kecelakaan dan amnesia? Kalau tidak, kenapa aku selalu merasa sepertinya aku telah melupakan sesuatu, dan sepertinya hal itu sangat penting."

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu