Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 142 Mengapa Nyalimu Begitu Kecil?

Wirianto Leng kembali ke kamarnya, dia melakukan sedikit perubahan pada kamarnya. Yang awalnya hanya memiliki satu ruangan pun mengabungkan empat ruangan menjadi satu ruangan. Di antaranya adalah kamar anak, kamar yang lain dijadikan ruang ganti Cindy Gu. Ruang baca Wirianto Leng pun juga bertambah besar, setelah disekat, bertambah satu ruangan istirahat. Dengan begitu Wirianto Leng tidak perlu berada di satu kamar yang sama dengan Cindy Gu. Tentu saja dia menggunakan alasan bahwa Cindy Gu perlu menjaga anak.

Begitu Cindy Gu mendengar suara pintu yang dibuka oleh Wirianto Leng, dia segera menggendong Wibowo Leng dan berjalan keluar. Cindy Gu tersenyum ke arah Wirianto Leng berkata: "kamu sudah pulang ya. ---- sudah bisa menyebutkan ayah. Ayo panggil ayah."

Wirianto Leng mengerutkan keningnya, menoleh menatap Wibowo Leng dan tersenyum ringan.

Wibowo Leng merasa takut begitu melihat senyuman Wirianto Leng, dia segera membuka mulutnya dan menangis kencang. Cindy Gu bergegas menempuk-nepuk Wibowo Leng dan berkata: "dia bisa menyebutkan ayah. Ayo.....Wibowo Leng, cepat panggil ayah.... cepat......"

Wirianto Leng tersenyum berkata: "tidak apa-apa memang ada anak yang lambat dalam berbicara. Mungkin saja setelah beberapa hari kemudian dia sudah bisa mulai berbicara."

Cindy Gu tersenyum dan segera berkata: "mungkin seperti itu. bukannya ada pepatah yang mengatakan bahwa anak yang telat berbicara merupakan anak pintar dan ini merupakan suatu hal yang wajar. Lagipula di dunia ini ada berapa anak yang semulia seperti Wibowo Leng? Tidak ada apa-apanya jika telat berbicara."

Wirianto Leng mengangguk-anggukkan kepalanya dan tersenyum berkata: "akhir-akhir ini aku sibuk dengan pekerjaanku sehingga tidak ada waktu untuk menemani kamu. Ulang tahunmu sudah mau sampai, aku sudah memesan sepaket perhiasan untukmu dan akan diantar dalam dua hari ini. Kamu coba saja apakah cocok? Jika tidak beritahu aku, aku akan menyuruh mereka memperbaikinya."

Cindy Gu tersenyum dan dengan manja berkata: "benarkah? Terima kasih suami-ku. Tetapi hadiah yang paling aku inginkan bukan perhiasan melainkan kamu. Kamu tidak tahu beberapa hari ini aku melewati hariku dengan sulit, apakah kamu bisa menemaniku malam ini?"

Begitu Cindy Gu berbicara sampai di sini, pipinya bersemu merah dan dengan pelan berkata: "dan juga kita sudah lama tidak melakukan itu, apakah kita......"

Wirianto Leng menyipitkan matanya menatap Cindy Gu dan tersenyum berkata: "tidak bisa, aku benci dengan Mansion Keluarga Leng, tunggu kita keluar dari sini baru kita bahas kembali."

Cindy Gu juga tidak menyusahkan Wirianto Leng, begitu mendengar perkataannya, Cindy Gu tersenyum berkata: "baiklah. Tetapi ada beberapa hal yang ingin aku bicarakan denganmu. Nenek sepertinya tidak menyukai aku, aku baru saja mengurusi rumah tidak berapa lama dan harus menjaga anak. Tentu saja aku tidak dapat melakukannya sebagus bibi kedua, jika bibi kedua yang tidak menyukaiku itu tidak apa-apa, tetapi nenek dia juga begitu terhadapku........."

Cindy Gu berbicara sambil mengendus-endus hidungnya dan memperlihatkan ekspresi sedih: "tidak mendukung aku dan juga tidak mengerti aku."

Wirianto Leng menyipitkan matanya menatap Cindy Gu sambil tersenyum berkata: "tidak apa-apa, kamu lakukanlah apa pun yang ingin kamu lakukan. Sekarang kamu adalah Nyonya Muda Keluarga Leng, kamu tidak perlu mempedulikan pendapat orang lain. Nenek juga sudah tua dan kedepannya kamu akan menjadi nyonya rumah. Kamu silahkan lakukan sesuka hatimu aku akan membantumu karena kamu sudah melahirkan putra satu-satunya untukku. Apalagi yang perlu kamu takuti?"

Cindy Gu segera tersenyum: "aku merasa tenang setelah mendengar perkataanmu. Aku takut kamu merasa aku tidak berbakti, tidak bisa mengalah dengan nenek. Sebenarnya nenek memang sudah terlalu tua dan terkadang masih begitu keras kepala. Seperti masalah teh itu, dia hanya meminum Pu'er tea dan hanya menginginkan harga teh yang berkisar jutaan yuan, hanya beberapa ampas saja bisa mencapai ratusan ribu yuan. Benar-benar sangat mahal. Meskipun perusahaan Keluarga Leng sangat besar, tetapi tetap harus disisakan untuk anak kita. Sebenarnya orang tua seperti dia benar-benar tidak perlu minum semahal itu. Tetapi aku takut begitu berbicara seperti ini, orang-orang akan mengatai aku tidak berbakti."

Wirianto Leng mengangguk-anggukkan dan tersenyum berkata: "tenang saja sekarang kamu sudah mengurusi rumah, tentu saja kamu harus mengeluarkan aura seperti seorang pengurus. Tidak peduli siapa pun, kamu boleh mengurusinya. Pekerjaan hari ini memang terlalu banyak, aku pergi sibuk terlebih dahulu, kamu lekaslah tidur."

Cindy Gu tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Mereka seperti sepasang suami istri pada umumnya. Setelah sang suami pulang bekerja, mereka akan berbicara ringan dan yang satunya meneruskan pekerjaannya sedangkan yang satu lagi akan menjaga anak. Tetapi yang ini sedikit berbeda. Ketika Wirianto Leng membalikkan badannya dan memunggungi Cindy Gu, senyuman pada wajahnya langsung berubah menjadi dingin dalam seketika. Sedangkan Cindy Gu yang berada di sisi lain segera mengeluarkan ponsel dan mengirimi pesan kepada August Leng: "hari ini ibumu kembali membuatku kesal, mengapa kamu tidak mengurusi dia? Benar-benar! Apakah dia tidak tahu aku juga termasuk setengah menantunya?"

August Leng tidak membalas pesannya dan waktu yang cukup lama, sehingga membuat Cindy Gu mendengus, dengan pelan berkata: "kedua kakak beradik ini sama saja dinginnya. Tetapi......."

Tetapi Cindy Gu tidak menyangka dengan sifat Wirianto Leng. Meskipun dia tidak suka membahas masalah ranjang, tetapi dia menuruti semua keinginan dia di bagian yang lain.

Cindy Gu mengadahkan kepalanya dan menatap kamar Wirianto Leng dan tersenyum sambil menyipitkan matanya. Sebelum Cindy Gu menikah dengannya, dia mengira Wirianto Le benar-benar merupakan seseorang yang sangat dingin, mengira dia tidak akan mempedulikan sama sekali pernikahan mereka. Tetapi tidak menyangka Wirianto Leng akan membuat resepsi pernikahan yang begitu mewah untuknya. Bahkan Wirianto Leng juga memperlakukannya dengan lembut, terlebih setelah dia melahirkan anak, dia semakin menurutinya.

Terkadang Cindy Gu merasa Wirianto Leng tidak semenakutkan yang orang lain pikirkan. Pada dasarnya dia adalah seorang pria seperti pada umumnya. Ketika seorang pria mecintai seorang wanita, maka dia akan berubah menjadi pembantu wanita itu. Cindy Gu merasa perkataan ini sangatlah tepat yaitu pria menaklukan dunia dan wanita menaklukan pria.

Cindy Gu merasa Wirianto Leng adalah pria yang menaklukan dunia sedangkan dirinya adalah wanita yang menaklukan Wirianto Leng.

Cindy Gu tidak lagi menunggu balasan dari August Leng. Sejak Cindy Gu dan Wirianto Leng memiliki anak, Cindy Gu merasa dia bisa terus bersama Wirianto Leng, terus bisa menjadi Nyonya Muda Keluarga Leng, ini merupakan sesuatu hal yang baik karena August Leng tidak bisa memberikan yang Wirianto Leng berikan padanya saat ini. Hanya saja kedua kakak beradik ini sama-sama dingin yang membuat Cindy Gu tidak bisa menerimanya.

Cindy Gu tersenyum dan mengambil ponselnya lalu mengirimi sebuah pesan kepada nomor asing. Ketika Cindy Gu mengirimi pesannya, di pihak sana segera membalas pesannya: "ada apa sayangku? Kamu merindukan aku ya?"

Cindy Gu tersenyum, "sialan. Besok jika ada waktu, keluarlah. Aku sudah merindukan kamu."

Pihak lain membalasnya: "merindukan aku yang mana? Bagian atas atau bawah?"

Cindy Gu tertawa hingga mengeluarkan suaranya. Akhir-akhir ini dia sedang bersama seorang pria. Meskipun pria ini tidak setampan Wirianto Leng dan August Leng, tetapi dia jauh lebih lembut, menuruti semua keinginan dia. Meskipun Wirianto Leng memperlakukan dia dengan baik, tetapi pada dasarnya dia harus bersikap baik kepada Wirianto Le. Sedangkan August Leng, meskipun dia memperlakukan dirinya dengan lembut, tetapi dirinya harus terus menebak-nebak isi pikiran dia.

Sedangkan pria ini berbeda, dia menuruti semua keinginan dia dengan sepenuh hati, dan menuruti semua keinginan dia.

Setelah Cindy Gu selesai mengirim pesan, dia mendengar suara tangisan Wibowo Leng, dia pun berjalan ke kamar tidur Wibowo Leng dan menggendongnya. Cindy Gu selalu tidak memperbolehkan pembantu wanita untuk menjaga Wibowo Leng, itu karena Cindy Gu merasa bersalah. Dia tidak berani anaknya terlalu dekat dengan orang lain. Pada saat dia berhubungan dengan Wirianto Leng, dia sudah melakukannya dengan August Leng.

Akhir-akhir ini Cindy Gu merasa Wibowo Leng sangat mirip dengan Steven Leng, apakah karena hubungan kakek dengan cucu? Jadi apakah Wibowo Leng merupakan anak dari August Leng?

Cindy Gu tidak berani mencari August Leng untuk melakukan tes paternitas. Jika August Leng menyadari anak ini kemungkinan besar adalah anaknya, tidak tahu dia akan membuat onar apa. Maka dia pun diam-diam melakukan tes paternitas Wirianto Leng dengan Wibowo Leng, dan memang benar bukan anak dari Wirianto Leng.

Kalau begitu anak ini merupakan anak dari August Leng. Begitu teringat August Leng, Cindy Gu kembali menundukkan kepalanya dan melirik ponselnya. Begitu menyadari tidak ada balasan dari August Leng, dia mengerutkan keningnya dan mengutuk: "benar-benar tidak punya hati!"

Pria itu hanyalah pelampiasan rasa bosan Cindy Gu. Setelah Cindy Gu yakin bahwa Wibowo Leng merupakan anak dari August Leng, dia masih menaruh posisi Augus Leng di peringkat teratas di dalam hatinya. Cindy Gu merasa dirinya sudah seperti wanita hebat karena dia memiliki suami sesempurna Wirianto Leng, mempunyai kekasih sehebat August Leng dan masih memiliki pria muda untuk melampiaskan kebosanannya. Benar-benar sangat membahagiakan!

Wirianto Leng melihat ke arah Cindy Gu dan mengerutkan keningnya lalu menundukkan kepala menatap pesan masuk. Di dalamnya terdapat riwayat obrolan Cindy Gu dan pria itu. Wirianto Leng mengetahui masalah Cindy Gu dengan August Leng dan dia juga mengetahui dia sedang bersama dengan seorang pria karena pria itu merupakan hadiah dari dia untuk menjadi suami Cindy Gu.

Setelah Wirianto Leng melihat pesannya, dia pun menghapus semua riwayat. Lalu terduduk di atas sofa dan menolehkan kepalanya menatap jendela. Kaca jendela di malam hari tampak berubah menjadi cermin, mencerminkan wajah Wirianto Leng yang muram. Wirianto Leng menarik napas dalam-dalam, dia benci permainan ini, benci bermain dengan orang-orang ini, tetapi dia tetap harus melanjutkannya.

Hingga langit menjadi cerah, Wirianto Leng beranjak dan pergi. Begitu melihat kepergian Wirianto Leng, Cindy Gu bergegas bangun, mandi dan merias dirinya. Lalu pergi meninggalkan Mansion Keluarga Leng. Dia pergi ke tempat yang sudah dijanjikan oleh pria mudanya. Cindy Gu tahu statusnya sangat khusus sehingga dia sengaja memutar-mutar lalu kembali mengganti sebuah mobil dan riasan barulah berhenti di depan sebuah villa.

Setelah berhenti di depan villa, Cindy Gu bergegas memasuki pintu. Begitu membuka pintunya, Cindy Gu melihat ruangannya begitu gelap, dia mengerutkan keningnya, berjalan maju beberapa langkah lalu tiba-tiba mulutnya disekap oleh seseorang.

Cindy Gu merasa panik dan bergegas berteriak. Tetapi pria yang menyekap mulutnya pun tidak bisa menahan tertawaannya: "kamu benar-benar seperti gadis, mengapa nyalimu begitu kecil?"

Cindy Gu memukul pria itu berkata: "Ferrick kamu benar-benar jahat, kamu jangan menakutiku seperti itu lagi."

Ferrick hanyalah sebuah nama, tanpa ada marga dan Cindy Gu juga tidak peduli apa marga Ferrick.

Novel Terkait

Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu