Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 20 Jalan bertemu musuh itu sempit

Wajah Steven memperlihatkan lagi senyum yang jujur dan ramah, disertai tawa berkata pada Wirianto : “Oh ya, famili kamu mereka sangat senang mendengar kabar dirimu sudah sadar. Mereka ingin datang untuk melihatmu. Semua sangat kuatir akan dirimu. Barusan di telepon adik nenek mengatakan, takut kamu setelah mengalami musibah ini fisik kamu sulit untuk pulih kembali seperti sebelumnya……”

Sudut bibir Wirianto terangkat dan tersenyum : “Telah membuat kalian semua kuatir, hari ini dokter sudah melakukan pemeriksaan ke seluruh bagian tubuh, tidak ada masalah sama sekali.”

“Tentu saja, tubuh Kak Wirianto kelihatan lebih kuat dibanding sebelumnya.” Sebuah suara pria yang berat tiba-tiba terdengar.

Suara pria tersebut adalah sejenis suara berat dan rendah yang sangat disukai oleh wanita. Yuliana merasa sangat familiar dengan suara ini, sepertinya pernah mendengar di suatu tempat, dia cepat-cepat menoleh dan mengikuti arah suara itu, dan melihat seorang dengan paras yang tampan, perawakan tinggi besar, dengan pakaian gaya kasual berjalan mendekat.

Paras wajah pria ini sangat tampan, sama sekali tidak kalah dengan paras Wirianto. Namun sifatnya sangat berlawanan sekali dengan Wirianto. Mata Wirianto sipit yang ujungnya sedikit naik seperti mata phoenix, bibir yang tipis, sifat yang dingin. Tapi pria yang ini malah dengan mata agak besar bagaikan bunga persik, bibir yang penuh, dan kelihatan terpelajar.

Kalau diumpamakan dengan musim, maka Wirianto terlihat seperti musim dingin yang sangat dingin dan suram, dan pria ini seperti musim panas yang hangat dan berkobar-kobar.

Mungkin ada orang yang menyukai musim panas, namun Yuliana lebih menyukai musim dingin. Yuliana merasa meski musim dingin terlihat dingin dan suram, tapi ada salju yang lembut. Musim panas tampak panas dan berkobar-kobar, namun hujan musim panas sangat dahsyat dan kejam. Dan di dalam hati Yuliana, tidak ada waktu yang paling bahagia selain musim dingin ini, salju beterbangan di luar, dirinya bisa berbaring di atas sofa rumah, minum segelas kopi hangat, makan kudapan yang sedikit manis, menonton drama serial yang populer. Tidak perlu ada yang menemani, sudah bisa merasakan kebahagiaan yang sepenuhnya.

Terhadap pria juga sama, meskipun Wirianto kelihatan dingin dan tak berperasaan, kadang kala bicaranya yang jahat, membuat Yuliana merasa sedikit takut padanya. Namun Yuliana lebih tidak suka dengan pria yang tak senonoh dan sewenang-wenang, lebih-lebih seperti pria yang parasnya tampan, dia malah semakin benci, hampir ada semacam prasangka. Sekali dia melihat pria seperti itu, langsung terbayang pria tersebut menggunakan parasnya yang cakap untuk menipu wanita yang tidak berpengetahuan.

Jadi saat Yuliana melihat kemunculan pria itu, otomatis dahinya mengernyit, namun dengan segera dan cepat dia mengendurkan lagi dahinya, mempertahankan kesopanan dan ketenangan serta budi luhur sebagai wanita.

Steven berpaling dan melihat ke arah pria itu, dengan mata terbeliak kaget : “August, kamu sudah kembali? Mengapa tidak kasih tahu pada kami? Kami bisa mengirim mobil untuk menjemputmu!”

Pria itu tertawa dan berkata pada Steven : “Pa, aku sudah kangen dengan rumah, jadi aku pulang. Kamu tahu aku tidak suka dengan keterikatan dan aturan ini itu, jadi tidak ingin merepotkan kalian.”

Kemudian, pria itu tersenyum pada Nyonya Tua Leng dan berkata : “Nyonya Tua kelihatan masih tetap begitu sehat dan segar.”

Nyonya Tua Leng tersenyum dan mengangguk : “Mulut August masih tetap begitu manis.”

Lalu pria tersebut senyum dan berkata pada Wirianto : “Kak, melihat kamu sudah pulih kembali, sungguh bagus.”

Yuliana mendengar pria asing yang tiba-tiba muncul ini, panggilannya pada Wirianto dan Steven, segera mengerti identitas pria ini, dia pasti adalah adik sepupu Wirianto, August Leng.

Dilihat lebih cermat lagi, Yuliana baru menyadari garis bentuk wajah August hampir mirip dengan Wirianto, namun karena mungkin sifatnya yang berlawanan sama sekali membuat Yuliana tadi tidak menyadarinya.

Tepat saat Yuliana mengamati August, August menoleh dan melihat Yuliana, dan tersenyum padanya : “Ini adalah kakak ipar? Terlihat memang seperti seorang putri……”

Sebelumnya suara August membuat Yuliana merasa agak familiar, namun kata dari August ini yang membuat Yuliana segera mengenali August yang di depannya, dia adalah gelandangan yang mengganggu dirinya di tempat pemberhentian bis, ini memang jalan bertemu musuh itu sempit! Tapi seorang tuan muda kedua keluarga Leng yang bermartabat, mengapa bisa berpakaian begitu kotor dan menggoda wanita di tepi jalan? Sebenarnya August ini orang yang seperti apa?

Meskipun Yuliana bisa segera menutupi ekspresi kagetnya, namun masih bisa disadari oleh seseorang. Steven menyipitkan matanya, tersenyum pada Yuliana dan bertanya : “Ada apa? Istri keponakan dan August kenalan lama?”

Yuliana segera tersenyum dan berkata : “Sebelumnya pernah berpapasan muka, tidak termasuk kenal, jadi tadi tidak mengenali dia.”

“Oh?” Steven sambil senyum, berkata : “Pernah berpapasan muka? Berarti kalian memang ada takdir untuk bertemu. Putraku ini memang tidak pernah tinggal lama di dalam negeri, dia hampir selalu berkeliaran di luar negeri.”

Yuliana dalam hati berpikir : Apa maksud dari Steven ini? Sekarang aku adalah istri Wirianto, malah mengatakan aku dan August ada takdir, apa sengaja memberi isyarat tersembunyi pada Wirianto, kalau aku dan August pernah berhubungan? Sedang menghasut hubungan aku dan Wirianto? Tampaknya apa yang dikatakan oleh Wirianto itu tidak salah, yang disebut dengan paman kedua ini Steven meskipun kelihatan ramah dan baik, tapi memasang jebakan di setiap kata-katanya, bahkan tidak segan-segan menggunakan anak kandungnya sendiri untuk memecahkan hubungan orang lain.

Yuliana lekas tersenyum dan berkata : “Aku yang memiliki takdir bertemu dengan keluarga Leng, cuma iseng saja berjalan di jalanan sudah bisa bertemu dengan orang keluarga Leng. Kelihatannya aku dan Wirianto memang sudah ditakdirkan oleh Tuhan.”

Wirianto berpaling dan tersenyum pada Yuliana : “Tentu saja ditakdirkan oleh Tuhan, kalau tidak juga bukan kamu yang membangunkan aku.”

“Sudahlah sudahlah, jangan ngobrol terus. Anggota keluarga lain yang diundang akan segera tiba, kita juga ambil tempat duduk dulu.” Kata Nyonya Tua Leng ramah dan lembut sambil senyum dengan memicikkan mata.

Yuliana dibawa Wirianto untuk ambil tempat duduk, baru saja duduk sudah terdengar ada anggota keluarga lain yang datang. Wirianto dan Nyonya Tua Leng beranjak bangun untuk menyambut, Yuliana juga ikut bangun. Di saat Yuliana sedang bangun, terdengar August berjalan di belakangnya, mendekat pada punggungnya dengan suara yang rendah berkata : “Kakak ipar, mataku hampir saja dibuat buta olehmu. Kamu bersikap begitu galak dan berani padaku, mengapa di depan kakakku kamu menjadi seorang istri yang patuh dan manis?”

Novel Terkait

Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu