Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 306 Tidak Bisa Menerima Kenyataan

Apakah Yuliana Jian bisa menerima kenyataan bahwa dirinya pernah membunuh banyak orang karena dikontrol oleh August Leng? Wirianto Leng merasa jika Yuliana Jian mengetahui semuanya, Yuliana Jian pasti tidak bisa menerimanya dan semua usaha dia akan menghilang begitu saja. Kemungkinan besar semuanya akan menjadi bertambah buruk.

Wirianto Leng hanya dapat memeluk Yuliana Jian dan dengan pelan berkata: "Yuliana kamu harus ikuti kata hatimu. Hanya kamu sendiri yang mengetahui kenyataan tersebut, aku sendiri pun juga tidak tahu apa yang terjadi pada kamu dan August Leng. Jika kamu ingin mencari kebenaran, maka dirimu sendiri yang harus pergi mencarinya."

Ucapan Wirianto Leng ini bukan hanya untuk menenangkan Yuliana Jian melainkan ini juga merupakan perkataan yang ingin dia katakan, karena dia benar-benar tidak tahu apa yang terjadi pada August Leng dan Yuliana Jian pada masa lalu. Meskipun dia sudah dapat menebak kejadian secara garis besar tetapi jika ada kesalahan sedikit saja itu dapat membuat dia tidak dapat mengetahui kebenaran yang sebenarnya.

Wirianto Leng merasa ucapan psikolog sangat tepat. Meskipun saat ini Yuliana Jian sedang mencari tahu jawaban dari dirinya. Tetapi jika Wirianto Leng benar-benar menceritakan semuanya kepada Yuliana Jian, kemungkinan besar Yuliana Jian pasti tidak mempercayainya. Karena khayalan dan ingatan dia memiliki perbedaan yang sangat jauh dan kemungkinan besar dapat membuat Yuliana Jian kehilangan rasa kepercayaan terhadap Wirianto Leng. Jika benar seperti itu maka semuanya sudah kembali ke titik awal.

Yuliana Jian menangis hingga matanya memerah sambil menggelengkan kepalanya berkata: "aku tidak ingin mencarinya dengan sendiri. Aku takut, aku benar-benar takut!"

Yuliana Jian merasa sangat takut begitu teringat kembali perasaannya yang tadi. Dia seperti tenggelam di dalam kegelapan tanpa batas, tidak ada orang yang melihat ketakutan dan kepanikan dia, tidak ada orang yang mendengar pemintaan tolongnya dan juga tidak ada orang yang datang untuk menolongnya. Yuliana Jian panik sambil menangis berkata: "apa.....apa yang harus aku lakukan? Sebenarnya siapa yang akan datang untuk menolong aku....."

Yuliana Jian memejamkan matanya dengan erat begitu berbicara hingga tahap ini. Wirianto Leng bergegas memeluk Yuliana Jian ke dalam dekapannya dengan pelan berkata: "Yuliana mungkin kamu sudah lupa seberapa kuatnya kamu. Kamu bisa menolong dirimu sendiri. Kamu pasti bisa........"

"Menolong diriku sendiri?" Yuliana Jian menangis sambil menatap ke arah Wirianto Leng: "bukannya kamu yang menolong aku?"

Wirianto Leng menggelengkan kepalanya sambil tertawa berkata: "aku hanya menemanimu. Mulai saat ini, aku akan berada dimana pun kamu berada. Jika kamu masuk ke dalam lubang kegelapan aku juga akan terjun masuk bersamamu. Jika kamu mati aku akan menemanimu pergi mati. Jika kamu hidup aku akan terus menemanimu melewati kehidupanmu. Jika kamu menderita aku akan menemanimu menderita. Jika kamu bahagia aku akan menemanimu bahagia bersama-sama."

Begitu Yuliana Jian mendengar perkataan Wirianto Leng, dia menarik hidungnya lalu sambil menangis menatap Wirianto Leng dengan pelan berkata: "benar?"

Meskipun Wirianto Leng mengatakan bahwa dia tidak akan membantu Yuliana Jian, tetapi ketika Yuliana Jian mendengar bahwa Wirianto Leng akan terus menemaninya, Yuliana Jian merasa tenang. Janji ini seperti jauh leih membuatnya tenang dan terharu dibanding Wirianto Leng mengiyakan untuk membantu dia.

Wirianto Leng menatap Yuliana Jian lalu pelan-pelan mengulas sebuah senyuman dan menganggukkan kepalanya dengan pelan berkata: "semua perkataanku adalah benar."

Yuliana Jian menatap Wirianto Leng dengan lekat, mengedipkan matanya, lalu dia mengadahkan kepalanya dan mencium bibir Wirianto Leng. Wirianto Leng tertegun atas perlakuan Yuliana Jian yang begitu tiba-tiba, tetapi dia dengan cepat merespon dan memeluk Yuliana Jian. Yuliana Jian seperti tidak mengingat sama sekali bagaimana cara dia mencium Wirianto Leng pada masa lalu. Dia bergegas menundukkan kepalanya setelah mencium pelan bibir Wirianto Leng dengan pelan berkata: "aku.....aku merasa........."

Wirianto Leng menundukkan kepalanya menatap Yuliana Jian dengan pelan bertanya: "apa yang kamu rasakan?"

Suara Yuliana Jian semakin mengecil berkata: "aku merasa......aku semakin mempercayai kamu karena bibirmu sangat familiar."

Wirianto Leng tersenyum dan berkata: "masih banyak hal lain yang dapat membuat kamu merasa familiar."

Yuliana Jian segera membesarkan matanya dengan panik berkata: "kamu........kamu jangan berbicara sembarangan! Jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan! Meskipun aku sudah mencium kamu tetapi itu bukan sesuatu hal yang disengajakan. Kamu jangan mengira karena aku sudah mencium kamu, maka aku dapat melakukan hal lain dengan kamu!"

Wirianto Leng tidak dapat menahan tertawaannya begitu mendengar perkataan Yuliana Jian, dia menggelengkan kepalanya dengan pelan berkata: "bukan ini maksud aku! Aku tidak seperti yang kamu pikirkan itu. Maksud aku adalah masih banyak kenangan dan kebiasaan di antara kita, selama kamu sudah dapat mengingatnya dengan samar-samar maka dalam waktu singkat pasti kamu sudah dapat mengingat semuanya. Kita pun juga sudah dapat kembali ke kehidupan dulu......"

Yuliana Jian segera membesarkan matanya begitu mendengar perkataan Wirianto Leng, sambil mengerutkan keningnya berkata: "yang kamu maksud itu kenangan dan kebiasaan kita yang dulu? Aku mengira.............."

Wirianto Leng menatap Yuliana Jian sambil mengerutkan keningnya dan dengan pelan berkata: "kamu mengira apa?"

Yuliana Jian mengedip-kedipkan matanya dengan pelan berkata: "aku......aku mengira kamu...........kamu ingin berbuat..........."

Yuliana Jian semakin mengecilkan suaranya dan wajahnya bersemu merah berkata: "aku mengira..........."

Baru saja Yuliana Jian bersiap-siap mengatakannya tetapi dia bergegas mengadahkan kepalanya menatap Wirianto Leng sambil mengerutkan keningnya berkata: "bukannya kamu sudah mendapatkan jawabannya? Mengapa kamu terlihat seperti tidak tahu apa-apa?"

Begitu Yuliana Jian selesai berbicara, dia bergegas beranjak dengan panik berkata: "aku tidak ingin berbicara denganmu lagi. Jelas-jelas kamu sudah mengetahuinya tetapi kamu masih ingin aku mengatakannya."

Wirianto Leng tidak menyangka respon Yuliana Jian akan jauh lebih cepat daripada perkiraannya. Wirianto Leng tersenyum sambil mengikuti Yuliana Jian dari belakang dengan pelan berkata: "apakah kamu sudah merasa lebih baik?"

Yuliana Jian terhenti dan menoleh menatap Wirianto Leng lalu mengangguk pelan berkata: "aku.........aku merasa lebih baik.........meskipun aku tidak tahu apa yang sudah terjadi, tapi perkataanmu sangat masuk akal. Ini adalah urusan aku seharusnya aku yang menyelesaikannya."

Yuliana Jian tersenyum begitu selesai berbicara. Wirianto Leng mengangkat tangannya dan mengelus kepada Yuliana Jian sambil tersenyum berkata: "kamu memang kuat seperti perkiraan aku. Entah dirimu yang seperti apa pasti dapat membuat aku terkejut dan suka padanya."

Yuliana Jian membalikkan badannya dan melihat sekilas ke arah Wirianto Leng dengan pelan bertanya: "kamu dulu mengatakan kamu sedang menunggu seseorang. Apakah seseorang itu adalah aku?"

Wirianto Leng menganggukkan kepalanya sambil tersenyum berkata: "tentu saja kamu, selain kamu tidak ada orang lain yang perlu aku tunggu."

Yuliana Jian mengigit bibirnya, menundukkan kepalanya sambil tersenyum ringan berkata: "lalu hal-hal aneh yang kamu pelajari itu juga karena aku? Seperti menggali kerang dan hal aneh lainnya itu."

Wirianto Leng tersenyum dan bertanya: "hal aneh?"

Yuliana Jian mengigit bibirnya dan menganggukkan kepalanya berkata: "iya, aku selalu merasa kamu adalah orang yang sangat teratur tetapi tadi ketika kamu melepaskan pakaianmu, kamu terlihat dengan jelas sedang menggoda aku."

Yuliana Jian menganggukkan kepalanya dengan malu begitu selesai berbicara lalu dengan pelan berkata: "apakah karena aku? Kamu menjadi buruk karena aku bukan?"

Wirianto Leng berbicara sambil tertawa: "meskipun kamu sudah tidak mengingat masa lalu tetapi aku tidak menyangka kamu masih begitu terus terang seperti dulu. Iya..........karena kamu. Aku tidak pernah menyukai wanita lain. Semua pertama kali mulai ada sejak bersamamu, semua karena kamu. Karena kamu aku baru mengetahui bagaimana menyukai seseorang, bagaimana melindungi seseorang. Meskipun..........."

Senyuman pada wajah Wirianto Leng memudar begitu berbicara hingga ke tahap ini, dengan pelan berkata: "meskipun beberapa masalah tidak terlihat baik, tetapi aku yang dulu tidak mengerti bagaimana berkorban untuk seseorang hingga bertemu denganmu. Akhirnya aku merasakan perasaan bahagia begitu melihatmu bahagia."

Yuliana Jian mengigit bibirnya dan menundukkan kepalanya dengan wajah yang bersemu merah berkata: "kalau begitu berarti hubungan kita sangat baik ya?"

Wirianto Leng tersenyum dan menganggukkan kepalanya: "iya......baik.....sangat baik......."

Yuliana Jian tersenyum sambil mengadahkan kepalanya menatap Wirianto Leng sambil menganggukkan kepalanya dengan pelan berkata: "aku sangat percaya pada ucapanmu yang ini."

Begitu Yuliana Jian selesai berbicara, dia menggarukkan kepalanya dan menatap Wirianto Leng dengan malu-malu: "lalu apa yang akan kita lakukan sekarang?"

Wirianto Leng tersenyum berkata: "juga tidak ada hal lain yang dapat kita lakukan di pulau kecil ini. Selain makan, tidur dan ngobrol. Sudah siang, sudah jam makan."

Yuliana Jian mengerutkan keningnya: "makan lagi?"

Yuliana Jian merasa tertekan, mengapa harus makan sesering ini. Pada awalnya dia tidak merasa lapar tetapi sudah harus makan kembali. Lagipula dia juga tidak melakukan apa pun karena berada di pulau kecil ini setiap hari dan sekarang sudah mau makan. Meskipun masakan Wirianto Leng sangat baik tetapi Yuliana Jian juga sudah merasa bosan.

Wirianto Leng tersenyum menatap Yuliana Jian berkata: "kali ini aku akan mengajarimu memasak, aku ingin mengajarimu satu masakan yang enak."

Yuliana Jian mengerutkan keningnya: "tetapi aku tidak bisa memasak."

Dulu Yuliana Jian sama sekali tidak pernah mencoba untuk memasak, dia tidak menyukai semua barang yang berada di dalam dapur. Wirianto Leng tersenyum menatap Yuliana Jian berkata: "kamu bukan hanya tidak bisa memasak. Kamu ini benar-benar tidak mengetahui semua hal yang berada di dapur."

Yuliana Jian dengan kebingungan mengerutkan kening sambil menunjuk hidungnya sendiri: "tidak tahu semua hal yang ada di dapur? Itu aku?"

Wirianto Leng menganggukkan kepalanya dan berbicara dengan serius: "iya itu kamu, apakah kamu tahu sebenarnya kedua anak kita menganggap makananmu seperti hukuman?"

Begitu Yuliana Jian mendengar perkataan Wirianto Leng, dia memiringkan sedikit kepalanya sambil menatap Wirianto Leng dengan kening dikerutkan. Setelah beberapa saat, Yuliana Jian tidak dapat menahan tertawaannya, dia menutup mulutnya sambil tersenyum ringan berkata: "terdengar sangat menarik. Akan lebih baik jika aku sudah kembali semula, dengan begitu aku mengetahui apa yang telah terjadi, bagaimana dengan diriku yang dulu dan wajah anak-anak......"

Begitu selesai berbicara, Yuliana Jian menundukkan kepalanya dengan pelan berkata: "tetapi aku merasa sangat kacau dalam menghadapi ini semua. Untung saja kamu tidak membawa anak-anak kemari, jika tidak aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Aku masih tidak tahu bagaimana menjadi seorang ibu, tetapi aku sangat tertarik begitu mendengar pembicaraan kamu, aku benar-benar berharap aku lekas sembuh."

Begitu selesai berbicara, Yuliana Jian tiba-tiba menggenggam lengan Wirianto Leng dan bertanya dengan kencang: "oh iya aku bahkan sudah melupakannya. Bagaimana ayahku? Apakah dia baik-baik saja? Aku tidak berhubungan dengan ayah sejak aku sakit. Dulu aku berpikir aku diculik olehmu sehingga dia tidak berani menghubungi aku. Tetapi sekarang aku sudah merasa yakin bahwa kamu dapat dipercaya, aku pun ingin menghubungi ayahku dan memberitahu keadaanku yang sekarang baik-baik saja, dia tidak perlu khawatir."

Wirianto Leng menatap Yuliana Jian dan mengatupkan bibirnya. Dia merasa Tuhan memperlakukan Yuliana Jian terlalu kejam. Hal yang pernah dia lalui itu sudah cukup sulit dan kebanyakan orang tidak bisa menerimanya. Tetapi sekarang dia ingin membuat Yuliana Jian merasakannya sekali lagi, semua perpisahan dan rasa sakit harus di ulang sekali lagi.

Wirianto Leng tidak berani memberitahu semuanya, hari ini Yuliana Jian sudah mengetahui banyak hal dan itu sudah mencapai batas maksimalnya. Jika dia terus memberitahunya, kemungkinan akan dapat memohok Yuliana Jian. Wirianto Leng tersenyum ringan berkata: "ayah kamu sedang sibuk dengan urusan kantor, dia tidak tahu mengenai penyakit kamu. Kamu juga seharusnya ingat bahwa ayahmu sangat sibuk, tekanan darahnya juga tinggi, jika dia mengetahui mengenai keadaanmu, itu akan memperburuk kesehatannya. Jika kamu menelepon dia sekarang, tanpa memerlukan waktu yang lana dia pasti akan menyadari ada yang salah denganmu. Bagaimana jika dia menanyakan mengenai anak, apa yang akan kamu jawab? Jika dia menanyakan hubungan kita, apa yang akan kamu jawab? Jika dia mengetahui ada yang salah dengamu, dia pasti tidak dapat menerimanya. Jadi kita jangan memberitahu dia terlebih dahulu, tunggu kamu pulih sepenuhnya, kamu baru beritahu lagi kepada ayahmu, bagaimana?"

Yuliana Jian memiringkan kepalanya begitu mendengar perkataan Wirianto Leng dan menganggukkan kepalanya sambil tersenyum berkata: "kamu sangat teliti. Oh iya kalau begitu apakah kamu memberitahu ayah mengenai hal apa yang sedang aku lakukan sekarang?"

Wirianto Leng menjawab dengan pelan: "aku sudah mengatakannya. Dia tahu kita sedang bertamasya, kamu tenang saja, ayahmu sangat menghormati kehidupan kita berdua, dia pasti tidak akan menelepon untuk menganggu kita."

Yuliana Jian segera tersenyum sambil menolehkan kepalanya menatap Wirianto Leng begitu mendengar perkataannya: "aku percaya pada perkataanmu yang baru saja kamu katakan. Ayahku memang seperti itu, dia tidak akan menganggu kehidupan aku. Dia pasti akan mendukung aku apabila ada hal yang ingin aku lakukan. Tetapi, ibu angkatku dan adikku tidak menyukai aku, terkadang mereka membicarakan tentang kejelekanku di depan ayah. Tetapi dia tidak pernah mempercayainya. Dia tidak seperti beberapa ayah yang lain, begitu sudah memiliki istri baru (ibu angkat untuk anaknya) maka dia sendiri akan menjadi ayah angkat. Dia selama ini selalu menjadi ayah kandung, karena dia meskipun seberapa benci terhadap ibu angkat dan adikku, tetapi aku terus berusaha untuk menjaga mereka meskipun suatu saat nanti jika ayah sudah tidak ada............"

Yuliana Jian mengeluarkan ekspresi sedih dan berkata: "meskipun suatu saat nanti dia sudah tidak ada, aku juga akan berusaha untuk menjaga mereka dengan baik."

"Oh........." Wirianto Leng menjawab sambil menatap Yuliana Jian.

Yuliana Jian memang benar sedang berusaha menjaga ibu angkat dan adiknya. Tetapi ketika dia mengetahui adiknya Sally Jian memiliki kaitan dengan kematian ayahnya Rishendy Jian, Yuliana Jian langsung melepaskan ibu angkat dan adiknya.

Yuliana Jian berjalan beberapa langkah lalu menoleh menatap Wirianto Leng sambil tersenyum berkata: "dulu ayahku selalu cemas aku tidak dapat menikah. Dia selalu mengatakan aku terlihat lembut dari luar tetapi dalamnya sangat keras. Tetapi sekarang aku bertemu denganmu. Bagaimana? Ketika aku menikah denganmu, dia pasti bahagia bukan? Apakah dia menangis?"

Wirianto Leng mengatupkan bibirnya sambil menatap Yuliana Jian. Dia tidak tahu bagaimana cara mengatakannya kepada Yuliana Jian. Karena beberapa hal, mereka tidak ada waktu mengadakan resepsi. Lagipula awal hubungan mereka juga tidak baik. Mengenai ayahnya pun tidak sempat mengetahui bahwa dia sudah memiliki orang yang dicintai.

Wirianto Leng mengerutkan keningnya sambil menatap Yuliana Jian. Yuliana Jiang juga melihat ke arahnya. Setelah beberapa saat, Wirianto Leng baru berkata: "dia sangat bahagia dan juga sangat sedih karena tidak rela. Tetapi aku tidak melihatnya menangis. Dia adalah seorang pria dewasa, jika menangis pun juga akan menangis diam-diam."

Yuliana Jian menganggukkan kepalanya sambil menatap Wirianto Leng berkata: "benar, yang kamu katakan itu memang ayahku! Dia memang seperti itu!"

Setelah selesai berbicara, Yuliana Jian kembali membalikkan badannya dan berjalan ke arah depan. Sambil berjalan Yuliana Jian sambil berkata dengan tersenyum: "kalau begitu aku benar-benar harus bisa memasak. Tunggu ingatanku kembali aku tidak hanya dapat memasak untuk anak-anak tetapi juga untuk ayahku, dengan begitu dia tidak akan curiga bukan?"

Wirianto Leng menatap punggung Yuliana Jian sambil mengangguk pelan dan tersenyum berkata: "yang kamu katakan sangat benar."

Melihat Yuliana Jian berjalan ke depan dengan bersemangat, Wirianto Leng menjulurkan tangan menopang pada dinding dan memaksa untuk berdiri tegak. Wirianto Leng selamanya pun tidak akan lupa wajah sedih Yuliana Jian ketika melihat mayat ayahnya dan juga membuat dirinya salah mengambil keputusan. Dia mengira dengan Yuliana Jian pergi menjauh darinya maka sedang menjaga dia.

Apa yang harus dilakukan Wirianto Leng agar Yuliana Jian dapat berhasil melewati kenangan ini. Tiba-tiba Wirianto Leng merasa panik begitu melihat Yuliana Jian yang perlahan-lahan sudah mengingat beberapa keping masa lalu. Dia merasa lebih panik dibanding dengan ketika Yuliana Jian hilang ingatan sepenuhnya.

Yuliana Jian tersenyum sambil berjalan ke dapur pada lantai satu dan melambaikan tangan ke arah Wirianto Leng lalu berteriang: "Wirianto ayo kemari. Apa yang ingin kamu ajarkan padaku?"

Wirianto Leng menatap Yuliana Jian sambil tersenyum dan bertanya dengan pelan: "apa yang ingin kamu pelajari?"

Yuliana Jian menatap Wirianto Leng dengan kepala di miringkan: "aku hanya ingat ayah suka makan beer braised duck, sedangkan apa yang disukai anak-anak.........anak kita......."

Ketika Yuliana Jian membicarakan hal ini, dia masih merasa sedikit tidak nyaman dan dia berbisik dengan malu-malu: "apa yang disukai oleh kedua anak kita?"

Wirianto Leng tersenyum menatap Yuliana Jian berkata: "Melly Jian suka makan makanan manis, dia paling menyukai kue."

Yuliana Jian bergegas mengerutkan keningnya berkata: "hah? Kue? Terdengar sangat sulit!"

Wirianto Leng sambil tersenyum berkata: "kalau begitu ganti dengan yang lain."

Yuliana Jian menggelengkan kepalanya sambil tersenyum berkata: "tidak, kue saja. Meskipun aku merasa sulit tetapi begitu teringat bisa membuatkan untuk dia, dia pasti akan sangat senang. Entah kenapa ketika aku terpikirkan hal ini, aku merasa begitu senang. Aku merasa aku sangat cocok menjadi seorang ibu........apakah dulu aku adalah ibu penuh waktu? Maksudnya seorang ibu yang melakukan segala hal demi anaknya seperti ibuku dulu yang sangat lembut terhadap anak-anaknya. Tidak pernah memarahi mereka dan menyalahi mereka."

Begitu Wirianto Leng teringat peristiwa ketika Yuliana Jian dengan anak-anak, dia tidak bisa menahan tertawaannya dan menggelengkan kepalanya: "sepertinya tidak selembut yang kamu pikirkan. Kamu bisa menghukum mereka, mereka juga dapat menindas kamu. Kedua kubu yang sangat hebat."

Yuliana Jian mengerutkan keningnya dan dengan ekspresi curiga: "benarkah? Mengapa aku merasa tidak dapat dipercaya? Aku ini orang dewasa, sedangkan mereka berdua hanyalah anak kecil. Bagaimana mungkin bisa melawan denganku?"

Wirianto Leng tersenyum melihat Yuliana Jian yang penuh dengan rasa percaya diri berkata: "mungkin kedua anak kita berbeda dengan anak yang lain."

Yuliana Jian mengerutkan kening menatap Wirianto Leng dengan pelan bertanya: "apa? Kedua anak yang sombong bukan?"

Wirianto Leng berbicara dengan pelan: "bukan sombong melainkan jail. Mevin jauh lebih baik daripada Melly Jian tetapi dia jail pada sisi yang lain sehingga tidak dapat dikatakan siapa yang jauh lebih mudah diatur."

Yuliana Jian mengerutkan keningnya begitu mendengar perkataan Wirianto Leng dan menghela nafas berkata: "mendengar perkataanmu, sepertinya sangat sulit untuk berinteraksi dengan kedua anak ini."

"Kamu tidak perlu cemas sama sekali." Wirianto Leng melihat ekspresi Yuliana Jian seperti seorang "ibu angkat" yang sedang menghadapi dua anak jail. Wirianto Leng tersenyum ringan dan membujuknya: "kamu tenang saja, mereka sangat mencintaimu. Mereka juga sangat takut ketika kamu sedang marah."

Akhirnya Yuliana Jian mengulas sebuah senyuman begitu mendengar mengenai hal ini dan menghembuskan nafas dengan lega, lalu mengerutkan keningnya menatap Wirianto Leng dan bertanya dengan kebingungan: "sebenarnya aku selalu tidak mengerti mengapa kedua anak itu tidak mengikuti marga kamu? Meskipun aku hilang ingatan, tetapi aku ingat Keluarga Leng merupakan sebuah keluarga besar. Bagaimana mungkin mereka memperbolehkan keturunannya mengikuti marga pihak wanita? Apakah pemikiran keluargamu begitu terbuka?"

Novel Terkait

Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu