Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 405 Pulang

Yuliana Jian tersenyum dan mengangkat kepalanya untuk mencium bibir Wirianto Leng, dan berkata sambil tersenyum: "Kalau kamu mendengarnya, kamu tidak harus mengatakannya, nikmati saja sendiri."

"Karena aku terlalu senang." Wirianto Leng tersenyum dan berbalik dan memeluk Yuliana Jian: "Jadi aku tidak bisa menyembunyikannya."

Yuliana Jian tersenyum dan memandang Wirianto Leng: "Kamu juga bukannya belum pernah dipuji, kenapa kamu bisa begitu bangga. Aku tidak jarang memuji kamu, apa perlu begini?"

Wirianto Leng tersenyum dan mengangguk: "Perlu, setiap kali kamu memuji aku, aku merasa bangga."

Yuliana Jian mendengar perkataan Wirianto Leng, menyipitkan mata dan tertawa: "Mendengarkanmu membuatku merasa aku punya pengaruh besar padamu, dan aku juga merasa sangat bangga."

Wirianto Leng tersenyum dan bertanya, "Seterusnya mau pergi kemana? Terus maju kedepan?"

Yuliana Jian mengerutkan kening, melirik Wirianto Leng, dan berbisik: "Sebenarnya, aku tidak ingin pergi lagi, aku ... aku ingin pulang. "

Wirianto Leng mengangguk dan tersenyum, "Aku mengerti."

Yuliana Jian segera menatap Wirianto Leng: "Kenapa kamu tidak merasa terkejut sama sekali? Apa kamu pikir aku sangat tidak berguna? Baru pergi beberapa hari saja sudah kangen rumah?"

Wirianto Leng tersenyum dan memeluk Yuliana Jian: "Kenapa kamu berpikir begitu? Awalnya memang untuk bersenang-senang. Kita mau pergi kemana ya pergi kemana, kalau mau pulang ya kita pulang. Ini memang liburan kita, dan kita bisa menghabiskannya sesuka kita. "

Yuliana Jian tersenyum dan mengangguk: "Tidak apa-apa kalau kamu memikirkannya seperti ini, kalau gitu kita masih punya sehari lagi untuk jalan-jalan, dan kita akan kembali besok?"

Wirianto Leng tersenyum dan berkata, "Oke."

Yuliana Jian tersenyum dan memeluk Wirianto Leng: "Lalu ke mana kita pergi hari ini? Apa kamu punya tempat?"

Wirianto Leng menatap jendela dan berkata sambil tersenyum, "Kita bisa pergi ke sungai, ada perahu di tepi sungai, kita bisa naik perahu dan bersenang-senang di sepanjang sungai."

Yuliana Jian tertawa: "Kedengarannya sangat menarik. Perjalanan kita terlihat santai, tapi juga sangat terburu-buru, mash belum mengerti apa-apa. Hari ini kita bisa keliling disini sepuasnya, dengar-dengar tempat ini menyenangkan, kita bisa makan dim sum saat kita naik perahu. "

Saat Yuliana Jian membicarakan hal ini, dia tiba-tiba menjadi tertarik, segera berdiri, dan berkata sambil tersenyum: "Pasti akan seru, mendengarkan lagu, makan dimsum, menikmati pemandangan di sepanjang sungai, kalau dipikirkan saja sudah seru. "

Wirianto Leng tersenyum dan mengangguk, "Perahu sudah siap."

Yuliana Jian segera melebarkan matanya dan menatap Wirianto Leng dengan tidak erduga: "Masa, kamu bahkan sudah memesan kapal, kamu ... kamu benar-benar ..."

Ketika Yuliana Jian mengatakan ini, dia tersenyum tak berdaya dan menggelengkan kepalanya, "Aku tidak tahu bagaimana lagi, Tuan Wirianto Leng, kamu benar-benar hebat, bisa memikirkan hal-hal seperti ini. Mau cari masalah pun juga tidak ketemu. "

Wirianto Leng tersenyum dan berkata, "Daripada kamu memuji saya, lebih baik memberi saya sesuatu yang praktis."

Yuliana Jian menyipitkan matanya, tersenyum dan menatap Wirianto Leng: "Apa yang kamu inginkan?"

Wirianto Leng menunduk, memandang Yuliana Jian, dan bertanya dengan suara yang dalam, "Menurutmu? Coba tebak?"

Yuliana Jian segera mengangkat kepalanya dan mencium bibir Wirianto Leng, tersenyum dan berkata, "Aku rasa, yang kamu inginkan adalah ini."

“Apa lagi?” Tanya Wirianto Leng sambil tersenyum.

Yuliana Jian segera mengangkat kepalanya dan mencium sudut mulut Wirianto Leng dengan lembut: "Masih mau lagi?"

Wirianto Leng tersenyum dan berkata, "Simpan dulu, akan ku minta kembali di masa depan."

Yuliana Jian tersenyum dan berdiri: "Kalau begitu jangan buang waktu lagi, ayo keluar lihat-lihat."

Wirianto Leng juga tersenyum dan berdiri: "Aku akan pergi denganmu."

Yuliana Jian mengangguk, keduanya dengan cepat berganti pakaian dan berjalan keluar, mereka mengenakan pakaian kasual, Yuliana Jian hanya mengenakan kaus dan jins tanpa make-up, dia berjalan keluar sambil bergandengan tangan dengan Wirianto Leng. Meskipun Wirianto Leng mengenakan pakaian biasa, penampilannya masih menarik perhatian banyak orang saat diluar.

Tapi Yuliana Jian dan Wirianto Leng sudah terbiasa dengan tatapan orang lain, perhatian yang berlebihan tidak mempengaruhi Yuliana Jian dan Wirianto Leng sampai mereka duduk di kapal. Saat ini, langit masih belum gelap, dan tidak ada banyak tamu yang datang, karena Wirianto Leng telah menyewa kapal, pemilik kapal sangat antusias terhadap Wirianto Leng dan Yuliana Jian. Mereka menambahkan beberapa camilan lagi.

Yuliana Jian dan Wirianto Leng duduk di posisi terdalam, saat perahu perlahan mulai, nyanyian lembut terdengar, dan Yuliana Jian segera menyipitkan matanya dan berbalik untuk melihat. Wirianto Leng tersenyum dan berkata, "Itu baru terasa."

Wirianto Leng mengambil sepotong kue dan menyuapkannya ke Yuliana Jian. Yuliana Jian segera membuka mulutnya dan menggigitnya. Ada wanita yang bermain alat musik dan bernyanyi dengan aksen lokal di haluan kapal. Yuliana Jian tidak bisa mengerti apa yang dia nyanyikan sama sekali, hanya berpikir itu sangat bagus. Yuliana Jian sambil makan dim sum sambil menatap wanita itu dengan rasa penasaran, lalu dia tersenyum dan bertanya, "Menurutmu apa yang dia nyanyikan?"

Wirianto Leng tersenyum dan mengangguk, "Aku tahu."

Yuliana Jian memandang Wirianto Leng dengan terkejut: "Kamu mengerti aksen lokal disini?"

Wirianto Leng tersenyum dan menggelengkan kepalanya: "Aku tidak mengerti apa aksen lokal di sini, tetapi lagu itu pasti tentang cinta, kalau tidak, tidak mungkin akan begitu lembut."

Yuliana Jian tersenyum dan bersandar di bahu Wirianto Leng, sambil makan dimsum, dia tersenyum dan berkata, "Kalau begitu aku akan tanya, kalau dia menyanyikan tentang pemandangan atau cerita rakyat, aku harus menertawakanmu dengan baik. Kalau tidak, aku tidak akan memiliki kesempatan untuk menertawakanmu. "

Wirianto Leng menoleh dan mencium dahi Yuliana Jian dengan ringan. Dia tersenyum dan berkata, "Punya niat buruk ya, berharap aku terlihat bodoh."

Yuliana Jian tersenyum dan berkata: "Siapa suruh CEO Leng kita selalu begitu sempurna dan terlalu sedikit peluang untuk terlihat bodoh? Kalau kamu tidak begitu sempurna, aku tidak akan memiliki pikiran buruk seperti itu, berharap kamu terlihat bodoh. "

Wirianto Leng tersenyum dan melihat keluar dari kabin, lalu tiba-tiba tersenyum dan berkata, "Lihat, apa yang ada di sampingmu?"

Begitu Yuliana Jian menoleh, dia melihat sekelompok bebek berenang melewatinya. Yuliana Jian tidak bisa menahan tawa dan menggelengkan kepalanya: "Kenapa bebek? Seharusnya bukan angsa, baru cocok dengan pemandangan ini ..."

Yuliana Jian berkata, berhenti sebentar, dan berkata sambil tersenyum: "Kalau angsa yang tidak akan begitu menarik, karena angsa tidak seharusnya ada di sini, bebek sangat cocok dan menarik. Tunggu kalau ada waktu, Kita harus membawa Melly dan yang lain kesini sekali, Melly pasti akan sangat senang melihat bebek. "

Wirianto Leng tersenyum dan mengangguk: "Yah, dia pasti akan sangat senang karena dia bisa makan bebek bakar, bebek rebus, dan bebek panggang lagi."

Yuliana Jian menoleh untuk menatap Wirianto Leng tanpa daya: "Kalau kamu bilangnya seperti ini, aku jadi tidak tega melihat bebek kecilnya."

Novel Terkait

 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu