Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 325 Orang Yang Aneh

Yuliana Jian menatap Wirianto Leng, dia tersenyum dan perlahan mengangukan kepala dan berkata: "baiklah, bila kamu memiliki permintaan seperti itu, walaupun setelah tua akan menjadi jelek, aku akan tetap mencoba menjadi tua dan terus bersamamu."

Wirianto Leng tersenyum dan mencium bibir Yuliana Jian, lalu tersenyum berkata: "apakah aku harus berterima kasih padamu?"

Yuliana Jian memiringkan kepala menatap Wirianto Leng, dia tidak dapat menahan dirinya untuk tertawa dan berakta: "terima kasih kembali, ini adalah hal yang seharusnya aku lakukan sebagai orang yang mencintaimu.,"

Wirianto Leng tersenyum dan memeluk Yuliana Jian, lalu berbisik: "masih boleh?"

Yuliana Jian langsung membelalakan mata dan segera mengelengkan kepala: "Aku.....aku tidak....."

Selesai Wirianto Leng berkata dia segera mengendong Yuliana Jian duduk dia tas tubuhnya. Yuliana Jian mengunakan sepasang tangannya di letakan di atas dada Wirianto Leng, mengerutkan keningnya dan berteriak: "kamu....perlukah hingga segila ini? masih mau berapa kali lagi? kamu masih kesehatan tubuhmu?"

Wirianto Leng menahan pinggang Yuliana Jian, tersenyum ringan dan berakta: "Terakhir kalinya, ini terakhir kalinya, maka aku akan membiarkanmu tidur."

Wirianto Leng tidak membiarkan Yuliana Jian menolaknya, dia segera tersenyum dan berkata: "sepertinya boleh..."

Sekarang Wirianto Leng bagaikan anak kecil rakus, alis Yuliana Jian kembali di kerutkan, lalu mengatakan penolakan, dia hanya dapat dengan pasrah mengerutkan keningnya dan berkata: "Kalau begitu.....untuk terakhir kalinya..."

Selesai Yuliana Jian berkata, bibirnya langsung di tutup oleh Wirianto Leng, selanjutnya Yuliana Jian tidak dapat berbicara lagi, hanay dapat membuat erangan.

Yang aneh adalah, Yuliana Jian di buat sangat lelah oleh Wirianto Leng, ternyata sama sekali tidak tertidur, dia tetap dengan sangat sadar mengingat setiap sentuhan dan setiap ciuman Wirianto Leng. Bagaikan walaupun kesadarannya sangat lelah, tetapi tubuhnya justru sangat gembira akan pertemuan kembali ini, berusaha menikmati semua pertemuan kembali ini.

Setelah Yuliana Jian selesai mandii, ketika Wirianto Leng menggendongnya ke atas ranjang, Wirianto Leng masih terlihat bersemangat, seperti kegilaan malam ini sama sekali tidak menghabiskan tenaganya, justru seperti menambah tenaganya. Yuliana Jian saat ini sudah kehabisan tenaga, dia mengerutkan alis, dengan sedikit tidak senang menatap Wirianto Leng yang masih bersemangat, Yuliana Jian langsung bersembunyi di dalam selimut dengan suara kecil bergumam: "apakah kamu ini siluman?"

Setelah Wirianto Leng meletakan Yuliana Jian di atas ranjang, dan sedang berganti pakaian terdengar Yuliana Jian berakta, dia langsung tertawa, dan menatap Yuliana Jian yang berwajah kesal dan di bungkus selimut yang berbaring di atas ranjang, Wirianto Leng tersenyum dan bertanya: "Mengapa berkata demikian? kalaupun memang siluman, seharusnya kamu yang siluman? mengapa aku?"

"Juga ada siluman laki-laki. Yuliana Jian mengerutkan kening menatap Wirianto Leng, lalu mengomel: "rasanya kamu menghirup habis semua tenangaku, bila tidak mengapa aku sudah kehabisan tenanga, tetapi kamu masih begitu bersemangat? Bila aku adalah siluman, sekarang yang berbarig di atas ranjang dan bahkan mengerakan jari pun tidak kuat seharusnya kamu!"

Yuliana Jian berkata, dia merasa sangat tidak adil, dengan bibir di monyongkan, wajahnya terlihat semakin kesal.

Wirianto Leng menatap Yuliana Jian, tersenyum dan mencium bibir Yuliana Jian: "itu karena tubuhmu masih lemah, mulai besok, kamu tidak boleh malas lagi, pergi joging bersama ku."

Yuliana Jian berbaring di dalam selimut yang hangat dan menatap keluar jendela: "di luar bersalju..."

Wirianto Leng tersenyum dan berkata: "Jangan mencari alasan, kita mempunyai alat treadmilll di rumah."

Yuliana Jian mengerutkan alis dan bergumam: "Tetapi begitu dingin, seharusnya...."

"Seharusnya bersemunyi di dalam selimut?" ucap Wirianto Leng dengan tersenyum, dia dapat melihat isi hati Yuliana Jian, Yuliana Jian merasa malu dan menyembunyikan kepalanya, mengangukan kepala, dan berkata: "mengapa kamu tahu?"

Wirianto Leng mengulurkan jarinya menunjuk dada Yuliana Jian: "Apa yang kamu pikirkan, bagaimana mungkin aku tidak mengetahuinya?"

Wirianto Leng tertawa setelah berbicara, perlahan dia menyimpan kembali senyumannya, dengan seirus menatap Yuliana Jian: "tetapi tidak boleh malas lagi, kita sudah terlalu lama menunda, bila tidak berusaha menjaga kesehatan, bagaimana mungkin kita dapat menjadi tuan tua dan nyonya tua. Aku berharap ketika kita sudah tua, masih dapat bersama-sama pergi ke pantai mencari kerang, dan bukannya sakit di atas ranjang."

"Mencari kerang...." Yuliana Jian teringat Wirianto Leng pernah melakukan hal konyol tersebut, dia tidak dapat menahan dirinya untuk tertawa: "sungguh tidak mengerti apa yang dulu kamu pikirkan, tetapi.....karena kamu sudah mengatakannya, maka aku akan berusaha. Tetapi hari ini aku pasti tidak akan bisa bangun...."

Yuliana JIan berbicara, setengah wajahnya bersemunyi di dalam selimut, mengerjapkan matanya menatap Wirianto Leng dan tersenyum berkata: "Aku terluka serius sekarang, dan ini adalah cedera yang berhubungan dengan pekerjaan, jadi aku tidak bisa bangun ..."

"Aku tahu....jadi aku bilang besok." Wirianto Leng tersenyum dan mencium dahi Yuliana Jian: "kamu istirahat dulu, aku antar anak-anak ke sekolah, tunggu aku kembali, aku akan membuatkanmu sarapan dan memanggilmu untuk bangun dan makan."

Yuliana Jian mendengar perkataan Wirianto Leng, dia segera menarik ujung selimutnya, dengan gugup bertanya: "itu....bila anak-anak bertanya mengapa aku tidak bangun, kamu akan bagaimana menjawabnya?"

Wirianto Leng tersenyum berkata: "bilang saja kamu kemarin sangat lelah."

Yuliana Jian mengerutkan keningnya: "Bagaimana mungkin mereka akan percaya? tidak akan bertanya macam-macam kan?"

Wirianto Leng tersenyum dan mengangukan kepala: "tidak akan banyak bertanya, anak-anak kita sangat pintar."

Selesai Wirianto Leng berkata, sambil tersenyum dia keluar dari kamar. Yuliana Jian berbaring di atas ranjang, mengerjapkan matanya, dan baru menyadari maksud dari kata-kata Wirianto Leng, dia segera berteriak: "Bukan....hei....Wirianto Leng kamu jangan pergi, kamu tidak boleh berkata seperti itu kepada anak-anak. Kamu akan membiarkan anak-anak mengetahui hal seperti ini lebih awal, Aduh, kamu begini, bagaimana aku dapat menghadapi anak-anak? aku akan sangat canggung."

Selesai Yuliana Jian berkata justru tidak terdengar Wirianto Leng menjawab, sekarang dia sudah sangat kelelahan, dia hanya dapat berbaring di atas ranjang, kemudian bergumam: "Sudahlah, terserah saja, aku tidak peduli lagi."

Dan, Wirianto Leng yang berdiri di luar pintu sedang melihat kedua anak yang dengan mata besar mendegar perkataan Yuliana Jian, Wirianto Leng tersenyum dan berkata: "Bila kalian bedua terus berdiri di luar pintu, seharusnya sudah tahu, aku tidak perlu menjelaskan apapun lagi bukan? Mengapa ibu kalian tidak dapat bangun untuk mengantar kalian ke sekolah?"

Melly Jian mengelengkan kepala terlebih dahulu: "Tidak perlu...aku....aku pergi ke sekolah dulu..."

Wirianto Leng tersenyum dan mengangukan kepala, dan menolehkan kepala menatap Melvin Jian, Melvin Jian pun segera mengangkat tangannya dan membuat pose berhenti, Melvin jian berakata: "membuat telinga panas."

Selesai Melvin Jian berkata, dia pun berlalu dari sisi Wirianto Leng. Setelah dia berjalan beberapa langkah, terlihat Melly Jian sudah turun ke bawah, Melvin Jian mengangkat kepalanya menatap Wirianto Leng, dan membengkokkan jarinya kepada Wirianto Leng: "Ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu."

Wirianto Leng berjongkok di hadapan Melvin Jian: "Mau bilang apa?"

Melvin Jian memiringkan tubuhnya dan berbisik kepada Wirianto Leng: "setelah kamu menemukan ibu, kamu tidak memberitahu kami, dan membua surat wasiat dan menelantarkan kami, kamu pergi menemani ibu, aku tidak memberitahu Melly, kamu pun jangan bilang padanya."

Wirianto Leng mengerutkan alis, lalu tersenyum bertanya: "kamu tidak memberitahunya sama sekali?"

Melvin Jian menganggukan kepala: "Aku tidak tahu berapa banyak yang Melly tebak, tetapi aku tidak memberitahunya. Karena aku adalah kakak, aku harus melindunginya, aku tidak ingin dia tahu kamu pernah ingin menelantarkan kami."

Wirianto Leng merapatkan bibirnya menatap Melvin Jian: "Bagaimana dengan mu? Apakah kamu marah?"

Melvin Jian mengelengkan kepala: "Aku tidak marah, ibu adalah orang yang kamu cintai, dia adalah orang yang menemanimu seumur hidup. Aku dan Melly hanyalah anak, kami tidak mungkin selamanya hidup bersama dengan kalian. Jadi demi ibu kamu merelakan kami, sudah sepantasnya. Dan juga, waktu itu aku mendengar kamu membuat keputusan ini, aku sebenarnya sangat senang. Mungkin...."

Melvin Jian mengerutkan keiningnya, menatap Wirianto Leng: "Mungkin aku telah menganggap diriku bagian dari ibu, sehingga ketika kamu membuat keputusan seperti itu, aku sama sekali tidak merasa itu adalah sebuah pilihan, aku adalah yang di telantarkan?"

Melvin Jian selesai berkata lalu kembali menundukan kepala, dengan sedikit bingung dia mengelengkan kepala: "Aku juga tidak begitu mengerti perasaan ini, tetapi.....selalu merasa bersedia merelakan semuanya demi ibu, dari pada kamu meninggalkan ibu dan memilih kami, aku lebih bahagia kamu memilih ibu dan menelantarkan kami. Bila saat itu kamu tidak membuat keputusan seperti itu, dan menelantarkan ibu, membuat ibu sendirian menghilang, maka sekarang kami tidak akan memiliki ibu lagi, hanya dapat bergantung pada ayah yang tidak dapat di andalkan, tidak akan seperti sekarang memiliki ayah dan ibu."

Melvin Jian berkata, terlihat dia sangat dewasa, seperti orang yang sangat dewasa yang sudah matang, di tambah lagi dengan wajahnya yang masih anak-anak, terlihat sangat menarik.

Wirianto Leng memandang Melvin Jian ​​yang terbenam dalam emosinya dan menunjukkan ekspresi bingung, dan kemudian dia tertawa: "Kamu sudah memanggilku Ayah, dan Yuliana Ibu?"

Melvin Jian memutar matanya dengan kesal kepada Wirianto Leng: "sejak awal aku memangil kalian seperti itu, kamu baru menyadarinya?"

Melvin Jian berkata, mengerutkan keningnya menatap Wirianto Leng: "kamu juga harus berusaha menjadi ayah yang baik, walaupun ibu sudah membaik, tetapi kamu tidak boleh hanya menjadi suami yang baik....."

"Kakak......ayah.....apa yang kalian lakukan? sudah mau terlambat!' Melly Jian terteriak dari lantai bawah.

Melvin Jian segera berteriak menjawab: "Sudah, kami akan turun."

Lalu, Melvin Jian memutar kepalanya menatap Wirianto Leng dan berbisik: "lebih baik kita tutupi hal ini dari Melly, cara berpikir Melly agak aneh, mungkin dia akan merasa tidak senang, dan akan merasa sedih."

Melvin Jian selesai berkata, dengan cepat dia berlari kebawah. Wirianto Leng menatap punggung Melvin Jian, mengerutkan keiningnya dan mengelengkan kepalanya, lalu berakta: "Orang yang cara berpikirnya aneh sepertinya itu kamu bukan?"

Wirianto Leng selesai berkata, lalu terdengar Melly Jian berteriak memangilnya dari bawah, Wirianto Leng dengan cepat berlari ke bawah, lalu tersenyum kepada Melly Jian yang mulutnya cemberut dan ketika marah sedikit mirip dengan Yuliana Jian: "Baik, aku akan segera mengantar kalian ke sekolah."

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu