Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 51. Kamu Paling Cantik

Setelah menutup telepon, Michael mengerutkan kening dan menatap departemen penjualan dengan dingin, mengertakkan gigi dan berbalik untuk meninggalkan perusahaan. Mobilnya baru saja pergi tidak jauh dari perusahaan, dia melihat seorang perempuan muda berdiri menunggu mobil di tepi jalan. Karena perempuan muda ini sedikit mirip dengan Yuliana, tapi kelihatannya lebih muda, terlihat lebih liar dan berani, Michael pun tidak tahan tidak melihatnya.

Dia melihat perempuan muda itu dengan teliti, baru sadar siapa perempuan ini, dia adalah adik perempuan Yuliana, Sally Jian.

Michael berpikir sejenak, kemudian menepikan mobilnya dan mengeluarkan kepalanya dari mobil bertanya sambil tertawa kepada Sally: "Kamu Sally, kan? Masih ingat aku? Kita pernah bertemu beberapa kali."

Sally mengerutkan keningnya dan melihat Michael dengan teliti, kemudian seperti teringat sesuatu dan mengangguk: "Ah? Aku ingat, ayahku pernah membawamu ke rumah, kamu bukannya Michael Chu yang hampir membuat keluargaku bangkrut? Kamu ini benar-benar licik, hampir membuatku menjadi orang miskin! Bahkan membuat ayahku sakit, kalau ayahku masih ada disini, mana mungkin Yuliana itu bisa sesombong itu, dia bisa-bisanya tidak memberikanku uang!"

Michael mengerutkan keningnya, menunjukkan ekspresi kaget: "Apa? Yuliana bisa-bisanya seketerlaluan itu? Tidak disangka dia begitu kejam, gadis cantik sepertimu sudah seharusnya memakai pakaian cantik dan keluar masuk restoran mewah? Bagaimana bisa hidup sesedih ini? Apakah dia iri padamu lebih cantik darinya?"

"Hmph...." Sally mendengus ringan: "Makanya, aku juga merasa dia iri padaku yang muda dan cantik, kalau tidak mana mungkin sekejam ini padaku?"

Berkata sampai sini, Sally pun berjalan ke samping mobil Michael dan tertawa:"Semua orang berkata kamu jahat, kamu yang membahayakan keluarga Jian, tapi aku lihat kamu lumayan baik. Mmm, mobilmu juga bagus, aku paling suka mobil mewah. Tapi sebelumnya ayahku tidak mengizinkanku mengemudi, dia bilang aku terlalu muda. Sekarang ayahku sudah jadi idiot, akhirnya dia tidak akan mengurusiku lagi, tapi malah jadi miskin, ditambah mendapatkan kakak yang begitu keras padaku. Aku benar-benar sial!"

Michael menyipitkan matanya melihat Sally: "Kalau begitu mobilku ini benar-benar beruntung, bisa dipuji oleh Nona kedua keluarga Jian. Ayo, kamu ingin kemana? Aku antar."

Sally memiringkan kepalanya melihat Michael, berkata sambil tersenyum: "Kenapa? Kamu ingin menggodaku? Setelah main dengan kakak, ingin bermain dengan adik, kamu playboy? Ingin menyimpan kedua kakak beradik?"

Michael tertawa melihat Sally: "Aku suka perempuan cantik, terutama perempuan cantik dan muda sepertimu. Tidak ada salahnya lelaki mengejar perempuan, kan? Kalau kamu tidak ada urusan penting, aku tahu sebuah restoran Itali yang lumayan, aku bawa kamu pergi coba."

"Seleramu bagus, aku akan memberimu satu kesempatan. Tapi hanya makan sekali tidak akan bisa mengejarku, tasku juga sudah harus ganti, kamu harus membelikan aku tas yang kusuka, kalau tidak aku tidak akan pergi denganmu." Sally tertawa.

Michael menyipitkan matanya melihat Sally: "Gadis secantik kamu, kalaupun hari ini kamu menggesek kartuku sampai meledak, emang kenapa? Tidak hanya tas, kamu boleh beli beberapa stel pakaian. Sally, kamu begini cantik, pas sekarang masih muda, sangat disayangkan kalau tidak memakai pakaian-pakaian cantik."

"Hmph, kalau begitu nona ini akan memberimu kesempatan." Sally berkata sambil mendongak angkuh, mendengus dingin: "Yuliana Jian, kamu hanya bisa galak padaku, ketika kamu melihat orang yang pernah meninggalkanmu, mengejar nona ini, bukannya kamu akan kesal setengah mati. Siapa suruh kamu terus menerus berakting seperti seorang kakak di depanku, apa gunanya kalau perempuan pintar bekerja? Bisa menikah dengan suami baik barulah kemampuan yang berguna."

Selesai berbicara, Sally pun masuk ke mobil Michael. Melihat Sally duduk di kursi penumpang, Michael perlahan-lahan menunjukkan senyum licik. Dia melihat MARS company yang ada di belakang dari kaca spion, dalam hatinya dia tertawa: Yuliana Jian, permainan kita baru saja dimulai, tidak main sampai akhir, kamu bagaimana bisa tahu bahwa kamu pasti adalah pemenangnya?

Seharian ini Yuliana merasa gelisah, oleh karena itu setelah bekerja, Yuliana mengunjungi ayahnya lebih lama dari biasanya. Yuliana sudah menghubungi sebuah pusat rehabilitasi untuk ayahnya, dan akan memindahkan ayahnya kesana. Lingkungan di pusat rehabilitasi akan lebih baik daripada rumah sakit, dokter juga mendukung keputusan Yuliana dan menyuruhnya secepat mungkin memindahkan Rishendy ke pusat rehabilitasi.

Dokter menyuruh Yuliana menyempatkan diri banyak mengobrol dengan Rishendy, mungkin bisa mempercepat kesembuhan Rishendy. Meskipun kesempatan sembuhnya sangat kecil, tapi Yuliana juga berusaha mencoba, dia terus menerus berbicara dengan Rishendy, awalnya dia membicarakan tentang pekerjaannya. Setelah selesai membicarakan pekerjaan, Yuliana pun tidak tahan dan mulai membicarakan Wirianto Leng.

"Aku seumur hidup tidak pernah bertemu dengan lelaki seperti itu, terlihat sangat dingin, tapi dilihat dengan teliti, bisa dilihat dia sebenarnya sangat teliti membuatkan rencana untukku."

Begitu membicarakan Wirianto, Yuliana pun tersenyum: "Ayah, aku ingin menahan diri, aku tahu aku tidak seharusnya menyukainya, tapi aku malah tidak bisa menahan diri. Betapa bagusnya kalau dia tidak memiliki identitas seperti itu, betapa baiknya kalau keluarganya tidak seperti medan perang yang penuh dengan aura membunuh. Kalau seperti itu, aku mungkin masih berani mencoba. Tapi...."

Yuliana berhenti sejenak, tertawa dan berkata: "Ayah, apakah kamu masih ingat? Saat aku kecil, aku sangat suka makan permen, tapi begitu makan permen gigiku akan sakit, di dalam hati sebenarnya aku tahu aku tidak seharusnya makan permen, kalau terus makan permen pasti akan gigiku sakit sampai harus dicabut. Aku suka makan permen, tapi juga sangat takut kesakitan, aku tidak ingin mencabut gigi, untukku saat itu, dokter gigi adalah orang yang paling menakutkan di dunia ini. Tapi aku tetap tidak bisa mengontrol diriku sendiri, aku selalu tidak tahan dan diam-diam makan permen. Akhirnya kesakitan setengah mati, akhirnya dibawa ibu ke rumah sakit dan mencabut gigiku yang berlubang, aku kesakitan selama satu minggu lebih. Saat itu, ibu memarahiku habis-habisan, sedangkan kamu, begitu pulang kamu mencubit mulutku, memeriksa apakah aku diam-diam makan permen, kemudian sambil membujuk ibu yang sedang marah, sambil menenangkan aku yang dimarahi ibu, sekeluarga jadi ribut karena aku yang rakus..... Aku pikirnya aku sudah tumbuh besar, sudah dewasa, sudah bisa mengendalikan diri. Tapi sekarang aku baru sadar......"

Yuliana menutup matanya dan menunduk, menghela nafas ringan: "Baru sadar aku masih tetap adalah gadis kecil yang jelas-jelas tahu makan permen bisa sakit gigi, tapi tetap tidak menahan diri dan diam-diam makan permen. Hanya saja tidak ada orang yang mengkhawatirkanku dan menghentikanku jangan melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan lagi."

Yuliana baru saja selesai bicara, dia pun mendengar perawat berjalan masuk, berjalan sampai ke sisi Yuliana dan mengingatkan dengan suara kecil: "Nona Jian, sudah sangat larut, anda cepat pulang dan istirahat, Tuan Jian juga perlu istirahat."

Yuliana mengangguk, setelah membantu ayahnya berbaring ke kasur, dia baru keluar dari kamar Rishendy. Rishendy dengan terbengong-bengong berbaring di atas kasur, menggumam dengan suara kecil: "Yuliana.....Yuliana...."

Awalnya hanyalah menggumamkan nama Yuliana seperti biasanya, setelah perawat mematikan lampu dan keluar, Rishendy baru menyebutkan kalimat baru di dalam kegelapan: "Yuliana..... Jangan makan permen lagi..... Nanti gigimu sakit.,,,,"

Setelah sampai di kediaman Leng, Yuliana pun menyapa Nyonya Tua Leng, kemudian kembali ke kamar Wirianto. Begitu membuka pintu, Yuliana pun melihat Wirianto yang sedang bekerja di meja. Yuliana begitu melihat Wirianto, dia pun tertawa, beberapa hari ini hubungan Wirianto dengannya masih lumayan, meskipun terkadana Wirianto masih terlihat dingin, tapi Yuliana merasa sikap Wirianto terhadapnya sudah membaik banyak dibandingkan dengan sebelumnya. Terlebih lagi, Wirianto juga membicarakan begitu banyak masa lalunya, meskipun Yuliana berusaha menekan pikirannya sendiri, tapi dia tetap berharap. Apakah Wirianto sudah sedikit berbeda terhadapnya?

"Aku sudah pulang." Yuliana berkata sambil tersenyum.

Wirianto bahkan tidak melihat Yuliana, tetap menatapi layar komputer. Yuliana tertawa canggung, mundur beberapa langkah dan berkata dengan suara kecil: "Hari ini aku pulang sedikit larut, karena pergi menjenguk ayahku, membicarakan masa-masa di saat aku masih kecil."

"Oh....." Wirianto baru sedikit bereaksi, kemudian dia berdiri dan melewati sisi Yuliana, langsung berjalan ke ruang ganti dan mulai mengganti pakaian.

Yuliana melihat perilaku WIrianto yang benar-benar berbeda dari biasanya, terlebih lagi Wirianto memakai jas yang kasual, tidak seperti mau pergi bekerja, juga tidak seperti mau pergi olahraga. Kemudian Wirianto bahkan memilih manset yang bagus, dia dengan hati-hati memilih tampilan yang terlihat kasual. Lelaki merias diri seperti ini, sudah pasti akan keluar berkencan.

Tapi kata 'kencan' ini masih biasa saja kalau untuk orang lain, tapi dipakai untuk Wirianto, Yuliana merasa sangat asing.

Meskipun Yuliana sendiri tahu dia tidak memiliki hak untuk menanyakan tujuan Wirianto, tapi dia tetap tidak tahan dan berkata: "Kamu hari ini mau keluar?"

"Iya, semenjak Leny pulang, aku belum sempat keluar dengannya. Hari ini rencananya keluar makan dengannya, kamu bantu aku menyembunyikan hal ini dari nenek. Dia merasa aku koma karena Leny, oleh karena itu dia tidak suka pada Leny, makanya kemarin aku mengabaikannya di depan semua orang. Kalau nenek bertanya, kamu jawab saja aku pergi menemani pelanggan. Atau kamu diam saja juga boleh, lagipula kamu juga bukan istri sungguhan, sama sekali tidak punya hak menanyakan hal-hal seperti ini." Wirianto sambil berbicara sambil menyerahkan sebuah cek kepada Yuliana.

Yuliana menekan perasaan yang bergejolak di hatinya, kemudian menerima cek yang diberikan Wirianto dan melihat angka yang tertulis di atasnya, berkata dengan suara kecil: "200 juta?"

"Iya, anggap saja uang tutup mulut. Malam ini kamu tidurlah sendiri, aku belum tentu akan pulang." Wirianto berkata dengan suara kecil, kemudian membuka pintu dan keluar.

Yuliana masih membeku di tempat, semua ini terjadi begitu cepat, dia saja sedikit bengong. Dia tidak mengerti mengapa Wirianto tiba-tiba berubah menjadi seperti ini, jelas-jelas kemarin malam mereka berdua masih mengobrol bersama, Wirianto bahkan memeluknya. Kenapa tiba-tiba berubah menjadi seperti ini?

Apakah untuk Wirianto, dia benar-benar hanyalah bantal yang nyaman dipeluk? Oleh karena itu Wirianto bisa sama sekali tidak memedulikan perasaan antara lelaki dan perempuan, dan menggandeng tangannya, memeluknya?

Tetapi ketika kekasih sungguhannya muncul, dia pasti ingin menemani kekasihnya, dia mana mungkin memedulikan perasaan sebuah bantal?

Novel Terkait

Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu