Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 27 Tidak Ingin Tidur Dengannya
"Kamu sudah memperhatikanku seperti itu selama setengah jam......" Wirianto tiba-tiba berkata: "Sangat tampan kah?"
"Iya, sangat tampan." Baru saja Yuliana berkata, dia pun terdiam mendadak, wajahnya pun menjadi merah merona.
Dia ini sedang berbicara apa? Mengapa bisa berkata begitu kepada Wirianto?
Wirianto mengangkat kepalanya dan menatap Yuliana: "Iya? Kamu sungguh merasa sangat tampan?"
Wajah Yuliana merah padam, dan dia pun menggelengkan kepala kuat-kuat: "Aku, bukan begitu maksudku, aku hanya...... hanya......."
Yuliana juga tidak tahu bagaimana menjelaskannya, dia mengerutkan alisnya dengan tidak berdaya, menyalahkan dia yang masih tidak begitu sadar saat baru saja bangun tidur, mengapa dia mengatakan suatu hal dengan sembarangan? Mengatakan bahwa Wirianto tampan, apa dia sudah gila?
Yuliana tidak mengatakan apa pun untuk waktu yang lama, pada akhirnya dia memilih untuk memejamkan mata, berpura-pura seakan tidak ada sesuatu yang terjadi, dan menggulung tubuhnya di dalam selimut berpura-pura untuk tidur.
Wirianto yang melihat Yuliana membentuk sebuah bola di dalam selimut, tersenyum tipis, dan dengan suara yang lebih lembut berkata: "Kamu bersembunyi di dalam selimut seperti itu, sirkulasi udaranya tidak baik, itu tidak akan bagus untuk kandunganmu."
Mendengar itu barulah Yuliana perlahan mengeluarkan kepalanya, sambil masih menutup mata, dan berbaring dengan baik. Sampai saat Nyonya Tua Leng memanggilnya untuk membiarkan dokter memeriksanya, barulah dia turun dari kasur. Hasil pemeriksaannya tidak jauh berbeda dengan hasil periksanya di rumah sakit, menyuruh Yuliana banyak beristirahat, lebih baik banyak berbaring.
Di dalam keluarga Leng, juga hanya Nyonya Tua Leng saja yang memperhatikan anak dalam kandungannya, mendengar perkataan dokter, dia pun segera menyuruh Yuliana untuk kembali ke kamar dan beristirahat.
Yuliana terdiam sesaat, dan berkata dengan suara pelan: "Nenek, bolehkah aku meminta sesuatu kepada Nenek, bisakah aku pindah ke kamar lain? Aku tidak begitu ingin lanjut tidur bersama dengan Wirianto......"
"Merasa tidak nyaman? Dia mengganggumu?" Nyonya Tua Leng menatap Yuliana, dan bertanya bercanda.
Yuliana menggeleng pelan: "Dia tidak menggangguku, hanya saja bersama dengannya, aku selalu merasa sangat gugup, aku.... aku agak takut kepadanya. Aku takut terus bersamanya, bisa membawa efek buruk kepada anakku, jadi........"
Nyonya Tua Leng pun tak kuasa menahan tawanya: "Takut padanya? Sangat wajar. Orang yang bertemu dengannya, sangat sedikit yang tidak takut kepadanya. Dia terlihat begitu dingin, mulutnya juga sangat jahat, standard nya untuk dirinya sendiri dan kepada orang lain juga sangat lah tinggi. Tapi dengan kamu berada di sisinya, meskipun kamu merasa sangat gugup, tapi jauh darinya, akan menjadi bahaya untukmu."
Sampai di sini, Nyonya Tua Leng menekan suaranya dan melanjutkan: "Ada banyak mata yang mengawasi gerak gerik keluarga Leng, semuanya mengarah kepadamu dan Wirianto. Meskipun Wirianto tidak puas denganmu, tapi dia tidak akan menyakitimu dan anakmu. Tapi orang lain tidak sama, mereka berharap anak di dalam kandunganmu itu hilang, jika meninggalkan Wirianto, itu berarti kami tidak begitu memperhatikanmu, bahkan jika anakmu hilang sekali pun, kamu juga tidak akan peduli. Menurutmu, mereka akan meninggalkanmu kah? Kembalilah ke sisi Wirianto dan beristirahatlah, jika kata-katanya terlalu jahat, pura-pura saja tidak dengar."
Yuliana mengerutkan dahi, dan mengangguk perlahan: "Aku mengerti."
Yuliana pun menuruti perkataan Nyonya Tua Leng, dan kembali ke kamar Wirianto. Saat baru sampai di ambang pintu kamar Wirianto, dia mendengar Wirianto, dia mendengar Wirianto berkata dengan dingin di telepon: "Baiklah kalau begitu, jika dia bersedia masuk ke dalam perusahaan, biarkan dia saja. Berikan saja posisi apa saja yang dia inginkan, penuhi semua keinginannya. Aku tidak terburu-buru, lihat saja dulu permainan apa yang dimainkan oleh ayah dan anak itu."
Setelah selesai mengatakannya, Wirianto pun menutup teleponnya, lalu dia menoleh ke arah Yuliana dan berkata dengan dingin: "Mengapa sudah kembali? Nenek tidak menyetujuimu pindah kamar?"
Yuliana terbelalak menatap Wirianto, dan tak kuasa bertanya: "Kamu, bagaimana kamu bisa tahu?"
Wirianto menatap Yuliana dengan dingin: "Kamu berada di kamar Nenek dalam waktu yang lama, kemudian dengan wajah yang suram kamu kembali, apa masih tidak cukup jelas? Kamu sangat tidak ingin tidur denganku?"
Yuliana menundukan kepala, mengernyitkan dahi, mengapa dia merasa perkataan Wirianto terdengar aneh, apa-apaan dia berkata tidak ingin tidur dengannya? Mereka hanya berbaring di kasur bersamaan, tidak melakukan apa pun. Mengapa di perkataan Wirianto, terdengar seperti ada maksud yang tersembunyi?
"Aku......" Yuliana baru membuka mulutnya, tapi tidak peduli dia menjawab "iya" atau "tidak" semuanya terdengar sangat aneh.
"Aku akan istirahat dulu." Yuliana sudah pasti tidak ingin menjawab pertanyaan yang membuatnya merasa canggung, dia pun segera beralih dan naik ke atas kasur, dan berbaring baik-baik.
Setelah Yuliana berbaring di atas kasur, karena takut akan menganggu Wirianto, Yuliana pun tidak berani menggunakan komputer ataupun televisi, dan hanya berbaring sambil melihat majalah. Tapi majalah yang ada di kamar Wirianto semuanya adalah majalah sains populer dan majalah bisnis, jelas-jelas semua yang ada di situ berhubungan dengan bisnis, melihatnya Yuliana Leng nyaris saja tidak mengenal bahasa lagi. Yuliana membolak-balik majalah, dan mengernyitkan dahi, saat itu sebuah buku disodorkan ke hadapannya.
Yuliana melihat yang ada di hadapannya, ternyata adalah sebuah novel seni bela diri! Di dalam ruangan Wirianto yang sangat kaku itu, ternyata Yuliana melihat sebuah novel seni bela diri, itu seperti melihat masakan tahu busuk di restoran berbintang lima.
Wirianto menyorongkan buku itu ke tangan Yuliana, dan dengan suara dingin seperti biasanya dia berkata: "Bacalah ini saja."
Yuliana mengambil buku novel itu, dan bertanya penasaran dengan suara pelan: "Kamu juga membaca novel seni bela diri seperti ini?"
Wirianto berkata dengan dingin: "Kamu pikir begitu aku lahir aku sudah menjadi dewasa seperti ini? Aku juga memiliki masa kecil, juga bermain dengan hal aneh-aneh."
"Aneh?" Yuliana mengerutkan alis, dalam hati dia berpikir: apakah Wirianto akan sama seperti para remaja pada umumnya, diam-diam menonton film-film kecil itu.
"Hal-hal yang ada di kepalamu, tidak pernah aku tonton." Wirianto berkata dengan dingin.
Sekali lagi Yuliana kembali membelalakan matanya menatap ke arah Wirianto, dia sudah bertemu dengan banyak sekali orang, tapi sebelumnya belum pernah ada seorang pun yang bisa mengejutkannya seperti Wirianto ini. Wirianto seakan bisa membaca pikirannya sama persis, semua ketenangan dan semua upaya menutupi ulahnya seperti hilang begitu saja di hadapan Wirianto, dia seperti seorang anak perempuan yang baru saja masuk bekerja, dan menjadi begitu panik.
Yuliana mengernyitkan kening, dan menatap Wirianto, dan melihatnya kembali ke meja kerjanya. Barulah Yuliana mengambil bukunya, dan mulai membacanya. Sambil membacanya, Yuliana mencuri-curi pandang ke arah Wirianto. Dia merasa takut kepada Wirianto, tapi juga karena rasa takutnya, dia juga menjadi ingin lebih mengenal Wirianto.
Saat ini Wirianto sedang mengerjakan sesuatu, dengan memakai sebuah kacamata dengan bingkai hitam, dia terlihat seperti seorang cendekiawan, lengan kemejanya digulung beberapa kali, memperlihatkan lengan atasnya yang kuat, jari-jarinya mengetik dengan cepat dia atas keyboard. Jari-jarinya terlihat bersih dan panjang, sangat menawan, Yuliana tahu tangan itu dingin dan memiliki sedikit aroma tanaman yang bersih.
Terkadang dia akan mengernyitkan dahi, dan menghirup nafas dalam-dalam, dan memijat matanya perlahan, tangannya dilipat di depan dadanya, dan dia menatap ke layar komputernya. Saat ini dia menyapukan pandangan ke arah Yuliana, dan Yuliana pun segera memalingkan mukanya, kemudian fokus melihat ke arah novel yang ada di tangannya.
Novel ini terlihat seperti novel yang cukup baru, belum dibaca beberapa kali, hanya di halaman terkahirnya, tertulis sebuah nama: Wirianto. Menandakan, bahwa ini adalah miliknya.
Yuliana yang melihat catatan itu pun tersenyum, dia menatap ke arah Wirianto, yang terlihat dingin dan berwibawa itu. Semua masa kanak-kanak Wirianto seakan seperti tidak terpancar sedikit pun di sosoknya kini.
Sambil tersenyum, Yuliana membaca novel itu baik-baik, dia mendapati bahwa sebenarnya kisah di novel itu cukup menarik. Tak terasa Yuliana pun sudah membacanya sepanjang siang, setelah makan siang, Yuliana memeluk novel itu dan kembali tertidur. Dalam waktu singkat ini Yuliana dan Wirianto bagaikan dua orang asing yang berada di satu raungan, tidak banyak bicara, bahkan saling menatap pun juga sangat jarang.
Sampai pada malam hari, barulah Wirianto menengadah dan menatap Yuliana. Dia berjalan ke arah kasur, dan membenarkan posisi kepala Yuliana, kemudian menyingkirkan cemilan dan novel yang diletakan di samping Yuliana.
Kemudian barulah Wirianto mencuci tangannya, dan berganti menggunakan baju olahraga, lalu keluar untuk jogging. Saat Wirianto selesai jogging, dan kembali ke kamar, dia melihat Yuliana masih tertidur, bentuknya sangat kacau, seperti seekor gurita membelit selimut itu jadi satu.
Wirianto pun tersenyum tipis, sambil tersenyum, pandangannya jatuh pada perut Yuliana. Senyum Wirianto pun pudar, dan perlahan dia mengernyitkan dahi. Dia berjalan medekat dan mengangkat tangannya, kemudian meletakannya di atas perut Yuliana, tapi tidak merasakan apa pun.
Di dalam sini sungguh ada sebuah nyawa? Sungguhkah nyawa itu dbuat olehnya dan wanita itu? Dengan keangkuhan dan kesombongan ini, demi keuntungan dia menjual diri sendiri, dari luar dia terlihat begitu dewasa dan tegar, tapi di dalamnya tersembunyi sososk kanak-kanaknya?
Wirianto mengusap lembut perut Yuliana, tiba-tiba Yuliana bergerak, Wirianto pun dengan cepat menarik tangannya kembali, dan menyembunyikannya di punggungnya. Yuliana menggosok matanya, dan melihat Wirianto yang duduk di sebelahnya, dan mundur karena terlalu terkejur, lalu bertanya dengan gugup: "Kamu, bagaimana kamu bisa ada di sini?"
Wirianto menyapukan pandangan ke arah Yuliana: "Kamu bergeraklah sedikit, aku kira kamu mati, meskipun aku sangat ingin kamu pergi dari kehidupanku, tapi jika kamu mati di dalam kamarku, itu akan menjadi buruk bagiku. Lagipula ini adalah kamarku, aku berhak untuk pergi ke sudut mana pun di kamar ini."
Bibir Yuliana turun, dia merasa perkataan Wirianto agak menusuk telinga, dia semakin mundur dan bersembunyi, dan berkata dengan pelan: "Aku masih hidup, hanya tidur saja."
Wirianto melirik ke arah Yuliana: "Sangat sedikit orang yang tidur seperti ini, tidur seperti seorang mayat."
Yuliana bergumam: "Semuanya juga tertidur seperti ini, bagaimana bisa seperti mayat?"
Yuliana hanya berani bergumam, dia tidak berani berkata terang-terangan kepada Wirianto, saat Wirianto sedang dalam keadaan vegetatif, barulah seperti mayat, hanya saja sesosok mayat hidup yang sangat rupawan.
Novel Terkait
Loving The Pain
AmardaUnperfect Wedding
Agnes YuBalas Dendam Malah Cinta
SweetiesThe True Identity of My Hubby
Sweety GirlEverything i know about love
Shinta CharitySomeday Unexpected Love
AlexanderLove and Trouble
Mimi XuCinta Seorang CEO Arogan×
- Bab 1 Harga Dirinya
- Bab 2 Ibu Tiri yang 'Sempurna'
- Bab 3 Serigala Bermata Putih
- Bab 4 Aku Tidak Pernah Mencintaimu
- Bab 5 Kebesaran Keluarga Leng
- Bab 6 Suamimu
- Bab 7 Mayat Hidup yang Sempurna
- Bab 8 Dia sudah Bangun
- Bab 9 Kita Cerai
- Bab 10 Batas Waktu Pernikahan
- Bab 11 Jangan menangis di depanku
- Bab 12 Apa pun bisa dijual
- Bab 13 Pria yang misterius
- Bab 14 Jangan menyiksa aku
- Bab 15 Jangan mendekati aku
- Bab 16 Saling main siasat
- Bab 17 Apa yang istimewa dari dirimu
- Bab 18 Ini bukan salahku
- Bab 19 Sebuah hasrat membunuh
- Bab 20 Jalan bertemu musuh itu sempit
- Bab 21 Satu Kasur
- Bab 22 Pinggangnya Sangat Langsing
- Bab 23 Mending Lahirkan Anak Untukku
- Bab 24 Aku Menginginkanmu
- Bab 25 Itu Adalah Bayiku
- Bab 26 Membunuh Anaknya
- Bab 27 Tidak Ingin Tidur Dengannya
- Bab 28 Kembalinya Cinta Pertama
- Bab 29 Aku Menyukainya
- Bab 30 Sebuah Cinta yang Bertepuk Sebelah Tangan
- Bab 31 Benar-benar Tidak Berguna
- Bab 32 Menjadi Wanitaku
- Bab 33 Kamu Tidak Boleh Menyentuhnya
- Bab 34 Suami Yang Pelit
- Bab 35 Tidak Memperbolehkannya Melahirkan Anak Ini
- Bab 36 Kembalikan Anakku
- Bab 37 Kamu Adalah Milikku
- Bab 38 Menerima Akibatnya
- Bab 39 Wajah Sesungguhnya
- Bab 40 Janjiku Tidak Akan Berubah
- Bab 41 Mengerutkan kening
- Bab 42 Ingin memelukmu
- Bab 43 Hanya Ingin Membunuhmu
- Bab 44 Jangan berpikir terlalu berlebihan
- Bab 45 Apa yang kamu lakukan?
- Bab 46 Bertemu dengan dewi
- Bab 47 Wanita licik
- Bab 48 Pemeran pembantu wanita jahat
- Bab 49 Dia adalah milikku
- Bab 50 Kamu yang mencelakai dia
- Bab 51. Kamu Paling Cantik
- Bab 52. Jadi Partner Perempuanku
- Bab 53. Kegeeran
- Bab 54 Tidak Akan Melupakan Janjiku
- Bab 55 Bermaksud Mengejarmu
- Bab 56 Masa Lalu
- Bab 57 Kenyataan pada masa lalu
- Bab 58 Tidak berperasaan
- Bab 59 Panggil Namaku
- Bab 60 Penakut
- Bab 61 Begitu Perhatian Denganku?
- Bab 62 Pria Simpanan
- Bab 63 Tidak Berhak Mengatakan Aku Cinta Padamu
- Bab 64 Bolehkah Aku Tidak Menjawab?
- Bab 65 Tidak Diizinkan Mencium Orang Lain
- Bab 66 Aku Memilih Leny
- Bab 67 Sudah Cukup Kamu Melihat?
- Bab 68 Kamu Tidak Cemburukah
- Bab 69 Jika Aku Bukan Apa?
- Bab 70 Diam-Diam Berciuman
- Bab 71 Sungguh Seorang Wanita Jahat
- Bab 72 Saingan Cinta yang Tidak Jelas
- Bab 73 Menjadikan Musuh Sebagai Teman
- Bab 74 Menjadi Tenang
- Bab 75 Memerban Luka
- Bab 76 Aku Adalah Kakakmu
- Bab 77 Aku Tidak Akan Memaafkanmu
- Bab 78 Mulai Kembali Dari Awal
- Bab 79 Kamu Pasti Akan Datang
- Bab 80 Tidak Tahu Malu
- Bab 81 Lepaskan Aku
- Bab 82 Tidak Mengingatnya
- Bab 83 Jangan Tersenyum Lagi
- Bab 84 Aku Menyukaimu
- Bab 85 Tidak Bisa Menyembunyikannya
- Bab 86 Semuanya Harus Mendengarkan Aku
- Bab 87 Jangan Sampai dilihat Orang
- Bab 88 Apakah Kamu Benar-Benar Percaya Padanya?
- Bab 89 Aku Percaya Padamu
- Bab 90 Ketulusan Cinta Kami
- Bab 91 Kamu Bukan Manusia
- Bab 92 Michael Chu Meninggal
- Bab 93 Aku Ingin Jemput Dia Pulang
- Bab 94 Aku Sudah Tidak Punya Ayah
- Bab 95 Rela Percaya Ada Hantu Dan Dewa
- Bab 96 Tidak akan memaafkanmu
- Bab 97 Terima kasih kamu ada di sisiku
- Bab 98 Kamu menggendong aku
- Bab 99 Bagaimana caranya
- Bab 100 Benarkah itu?
- Bab 101 Aku Masih Sahabatmu
- Bab 102 Kebenarannya Seperti Apa?
- Bab 103 Apakah Kamu Pembunuhnya?
- Bab 104 Kamu Menangis Karena Diriku
- Bab 105 Aku Akan Membantumu
- Bab 106 Wanita Tidak Seharusnya Terlalu Pintar
- Bab 107 Aku Benar-benar Menyukai Kamu
- Bab 108 Membunuh Ayah Dan Ibu
- Bab 109 Aku Menginginkan Jantung Dia
- Bab 110 Kita Kurang Lebih Sama
- Bab 111 Rahasia Tersembunyi
- Bab 112 Warisan Yang Hilang
- Bab 113 Kamu Bisa Bertahan Berapa Lama
- Bab 114 Aku Tidak Akan Menyerah
- Bab 115 Dia Sudah Meninggal
- Bab 116 Dia Tidak Mati
- Bab 117 Percayalah Padaku
- Bab 118 Bagaikan Di Neraka
- Bab 119 Kalian Lebih Baik Jangan Ganggu Aku
- Bab 120 Bodoh Dan Kejam
- Bab 121 Semua Sesuai Harapan
- Bab 122 Hamil
- Bab 123 Memiliki Anak Kembali
- Bab 124 Tidak Memiliki Keberuntungan
- Bab 125 Aku Tidak Ingin Bertemu Dengannya
- Bab 126 Mana Yang Benar Mana Yang Salah
- Bab 127 Apakah Kembar
- Bab 128 Kembang Api Bermekaran
- Bab 129 Bayi Baru Lahir
- Bab 130 Anak Itu Sudah Tiada
- Bab 131 Anak Yang Hilang
- Bab 132 Bercerailah
- Bab 133 Ada Awalannya
- Bab 134 Sulit Menjadi Ibu Yang Hangat
- Bab 135 Bertemu Musuh Lama
- Bab 136 Bersiap Untuk Kembali Memeriksa Kasus Ini
- Bab 137 Sampah Masyarakat
- Bab 138 Membuatmu Menderita Seumur Hidup
- Bab 139 Dibebaskan
- Bab 140 Semuanya Dimulai Dari Awal
- Bab 141 Izinkan Mereka Untuk Bertemu
- Bab 142 Mengapa Nyalimu Begitu Kecil?
- Bab 143 Dua Anak
- Bab 144 Pemilik Toko Makanan Pencuci Mulut
- Bab 145 Dimana Anakku?
- Bab 146 Mantan Kekasih
- Bab 147 Ancaman Terbesar
- Bab 148 Pasangan Ayah dan Anak
- Bab 149 Dia Hanyalah Wanita Simpanan
- Bab 150 Aku Bukan Wanita Simpanan
- Bab 151 Bertemu Kembali
- Bab 152 Jangan Bertemu Lagi
- Bab 153 Cuman Mau Sedikit
- Bab 154 Tenang dalam Menghadapi Masalah
- Bab 155 Pengejar
- Bab 156 Membuka tirai
- Bab 157 Penjahat yang paling besar
- Bab 158 Memberikan kesempatan
- Bab 159 Dia tidak lulus
- Bab 160 Aku adalah nenek buyutmu
- Bab 161 Bawa Dia Pergi
- Bab 162 Aku Tidak Salah
- Bab 163 Sifat Dari Keturunan
- Bab 164 Aku Takkan Mengalah
- Bab 165 Bunuh Saja Dia
- Bab 166 Aku sangat Merindukanmu
- Bab 167 Melly Cepat Lari
- Bab 168 Kita Mulai Lagi Dari Awal
- Bab 169 Tunggu Aku Menikahimu
- Bab 170 Dendam Yang Hilang
- Bab 171 Lebih Parah Daripada Binatang
- Bab 172 Selamat Tahun Baru
- Bab 173 Perjamuan Besar
- Bab 174 Pilihan Yang Sulit
- Bab 175 Aku Ingin Anak
- Bab 176 Kedamaian dan Kesenangan
- Bab 177 Paman Koki
- Bab 178 Mengenal Kembali
- Bab 179 Aku Juga Sudah Berubah
- Bab 180 Sebelum Pergi
- Bab 181 Pelukan Terakhir
- Bab 182 Hari-hari
- Bab 183 Dia Adalah Ayahku
- Bab 184 Apakah Kalungmu
- Bab 185 Pelanggan Misterius
- Bab 186 Bocah lelaki
- Bab 187 Takdir cinta telah tiba
- Bab 188 Kurangi menonton TV dan lebih giat belajar
- Bab 189 Bukan orang lama
- Bab 190 Pengagum yang sempurna
- Bab 191 Misteri Vila
- Bab 192 Siapa Yang Menjagaku
- Bab 193 Berebutan Cemburu
- Bab 194 Dua Jodoh
- Bab 195 Hukuman Untukmu
- Bab 196 Hukuman Yang Bodoh
- Bab 197 Kamu Salah Orang
- Bab 198 Memancing Bersama
- Bab 199 Tergerak
- Bab 200 Orang Yang Ingin Didekati
- Bab 201 Terjebak semakin dalam
- Bab 202 Yulius Zhu
- Bab 203 Aku tidak akan tertarik kepadamu lagi
- Bab 204 Kamu benar-benar ayahku?
- Bab 205 Tinggallah
- Bab 206 Kehangatan Sesaat
- Bab 207 Aku Di Sebelah
- Bab 208 Sekeluarga berkumpul
- Bab 209 Kakaknya Melly
- Bab 210 Rumah Baru
- Bab 211 Namanya Jelek
- Bab 212 Apa Yang Kamu Lakukan
- Bab 213 Kamu Jangan Sentuh Aku
- Bab 214 Kaki Patah
- Bab 215 Sangat Risih
- Bab 216 Aku Perlu Dirimu Merawatku
- Bab 217 Kehidupan Sangat Memusingkan
- Bab 218 Mencoba Untuk Hidup Bersama
- Bab 219 Saling Menjaga
- Bab 220 Oleskan Salep Untukku
- Bab 221 Benar-Benar Tidak Rela
- Bab 222 Orang Yang Berbeda
- Bab 223 Hal Yang Disukai
- Bab 224 Kamu Berbohong Padaku Lagi
- Bab 225 Pergi Meninggalkan Rumah
- Bab 226 Kehilangan Muka
- Bab 227 Sangat Tidak Enak Dimakan
- Bab 228 Aku Akan Melindungimu Selamanya
- Bab 229 Aku Masih Mencintaimu
- Bab 230 Aku Ingin Tahu Semua
- Bab 231 Ya, Aku Tahu
- Bab 232 Yuliana?
- Bab 233 Orang Yang Aneh
- Bab 234 Mimpi Buruk Datang Kembali
- Bab 235 Hanya Mimpi Buruk
- Bab 236 Dia Sudah Mati
- Bab 237 Tiga Hadiah
- Bab 238 Berjumpa Teman Lama
- Bab 239 Dua Orang Yang Sama Sekali Berbeda
- Bab 240 Hadiah Pertama
- Bab 241 Sangat Memalukan
- Bab 242 Bagaimana Cara Menghibur Wanita
- Bab 243 Sebagai Pemberian Gratis
- Bab 244 Menikahlah Denganku
- Bab 245 Kita Menikah Yuk
- Bab 246 Ketika Pernikahan Berlangsung
- Bab 247 Hadiah Melvin
- Bab 248 Siapa Pengantin Laki-Lakinya
- Bab 249 Idola Semua Orang
- Bab 250 Saat Pernikahan Berlangsung
- Bab 251Saingan Cinta Yang Tak Terhitung Jumlahnya
- Bab 252 Perjamuan
- Bab 253 Wanita Pengosip
- Bab 254 Memamerkan Kebahagiaan
- Bab 255 Mimpi Buruk Datang
- Bab 256 Semua salahku
- Bab 257 Sebenarnya dimana
- Bab 258 Kamu bukan iblis
- Bab 259 Retak
- Bab 260 Penyelamat
- Bab 261 Perbaiki Perlahan-lahan
- Bab 262 Penipu Kecil yang Baik Hati
- Bab 263 Anak Lelaki yang Pemalu
- Bab 264 Mata di Belakang
- Bab 265 Manusia Operasi Plastik
- Bab 266 Kejutan Besar
- Bab 267 Pengantin Pria yang Misterius
- Bab 268 Ibu, Cepat Lari
- Bab 269. Mawar Merah Misterius
- Bab 270. Laporan Pemeriksaan yang Sempurna
- Bab 271 Pacar Yang Angkuh
- Bab 272 Pria Yang Lemah
- Bab 273 Dua Iblis Kecil
- Bab 274 Pelan-Pelan Mendekat
- Bab 275 Masuk Perangkap
- Bab 276 Umpan
- Bab 277 August Leng Muncul
- Bab 278 Orang Gila
- Bab 279 Kekacauan
- Bab 280 Pemenang
- Bab 281 Mengontrol Segalanya
- Bab 282 Jiwa Yang Terkontrol
- Bab 283 Kita Selamanya Bersama
- Bab 284 Merah Darah
- Bab 285 Prilaku Aneh
- Bab 286 Jiwa Yang Terpenjara
- Bab 287 Siapa Pembunuhnya
- Bab 288 Dia Pantas Untuk Mati Sekali Lagi
- Bab 289 Menemukan Kembali Dirinya Yang Asli
- Bab 290 Kekasihku
- Bab 291 Aku menunggumu
- Bab 292 Hutangku padamu
- Bab 293 Ingatan palsu
- Bab 294 Berkenalan kembali
- Bab 295 Namaku Wirianto Leng
- Bab 296 Ingatan yang Hilang
- Bab 297 Dia Terlihat Tampan
- Bab 298 Aku Sangat Berprinsip
- Bab 299 Mulai Menyukainya
- Bab 300 CEO yang Arogan
- Bab 301 Mari Kita Tidur Satu Kamar
- Bab 302 Tidur yang Nyenyak
- Bab 303 Membencinya
- Bab 304 Kamu Amnesia
- Bab 305 Lepaskan Pakaianmu
- Bab 306 Tidak Bisa Menerima Kenyataan
- Bab 307 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 308 Semua Kenyataan
- Bab 309 Sisi Gila Dia
- Bab 310 Jangan Berpisah Lagi
- Bab 311 Menjaga Jarak
- Bab 312 Aku Bersedia Berubah Demi Kamu
- Bab 313 Hadiah Untukmu
- Bab 314 Maafkan Diri Sendiri
- Bab 315 Melihat Sinar Matahari Kembali
- Bab 316 Tidak boleh terbiasa menjadi orang baik
- Bab 317 Anggota keluarga baru
- Bab 318 Jangan mengoda serigala lapar
- Bab 319 Satu keluarga berkumpul
- Bab 320 Asing tapi familier
- Bab 321 Makan Malam Yang Telah Lama Hilang
- Bab 322 Awal Yang Baru
- Bab 323 Peluk Aku Dengan Erat
- Bab 324 Apakah Sudah Cukup
- Bab 325 Orang Yang Aneh
- Bab 326 Kehidupan Baru
- Bab 327 Masa kehamilan
- Bab 328 Orang Yang Aku Cintai
- Bab 329 Kumpul Keluarga
- Bab 330 Merawat Kehamilanmu Dengan Tenang
- Bab 331 Memakai Gaun Pengantin
- Bab 332 Pernikahan Yang Sempurna
- Bab 333 Segalanya Yang Indah
- Bab 334 Anak Yang Baru Lahir
- Bab 335 si Putri Kecil
- Bab 336 Kalang Kabut
- Bab 337 Ayah yang Baik
- Bab 338 Kacau balau
- Bab 339 Si Kecil Bulat
- Bab 340 Pulang Ke Rumah
- Bab 341 Keluarga Dengan 5 Anggota Keluarga
- Bab 342 Ayah Rumah Tangga Professional
- Bab 343 Sedikit Cemburu
- Bab 344 Siapakah Orang Yang Paling Dicintai
- Bab 345 Senang Setiap Hari
- Bab 346 Bulan Madu
- Bab 347 Aku bersedia berada di sisimu setiap saat
- Bab 348 Orang tua yang berbeda
- Bab 349 Kejutan yang tiba-tiba
- Bab 350 Tebak dimana
- Bab 351 Bulan Madu
- Bab 352 Tempat yang Misterius
- Bab 353 Rumah yang Hangat
- Bab 354 Menyukaimu
- Bab 355 Seperti Cinta Pertama
- Bab 356 Hal yang memalukan
- Bab 357 Memanggang Kentang
- Bab 358 CEO Tian (CEO Manis)
- Bab 359 Saling bergantung
- Bab 360 Pilek
- Bab 361 Hadiah
- Bab 362 IQ yang Melemah
- Bab 363 Kehidupan yang Tenang
- Bab 364 Masalah yang Datang ke Rumah
- Bab 365 Saingan Cinta
- Bab 336 Kecanduan Berakting
- Bab 367 Mencari Masalah Sendiri
- Bab 368 Terlalu Kejam
- Bab 369 Benar-Benar Kejam
- Bab 370 Hadiah Orang Lain
- Bab 371 Pria yang Aneh
- Bab 372 Sedikit Aneh
- Bab 373 Pelamar
- Bab 374 Hadiah
- Bab 375 Pria yang Sempurna
- Bab 376 Orang terkasih yang sempurna
- Bab 377 Tidak masuk akal
- Bab 378 Desas-desus adalah hal yang menakutkan
- Bab 379 Pernyataan manis
- Bab 380 Kekasih misterius
- Bab 381 Seven Years Of Love
- Bab 382 Tempat Yang Hilang
- Bab 383 Wanita Misterius
- Bab 384 Sebuah Ketakutan Yang Tidak Perlu
- Bab 385 Hadiah Aku
- Bab 386 Aku Sudah Pulang
- Bab 387 Gosip Baru
- Bab 388 Ketakutan dan Kegelisahan
- Bab 389 Muncul Di Depan Umum
- Bab 390 Memilih Gaun Pesta
- Bab 391 Pasangan yang Sempurna
- Bab 392 Berdanda Denganmu
- Bab 293 Artiker yang Memalukan
- Bab 394 Rumor yang Tak Tertahankan
- Bab 395 Tujuan Wisata yang Baru
- Bab 396 Mengemudi Sendiri
- Bab 397 Proposal Yang Konyol
- Bab 398 Pedagang Kaki Lima
- Bab 399 Kenangan Yang Indah
- Bab 400 Terus Menuju Ke Depan
- Bab 401 Si Pecemburu
- Bab 402 Aku sangat mencintaimu
- Bab 403 Berendam di sumber air panas
- Bab 404 Coba aku lihat
- Bab 405 Pulang
- Bab 406 Sudah sampai di rumah
- Bab 407 Dalang di balik belakang
- Bab 408 Keluargaku
- Bab 409 Hidup Bahagia