Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 83 Jangan Tersenyum Lagi

Ketika semuanya berhenti, Yuliana Jian menarik napas dalam-dalam dan menenangkan dirinya. Di kursi belakang mobil yang sempit, Wirianto Leng perlu memegang dirinya dengan erat di dalam pelukannya, agar dia tidak jatuh dari kursi. Ada napas Wirianto Leng di sekelilingnya, dan setiap inci dari tubuhnya memiliki suhu tubuh Wirianto Leng.

Yuliana Jian tidak bisa terus berpura-pura bahwa tidak ada yang terjadi, dia tidak pernah berpikir bahwa dia akan berinisiatif dalam hal-hal seperti ini. Karena Yuliana Jian dan Wirianto Leng tidak berbicara, suasana tenang di mobil membuat Yuliana Jian merasa sedikit malu, dan Yuliana Jian berbisik, "Itu...."

Sebelum dia melanjutkan perkataannya, Yuliana Jian terkejut ketika mendengar suara seraknya, ketika berpikir bagaimana suara serak ini berteriak, raut wajah Yuliana Jian seketika memerah, Yuliana Jian lupa apa yang ingin dia katakan, dia berbisik: "Apakah tadi suaraku sangat keras?"

"Suaramu memang sedikit keras, untung saja, tidak ada orang lain yang lewat, jika ada tajuk berita utama besok adalah kita." Wirianto Leng memeluk Yuliana Jian, dan berkata dengan suara yang rendah: "Lain kali kita akan beralih ke tempat yang lebih kedap suara."

"Uhuk....." Yuliana Jian tidak menyangka Wirianto Leng akan berkata seperti ini, dia tidak bisa menahan dirinya untuk terbatuk dan bertanya: "Masih ada lain kali?"

Wirianto Leng yang awalnya sedang menutup matanya, ketika mendengar pertanyaan Yuliana Jian, dia segera mengernyitkan alisnya, membuka matanya dan menatap Yuliana Jian, dan bertanya: "Apakah kamu tidak menginginkannya? Apakah tadi kamu ada yang tidak puas?"

Yuliana Jian segera menggelengkan kepalanya: "Tidak."

Setelah Yuliana Jian berkata seperti itu, dia segera melebarkan matanya, wajahnya memerah, apa yang sedang dia katakan?

Wirianto Leng tertawa, senyumannya yang sekarang berbeda dengan ekspresi dingin sebelumnya, sebelumnya jika Wirianto Leng tersenyum, sama sekali tidak terasa dia tersenyum dari dasar hatinya, tetapi senyuman Wirianto Leng yang sekarang, terasa sangat hangat.

Melihat senyuman Wirianto Leng, Yuliana Jian tidak bisa menahan dirinya untuk tersenyum, dia berbalik dan membenamkan wajahnya yang merah ke dada Wirianto Leng, dan bergumam: "Aku mengatakan hal-hal yang bodoh lagi."

Wirianto Leng dengan lembut memeluk Yuliana Jian, mengangkat tangannya dan dengan lembut mengelus rambut Yuliana Jian, dan berkata sambil tersenyum: "Meskipun terdengar sedikit bodoh, tapi aku sangat senang kamu bisa mengakui kekuatanku. Sebenarnya kamu juga hebat, kamu terasa sangat nikmat, jika orang itu bukan kamu, aku sama sekali tidak akan merasa seperti itu."

"Jangan berkata seperti itu lagi." Yuliana Jian tersipu, dan memotong perkataan Wirianto Leng dengan malu.

Wirianto Leng tersenyum sambil memeluk Yuliana Jian, dan tidak berkata apa-apa lagi, dia hanya memeluk Yuliana Jian dan tersenyum.

"Dan jangan tersenyum lagi....." Yuliana Jian tersipu, dan bergumam dengan pelan.

Wirianto Leng tersenyum dan berkata: "Kamu tidak memperbolehkan aku berbicara, dan juga tersenyum, bukankah kamu harus melakukan sesuatu?"

Yuliana Jian segera mengangkat kepalanya dan mencium bibir Wirianto Leng, dia tersipu dan tidak bisa menahan dirinya untuk tersenyum, sambil bersandar pada bibir Wirianto Leng, dia tersenyum dan berkata, "Ini hadiahmu."

Wirianto Leng menyipitkan matanya, dengan lembut memegang wajah Yuliana Jian, dan perlahan-lahan memperdalam ciuman itu, lalu berkata: "Ini tidak cukup......"

Wirianto Leng benar-benar orang yang sangat pandai belajar, hanya dalam waktu singkat, Wirianto Leng telah berubah dari seorang pemula menjadi seorang yang pandai mencium. Yuliana Jian terengah-engah oleh ciuman Wirianto Leng, tetapi tubuhnya terlalu lelah, Yuliana Jian bergegas untuk menghentikan ciuman Wirianto Leng sebelum dia tidak bisa menahan dirinya untuk mencium Wirianto Leng, dan berbisik: "Jangan lanjutkan lagi, kalau tidak kita akan benar-benar menjadi tajuk berita utama."

"Ini baru permulaan." Wirianto Leng menjawab sambil tersenyum, sambil dengan lembut mencium sudut bibir Yuliana Jian.

Yuliana Jian mendorong Wirianto Leng: "Jangan lanjutkan lagi....masih ada banyak hal yang harus dilakukan."

Wirianto Leng dengan rakus mencium sudut bibir Yuliana Jian, dan berkata sambil tersenyum: "Pakailah pakaianmu, aku akan membawamu ke suatu tempat."

"Kemana?" tanya Yuliana Jian dengan bingung.

Wirianto Leng menunjuk pakaian Yuliana Jian yang berada di sudut, dan berkata sambil tersenyum: "Apa pun yang akan kamu lakukan, sebelumnya kamu harus mandi, dan mengganti pakaian terlebih dahulu."

Yuliana Jian mengerutkan bibirnya, menundukkan kepalanya yang memerah, dan mengambil pakaiannya yang terletak di sudut. Setelah Yuliana Jian mengenakan pakaiannya, dia menyadari bahwa pakaiannya sobek terlalu banyak, dan beberapa kancing terlepas, sama sekali tidak bisa memakainya. Setelah Yuliana Jian mengenakan pakaiannya, dia harus mengenakan jaket Wirianto Leng, untuk menutupi tubuhnya.

Yuliana Jian segera mengerutkan keningnya dan menatap Wirianto Leng yang sedang duduk di kursi pengemudi, dia berbisik: "Walaupun kemarin aku sangat agresif, aku tidak akan agresif sampai merobek pakaianku. Jelas-jelas kamu yang lebih agresif, tetapi malah menyalahkan aku memaksamu."

Telinga Wirianto Leng memerah, dia memalingkan wajahnya, dan berkata: "Tidak perlu memikirkan hal sedetail itu, duduk yang benar..."

Yuliana Jian segera bangkit, dan bersiap untuk duduk di kursi samping pengemudi. Wirianto Leng menoleh dan menatap Yuliana Jian, lalu tesenyum: "Apa yang kamu lakukan?"

Yuliana Jian menunjuk kursi samping pengemudi: "Aku ingin duduk di kursi samping pengemudi."

"Tidak, duduk di belakangku saja." kata Wirianto Leng: "Posisi itu yang paling aman."

"Iya." jawab Yuliana Jian, dan dengan patuh dia duduk di kursi mobil di belakang Wirianto Leng, lalu memakai sabuk pengaman.

Ketika mobil mulai berjalan, Yuliana Jian melihat ke luar jendela, dan menyaksikan mobil melaju keluar dari gang, orang-orang di sekitarnya perlahan-lahan menjadi banyak, setelah jalan yang dikenalnya muncul di depannya, Yuliana Jian akhirnya kembali ke kenyataan. Apa yang baru saja terjadi di antara dia dan Wirianto Leng, terlihat seperti mimpi. Meskipun dia menyukai Wirianto Leng, dia juga pernah memiliki perasaan untuk memilikinya, dia bahkan pernah membayangkan, bagaimana jadinya jika dia berpacaran dengan Wirianto Leng.

Saat itu Yuliana Jian tidak menyangka, bahwa semua ini akan terjadi, dan kejadiannya berlalu dengan cepat. Pada saat dia masih belum siap, ternyata Wirianto Leng sudah bersama dengannya, dan sudah melakukannya dnegannya. Tubuhnya masih tersisa bau yang ditinggalkan oleh Wirianto Leng, telinganya masih tertinggal suhu bibir Wirianto Leng, jantungnya masih berdetak dengan kencang karena kejadian sebelumnya.

"Apa yang sedang kamu pikirkan?" Wirianto Leng mengendarai mobil, sambil menatap Yuliana Jian yang duduk di belakangnya lewat kaca spion tengah.

Yuliana Jian berkata dengan pelan: "Aku sedang berpikir, ini semua seperti sebuah mimpi."

Wirianto Leng tidak mengatakan apa-apa, dia mengatup bibirnya dengan erat, dia juga berpikir ini adalah sebuah mimpi. Dia melirik ponsel di sampingnya, dia tahu bahwa mimpi ini tidak akan bertahan lama, hanya dengan sebuah panggilan telepon, sudah dapat membawa mereka kembali ke kenyataan, tetapi dia ingin tinggal di mimpi ini lebih lama.

Wirianto Leng mengendarai mobil ke sebuah daerah kecil, hanya daerah perumahan yang sangat biasa. Saat memasuki daerah ini, Yuliana Jian bisa melihat seorang paman mengenakan pakaian olahraga yang sedang berjalan-jalan dengan anjingnya. Yuliana Jian tidak menyangka Wirianto Leng akan datang ke tempat ini, dan bertanya dengan bingung: "Mengapa kita datang ke sini?"

Wirianto Leng tersenyum dan berkata, "Aku punya rumah di sini, ketika aku sedang dalam suasana hati yang buruk, aku akan datang ke sini untuk duduk sebentar dan melihat kehidupan orang lain, aku merasa sangat nyaman dan suasana hatiku menjadi tenang. Rumah itu bukan atas namaku, sementara ini tidak ada orang yang akan menemukannya, di sini sangat aman dan terpencil. Tidak ada orang yang akan menyangka, bahwa aku akan tinggal di sini. "

Yuliana Jian mengangguk: "Memang tidak akan ada orang yang menyangkanya."

Wirianto Leng memarkirkan mobilnya, mengeluarkan sebuah masker dan memberikannya kepada Yuliana Jian sambil tersenyum: "Pakai masker ini, dan kita akan turun dari mobil."

Yuliana Jian segera mengambil maskernya dan mengikuti Wirianto Leng keluar dari mobil. Sebelum keluar dari pintu mobil, Yuliana Jian merasa kakinya lemas, dan dia hampir jatuh ke tanah, kakinya terasa sangat pegal dan lemas, dan dia tidak bisa merasakan tenaganya sama sekali. Untung saja Wirianto Leng tiba-tiba bergegas ke sisinya dan memapahnya.

"Kenapa?" Wirianto Leng juga mengenakan masker, tetapi masih bisa melihat dia mengerutkan keningnya, dan bertanya dengan khawatir.

Wajah Yuliana Jian memerah, dan dia bergumam pelan, "Tubuhmu sangat kuat, dan bisa berjalan dengan cepat. Tubuhku tidak sekuat dirimu, kakiku sangat lemas......"

Yuliana Jian berkata sambil mengecilkan suaranya, lalu dengan kesal dia menatap Wirianto Leng: "Semua salahmu!"

Wirianto Leng tidak bisa menahan tawanya: "Ternyata seperti itu, aku lupa kamu jarang berolahraga. Kalau begitu, agar kamu dapat memaafkanku, aku akan memelukmu masuk ke dalam rumah."

Wirianto Leng benar-benar ingin memeluk Yuliana Jian. Yuliana Jian segera menghindar: "Apa yang kamu lakukan? Jika kamu memelukku, bukankah akan terlihat aneh di mata orang-orang. Aku bisa jalan sendiri, tapi....."

Yuliana Jian mengulurkan tangannya dan berbisik dengan kepala menunduk, "Kamu harus menggandeng tanganku."

Wirianto Leng menyipitkan matanya, dan tersenyum. Wajahnya tertutup setengahnya, dan hanya menunjukkan alisnya. Yuliana Jian hanya bisa melihat mata Wirianto Leng, yang menatapnya dengan lembut. Kemudian Wirianto Leng mengulurkan tangannya, menggoyang-goyangkan sepuluh jari Yuliana Jian, dan mengangguk: "Baiklah, aku akan menggandengmu. Jika kamu ingin jatuh, jatuh saja padaku, dan aku akan memapahmu."

Yuliana Jian mengangkat kepalanya dan menatap Wirianto Leng, lalu mengangguk, lalu memegang tangan Wirianto Leng, dan berjalan ke dalam bangunan. Baru saja memasuki lift, ada beberapa orang masuk satu demi satu, Wirianto Leng dan Yuliana Jian hanya bisa berdekatan untuk memberikan ruang bagi orang lain.

Novel Terkait

Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
3 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu