Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 310 Jangan Berpisah Lagi

Pada detik-detik terakhir ketika Wirianto Leng mengucapkan "aku cinta kamu" kepada Yuliana Jian, dia sudah siap untuk pergi mati. Dia sudah tahu apa perintah yang diberikan oleh August Leng kepada Yuliana Jian. Ketika Yuliana Jian mendengar "aku cinta kamu", dia pasti akan membunuh orang yang ada di depannya.

August Leng melakukan banyak pelatihan agar Yuliana Jian dapat berbuat seperti itu ketika mendengar tiga kata tersebut. Selama dia mendengar tiga kata tersebut, maka dia akan mulai membunuh orang termasuk August Leng sendiri.

Tiga kata yang biasa digunakan untuk memperlihatkan rasa cinta pun di bawah pelatihan August Leng pun menjadi sebuah pisau tajam yang dapat membunuh orang.

Sebelum Wirianto Leng jatuh pingsan, dia sudah melakukan persiapan untuk mati. Hanya saja Wirianto Leng tidak menyangka dia masih hidup. Wirianto Leng terbangun karena bau air disinfektan, tidak peduli seberapa mewahnya sebuah ruangan pasti akan tercium juga bau air disinfektan. Lalu Wirianto Leng membuka matanya perlahan-lahan dan melihat di depannya ada seorang wanita yang sedang duduk, Wirianto Leng bergegas membuka matanya berkata: "Yuliana......."

Tetapi nama Yuliana Jian ini baru saja dikeluarkan, dia langsung menghentikannya karena Wirianto Leng melihat ternyata wanita di depannya adalah seorang perawat. Sang perawat melihat Wirianto Leng yang sudah siuman dengan ekspresi terkejut dan menutup mulutnya: "Direktur Leng, akhirnya Anda sudah siuman."

Wirianto Leng menatap perawat di depannya sambil mengerutkan kening berkata: "dimana istriku?"

Wirianto Leng tidak merasa dengan keselamatan dia maka keadaan Yuliana Jian akan baik-baik saja. Rasa bersalah dia karena sudah menusuk dia pasti akan memperburuk penyakitnya, yang bisa membuatnya tidak terkontrol, bahkan bisa memilih jalan terpahit karena rasa bersalah yang berlebihan.

Sang perawat mengerutkan keningnya berkata: "istri? Anda tidak memiliki istri."

Wirianto Leng segera menegakkan badannya dan memegang pergelangan tangan sang perawat sambil mengerutkan keningnya berkata: "apa maksud ucapanmu? Apanya yang dimaksud dengan tidak memiliki istri?"

Cengkraman Wirianto Leng sangat kuat hingga membuat sang perawat bergegas mengerutkan keningnya berkata: "Anda memang tidak memiliki istri."

Seketika hari Wirianto Leng mendingin. Dia menatap orang di depannya dengan kening yang dikerutkan berkata: "dia menghilang atau sudah mati?"

Sang perawat tidak mengerti perkataan Wirianto Leng, dia mengerutkan kening berkata: "Direktur Leng, kondisimu sekarang belum stabil, harap Anda tenang terlebih dahulu."

Wirianto Leng berkata: "aku tidak perlu menenangkan diriku!"

Lalu Wirianto Leng bergegas menyibakan selimut lalu baru saja dia ingin turun dari bangsal, dia melihat pintu kamar dibuka dan Yuliana Jian berjalan masuk. Melihat Wirianto Leng yang turun dari bangsal pun membuat Yuliana Jian mengerutkan keningnya: "ada apa denganmu? Untuk apa kamu turun, lukamu belum sembuh."

Wirianto Leng menatap Yuliana Jian sambil mengerutkan keningnya seperti tidak mengenal Yuliana Jian. Setelah beberapa saat, Wirianto Leng baru mengeluarkan suaranya yang serak berkata: "benar-benar kamu? Kamu masih ada? Kamu tidak pergi?"

Perawat yang berdiri di samping pun menatap Wirianto Leng dengan tatapan tidak mengerti, tetapi Yuliana Jian mengerti. Dia perlahan-lahan duduk di pinggir ranjang dan melihat Wirianto Leng berkata: "tentu saja aku belum pergi. Jika aku pergi siapa yang akan menolongmu?"

Wirianto Leng menatap Yuliana Jian dan tertawa serak berkata: "iya, jika seperti itu bukannya aku akan mati?"

Perawat yang berdiri di samping tidak mengerti dengan pembicaraan mereka berdua. Tetapi melihat tadi Wirianto Leng begitu marah pun dia sudah menyadari bahwa dia sudah membuat Wirianto Leng marah. Sang perawat juga tidak berani berlama-lama, baru saja dia bersiap-siap untuk keluar.

Wirianto Leng menatap perawat itu dan berteriak: "tadi bukannya kamu mengatakan tidak melihat istriku dan mengatakan aku tidak mempunyai istri?"

Sang perawat tersebut terkejut hingga matanya memerah karena teriakan Wirianto Leng. Dia dengan pelan berkata: "iya.....iya....iya memang tidak ada istri, karena Nona Yuli tidak pernah mengatakan kalau dia adalah istri Anda."

Wirianto Leng segera tertegun. Awalnya dia masih ingin mengomeli sang perawat akan tetapi dia tidak dapat bersuara. Yuliana Jian melihat ekspresi tercekat Wirianto Leng pun tersenyum berkata: "kamu sepertinya lupa kalau kita belum menikah."

Wirianto Leng mengenggam tangan Yuliana Jian berkata: "sekarang semuanya sudah selesai, kita sudah dapat terus bersama, aku ingin segera mengadakan pernikahan kita."

"Tidak perlu terburu-buru, semuanya belum berakhir." Yuliana Jian berkata sambil mengerutkan keningnya.

Wirianto Leng bergegas menegakkan badannya sambil mengerutkan kening menatap Yuliana Jian berkata: "apa? Apa masih ada masalah lain?"

Karena Wirianto Leng mengeluarkan tenaga terlalu kuat sehingga membuat luka pada perutnya terasa sakit. Wirianto Leng segera mengerutkan kening menutupi lukanya. Yuliana Jian bergegas menatap Yuliana Jian berkata: "kamu kenapa? Kamu sudah lupa kamu sedang terluka? Mengapa kamu bersikap tak acuh? Aku dengan susah payah menolongmu bukan untuk membuatmu terus memperparah lukamu."

Wirianto Leng menutupi lukanya sambil menggeleng-gelengkan kepala berkata: "sebenarnya masih ada masalah apa lagi? Masih ada masalah apa yang belum terselesaikan?"

Yuliana Jian menatap Wirianto Leng dengan tidak berdaya berkata: "itu urusan aku sendiri........"

Wirianto Leng mengerutkan keningnya menatap Yuliana Jian: "masalahmu adalah masalahku juga, apakah ada yang membedakannya?"

Yuliana Jian mengadahkan kepalanya menatap Wirianto Leng lalu menoleh menatap sang perawat berkata: "di sini sudah tidak membutuhkan kamu, kamu keluarlah terlebih dahulu."

Sang perawat segera menghembuskan nafas dengan panjang begitu mendengar perkataan Yuliana Jian. Pria bernama Wirianto Leng ini benar-benar menakutkan, sambil mengerutkan kening sambil berekspresi dingin. Benar-benar menakutkan, tidak tahu kenapa banyak perawat yang memuji dia tampan dan ingin menikah dengannya.

Setelah Yuliana Jian melihat kepergian sang perawat, barulah dia berkata kepada Wirianto leng: "mungkin karena aku pernah membunuh orang karena dipaksa oleh August Leng."

"Bukan kemungkinan, kamu memang dipaksa oleh dia." Wirianto Leng berbicara dengan serius: "kamu jangan melupakan poin ini. Jangan memikul kesalahan August Leng pada dirimu sendiri. Kamu tidak bersalah, siapa pun tidak dapat menghukum kamu."

Yuliana Jian menunjuk ke arah dadanya sendiri: "tetapi di sini bisa."

Yuliana Jian menarik nafas dalam-dalam, menatap ke arah bawah berkata: "ketika aku melihat kamu jatuh pingsan pada genangan darah, aku melainkan menjadi tenang. Pada saat itu aku berpikir mungkin ini adalah akhir yang baik. Kita mati bersama-sama tanpa perlu merasakan beban apa pun. Tetapi........ketika aku melihat tubuhmu perlahan-lahan menjadi dingin, aku langsung menyesal, aku sudah pernah melihat bagaimana bentuk orang mati. Jika sudah mati maka semuanya akan berakhir, tidak akan ada lagi kemungkinan yang lain. Kita terlihat seperti sudah mengakhiri semua penderitaan, tetapi kita juga sudah mengakhiri semua kebahagiaan."

Begitu Yuliana Jian selesai berbicara, dia menundukkan kepalanya secara perlahan-lahan dan menatap jari tangannya berkata: "lalu aku berusaha menolongmu sepeti orang gila. Aku berusaha menebus semua kesalahanku yang dulu. Aku berusaha untuk melihat dirimu yang hidup. Ketika aku melihat kamu melewati masa kritis, aku juga sudah sadar perlahan-lahan. Proses untuk sadar mungkin terlihat sulit, tetapi terkadang itu hanya memerlukan waktu sesaat saja. Di saat itu aku sadar hingga dapat merasakan bahwa mimpi buruk itu sudah selesai. Tetapi ini tidak dapat diartikan semua hutang-hutangku sudah terbayar lunas. Ucapanmu sangat benar, pengadilan hukum mana pun tidak dapat menghukum aku, karena aku ini dipaksa dan memiliki penyakit psikis yang cukup parah. Kelakuan aku saat itu tidak terkontrol dan tidak berada di dalam ruang lingkup dalam hukum. Tetapi pada akhirnya aku tetap sudah membunuh orang, aku tidak dapat menebus dosaku kepada orang-orang yang sudah meninggal, tetapi aku dapat menebus dosaku kepada orang-orang yang masih hdup."

Ketika Yuliana Jian sedang berbicara, dia mengambil setumpuk berkas di sampingnya berkata: "ini merupakan semua keluarga korban, aku sudah merapikan semua data. Aku akan menembus dosaku pada mereka. Meskipun ini tidak dapat menebus rasa sakit karena kehilangan sanak saudara, tetapi setidaknya dapat membuat hidup mereka jauh lebih mudah, setidaknya mereka tidak perlu menghadapi lagi kekurangan materi dalam hidupnya."

Ketika Yuliana Jian selesai berbicara, dia dengan pelan berkata: "sebelum mengurangi rasa bersalah pada hatiku, aku bahkan tidak berani bertemu dengan anak-anak. Aku takut mereka dapat mencium bau darah yang amis pada tanganku."

Wirianto Leng menggelengkan kepalanya sambil menatap Yuliana Jian berkata: "Yuliana........jika kamu saja sudah begitu, maka aku..........."

Yuliana Jian mengerutkan kening menatap Wirianto Leng berkata: "kamu berbeda, pada saat itu kamu berbuat seperti itu untuk melindungi dirimu sendiri."

Wirianto Leng menatap Yuliana Jian dan berteriak: "kamu juga sedang melindungi dirimu sendiri bukan?"

Mungkin karena nada bicara Wirianto Leng terlalu kencang, sehingga membuat Yuliana Jian terkejut hingga memundurkan badannya. Psikis Yuliana Jian belum pulih sepenuhnya, dia masih tidak tahu harus berbuat apa melihat perubahan sekelilingnya yang begitu tiba-tiba. Yuliana Jian mengerjapkan matanya dan menatap Wirianto Leng dengan gugup. Wirianto Leng bergegas mengatupkan bibirnya menatap Yuliana Jian berkata: "semoga kamu dapat mengerti perkataan aku, aku juga sedang melindungi dirimu sendiri."

Yuliana Jian mengerutkan keningnya dan tersenyum pahit berkata: "mungkin saja, tetapi hatiku tidak dapat melewatinya begitu saja. Aku mengerti maksud ucapanmu tetapi aku selalu merasa ucapan seperti itu seperti sedang mencari alasan untuk diriku sendiri. Apa itu melindungi diri sendiri? Itu hanya takut mati, takut setelah mati tidak mendapatkan ketenangan. Jadi berusaha menjauhi orang lain untuk menolong diriku sendiri agar aku dapat terus hidup."

Wirianto Leng menatap Yuliana Jian berkata: "karena kamu sudah berkata seperti itu, bukannya aku juga harus menebus dosaku kepada orang-orang yang pernah kucelakai?"

Yuliana Jian mengerutkan kening menatap Wirianto Leng: "kamu?"

Wirianto Leng menatap Yuliana Jian dan tersenyum: "aku tidak sebaik kamu, aku hanya membereskan akhirnya saja. Tidak mungkin aku terus membawa bercak darah ini untuk selamanya, aku ingin sepenuhnya menyelesaikan masalah ini. Mungkin menebar kebaikan jauh lebih berguna dibandingkan membunuh hingga ke akar-akarnya?"

Yuliana Jian menatap Wirianto Leng berkata: "kamu tidak perlu demi aku......."

"Memang untuk kamu, tetapi juga untuk anak-anak kita. Aku tidak berharap mereka terus melanjutkan hidup mereka seperti itu." Wirianto Leng tersenyum menatap Yuliana Jian berkata: "cari penerus dari musuh dan adopsi mereka. Lalu aturkan mereka di sebuah tempat dimana mereka tidak dapat menemukan status diri mereka yang sebenarnya. Mereka dapat melupakan status mereka sendiri dan hidup seperti orang biasa. Kita......kita juga berubah menjadi orang biasa......"

Wirianto Leng tersenyum dan menatap Yuliana Jian berkata: "bagaimana?"

Yuliana Jian perlahan-lahan menganggukkan kepalanya berkata: "aku merasa sangat baik."

Yuliana Jian tidak pernah menyangka akan ada hari seperti ini, dimana dia bisa melihat Wirianto Leng mengenakan pakaian relawan dan bermain catur dengan orang tua. Karena Wirianto Leng sangat tampan. Meskipun datang ke panti jompo, tetapi juga banyak nenek-nenek yang berdiri belakang Wirianto Leng, memberikan berbagai macam makanan kepada Wirianto Leng. Baik Wirianto Leng menjawab mau atau tidak mau, pasti sebiji-biji anggur akan dimasukkan ke dalam mulut dia.

Intimidasi Wirianto Leng benar-benar tidak berguna di depan orang-orang tua ini. Mereka berpegang pada gagasan "aku sudah seusia ini, siapa yang takut pada siapa?" Sehingga membuat aura direktur Wirianto Leng pun menghilang begitu saja. Begitu aura semacam ini menghilang, meskipun Wirianto Leng menonjol di luar, ia menjadi kurang mencolok di antara sekelompok relawan yang mengenakan pakaian serupa.

Ketika Yuliana Jian bersiap-siap untuk menghampiri Wirianto Leng, dia harus mengerahkan banyak tenaga agar dapat melihat Wirianto Leng di dalam sekelompok orang. Setelah Yuliana Jian menemukan Wirianto Leng, dia segera tersenyum menatap Wirianto Leng dan berjalan menghampirinya.

Awalnya Wirianto Leng merasa menderita karena dirinya dikelilingi oleh sekelompok orang tua. Tetapi ketika melihat Yuliana Jian berjalan ke arah dia, Wirianto Leng segera menegakkan badannya. Dia sambil melirik ke arah Yuliana Jian, sambil bermain catur dengan sekelompok orang tua. Tetapi sebelum Yuliana Jian sampai ke sisi Wirianto Leng, dia sudah dicegat oleh seorang pria paruh baya yang mengenakan kaca mata hitam.

Yuliana Jian melihat orang yang mencegat dia adalah relawan yang datang bersama-sama dengannya. Yuliana Jian tersenyum berkata: "ada masalah apa?"

Pria paruh baya itu tersenyum menatap Yuliana Jian berkata: "oh kamu Yuli kan?"

Yuliana Jian tersenyum menganggukkan kepalanya berkata: "iya, ada masalah apa?"

Pria paruh baya itu mendorong bingkai kaca matanya sambil tersenyum berkata: "begini, dengar-dengar kamu masih lajang?"

Awalnya Yuliana Jian ingin mengangkat tangan menunjuk Wirianto Leng untuk memberitahu bahwa dia tidak lajang, bahwa dia sudah berjadian dengan Wirianto Leng. Tetapi belum sempat Yuliana Jian berbicara, dia sudah dipotong oleh pria paruh baya itu. Dia tersenyum berkata: "aku tahu...aku tahu....apakah kamu ingin mengatakan kamu sudah punya kekasih? Tetapi orang lain sudah mengatakan padaku bahwa kamu tidak memiliki kekasih karena kriteriamu terlalu tinggi, sehingga kamu tidak melirik siapa pun.Sebenarnya aku ingin menjelaskan, untuk apa kriteria yang tinggi? Jelas-jelas syarat kamu sendiri juga ada batasannya. Aku dengar orang lain mengatakan kamu sudah memiliki dua orang anak dan seorang janda. Kamu sudah memiliki dua anak, kalau begitu kamu sudah tidak boleh pemilih seperti anak gadis, cari saja yang lumayan."

"Aku bukan...." Yuliana Jian menggelengkan kepala dan berusaha menjelaskan.

Tetapi belum juga Yuliana Jian berbicara, dia sudah dipotong oleh relawan itu: "apanya yang bukan? Mengapa kamu tidak cepat-cepat mencari pria? Aku bertemu denganmu di sini dan merasa dirimu lumayan baik karena saat ini sudah tidak banyak orang yang ingin menjadi relawan. Aku ingin mengenalkan kamu kepada seseorang. Pria ini lumayan loh. Dia orang lulusan teknik, penghasilan dia juga lumayan, dan dia memiliki seorang putri. Dua tahun yang lalu istrinya meninggal, umurnya juga baru berkepala empat. Bukannya ini sangat cocok denganmu? Aku sudah mengirimkan beberapa fotomu pada dua hari yang lalu kepada dia. Dia merasa puas, sekarang tinggal menunggu jawaban kamu."

Yuliana Jian sudah melalui banyak hal dan dirinya sudah menjadi lebih tenang. Lagipula selama beberapa saat ini Yuliana Jian terus melakukan banyak hal baik sehingga karakter Yuliana Jian juga menjadi lebih baik, jika tidak, jika dirinya yang dulu bertemu orang seperti ini, dia pasti sudah marah.

Yuliana Jian hanya melihat sekilas ke arah pria paruh baya tersebut berkata: "aku tidak berharap kamu mengirimkan fotoku lagi untuk kedepannya tanpa persetujuan orang tersebut. Lagipula aku juga sudah memiliki kekasih....di sana........"

Ketika Yuliana Jian berbicara, dia menunjuk ke arah Wirianto Leng. Pria paruh baya itu menatap ke Wirianto Leng lalu menggelengkan kepala dan tertawa: "Yuli, kamu tidak perlu berpura-pura menolak lagi. Pria itu begitu tampan dan dari gaya berpakaiannya saja sudah terlihat lumayan, bagaimana mungkin dia bersedia mencari kamu? Aku katakan padamu ya, di dalam acara ini banyak anak gadis yang menyukai dia. Meskipun dia pernah berbicara beberapa patah kata denganmu, tetapi kamu juga tidak boleh asal menunjuk bukan? Lagipula jika memang sepasang kekasih, mengapa jam kalian sampai di acara berbeda? Jika memang mengenal bukan seharusnya datang bersama? Mengapa kamu sampai terlebih dahulu dibanding dia?"

Yuliana Jian berbicara dengan tak berdaya: "dia memang kekasihku. Dia juga ayah dari kedua anakku."

Setelah Yuliana Jian selesai berbicara, tidak menyangka pria paruh baya itu tertawa semakin kencang berkata: "aduh kamu jangan membuat lelucon lagi. Pria seperti itu bisa memiliki dua anak denganmu dan tidak menikah? Siapa yang bodoh di antara kalian?"

Yuliana Jian tersenyum tidak berdaya ke arah pria ini. Dia juga merasa keadaan seperti ini memang sangat lucu. Awalnya Yuliana Jian dan Wirianto Leng ingin menyembunyikan hubungan mereka di dalam kegiatan ini. Siapa yang tahu akan muncul masalah lain. Tetapi bukannya dengan hidup normal maka masalah sepele-sepele ini akan meningkat?

Yuliana Jian tersenyum lalu menganggukkan kepala dengan serius dan tersenyum ke arah pria paruh baya itu berkata: "aku tidak berbohong, dia memang kekasihku. Apakah aku perlu memanggilnya kemari?"

Pria paruh baya mengerutkan keningnya berkata: "benar?"

Yuliana Jian bergegas melambaikan tangan ke arah Wirianto Leng dan berteriak: "Wirianto, apakah kamu bisa tolong kemari?"

Wirianto Leng langsung melepaskan catur di tangannya dan berlari ketika mendengar Yuliana Jian sedang memanggil dia. Wirianto Leng berjalan ke samping Yuliana Jian berkata: "ada apa Yuli?"

Yuliana Jian mendengar panggilan Wirianto Leng pun segera mengerutkan keningnya. Entah kenapa ketika Yuliana Jian mendengar orang lain memanggilnya dengan panggilan Yuli dia tidak merasa aneh, tetapi ketika mendengar Wirianto Leng memanggilnya dengan panggilan tersebut, Yuliana Jian merasa aneh. Wirianto Leng seperti tiba-tiba berubah menjadi ekor dirinya. Karena Yuliana Jian merasa aneh, dia pun mengerutkan keningnya berkata: "kamu jangan memanggilku seperti itu."

Wirianto Leng tersenyum berkata: "aku suka memanggilmu seperti itu, jika sejak awal tahu boleh memanggilmu dengan panggilan itu, aku pasti sudah memanggilnya seperti itu sejak awal."

Yuliana Jian mengerutkan kening menatap Wirianto Leng dengan tatapan jijik: "mengapa aku merasa tidak nyaman ketika kamu memanggilmu seperti itu. Kamu jangan memanggilku seperti itu!"

"Kalau begitu bagaimana dengan memanggilmu dengan panggilan 'istriku'?" Wirianto Leng bertanya sambil tertawa.

Novel Terkait

Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
3 tahun yang lalu