Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 157 Penjahat yang paling besar

Wirianto Leng membuka laci, lalu mengeluarkan setumpuk foto dan melemparkannya ke sekretaris itu: "Jadi, kematian mereka sama sekali tidaklah sayang."

Sekretaris itu melihat foto-foto itu, melihat wajah-wajah penuh darah di dalam foto membuatnya menangis dengan sedih.

Wirianto Leng melihat sekretaris itu sambil berkata dengan suara pelan, "Kamu hanya orang biasa, kenapa kamu melibatkan diri dalam perseteruan keluarga Leng? Kamu masih punya satu anggota keluarga, aku menyisakan putrimu, apakah kamu mau dia mati juga? "

Mata sekretaris itu memerah, dia menatap Wirianto Leng sambil berteriak dengan keras, "Kamu, kamu bukan manusia! Mereka semua tidak bersalah! Mereka hanya keluargaku! Kenapa kamu mencelakakan mereka hingga menjadi seperti ini?"

Wirianto Leng memandangi sekretaris itu sambil tertawa dengan sinis: "Karena mereka adalah keluargamu, jadi sudah ditakdirkan menjadi seperti ini. Putrimu beruntung, setidaknya, dia masih tahu kamu adalah ayahnya!"

Selesai berbicara, Wirianto Leng menunduk melihat sekretaris itu sambil bertanya dengan dingin: "Kamu mengkhianatiku. Kalau aku tidak menyingkirkanmu, aku tidak bisa membangun kedudukanku. Jadi apa keputusanmu sekarang?"

"Aku... aku yang membunuhnya ..." kata sekretaris itu, selesai berbicara dia menatap Wirianto Leng sambil berkata dengan pelan, "Awalnya kupikir August Leng adalah orang yang paling kejam, meskipun kamu kelihatannya dingin, tetapi masih merupakan pengusaha yang mengikuti aturan, aku tidak menyangka kamu jauh lebih kejam daripada dia. Jika tahu dari awal, aku ... "

Wirianto Leng menyipitkan matanya menatap sekretaris itu dengan dingin lalu berkata, "Siapa yang memberikan kesan yang salah ini kepadamu, aku adalah keluarga Leng ... seharusnya kamu merasa beruntung, sekarang kamu masih bisa memilih untuk masuk penjara. Kalau dulu, orang seperti dirimu, bisa langsung dibakar sampai mati. "

Dengan gemetar sekretaris itu menarik napas dalam-dalam, sambil membawa pistol, dia berbalik dengan perlahan-lahan dan berjalan keluar dari ruangan. Wirianto Leng menatap punggung sekretaris itu, lalu menatap mayat Steven Leng yang tergeletak di atas lantai, kemudian dia mengulangi kata-katanya tadi dengan suara pelan: "Aku adalah keluarga Leng."

Selesai mengatakannnya, Wirianto Leng menyipitkan matanya, mencium aroma darah yang perlahan menyebar di udara. Tiba-tiba dia teringat dengan novel bela diri yang pernah dia baca ketika dia masih muda dulu, di dalam novel pendekar bisa menegakkan keadilan dan menghukum orang jahat. Tapi itu hanya ada di dalam novel, keadilan mengalahkan kejahatan, adalah aturan dalam yurisdiksi hukum. Tetapi bagi orang-orang yang berada di luar yurisdiksi hukum, hukum hanyalah alat yang mereka mainkan, keadilan mengalahkan kejahatan sama sekali tidak ada. Kalau ingin berurusan dengan lawan yang kejam, kamu harus lebih kejam dari orang itu.

Tidak ada pendekar yang menegakkan keadilan dan mengalahkan penjahat, hanya ada penjahat paling besar mengalahkan penjahat.

Persis seperti jurus sihir rahasia Yunnan, sekelompok orang terjebak dalam pertarungan keji, yang menang pasti sihir paling beracun. Dia melahap kejahatan orang lain untuk bisa selamat.

Wirianto Leng menghela nafas pelan, dia berdiri, dan menatap Steven Leng yang berlumuran darah dengan tatapan dingin, lalu dia berjalan melewati genangan darah. Darah yang merah menodai sol sepatu Wirianto Leng , dan meresap ke dalam karpet yang mewah. Wirianto Leng berjalan ke bawah, di seberang jalan sudah penuh dengan kerumunan orang, dari dalam kerumunan terdengar seorang pria sedang berteriak denagn keras: "Aku membunuh seseorang ... aku yang menembaknya... Ayo, tangkap aku! Ayo bunuh aku! "

Suaranya sedih, persis dengan suara sekretaris Wirianto Leng .

Wirianto Leng masuk ke dalam mobil, lalu dia melambaikan tangannya dengan lembut, dan mobil langsung melaju. Wirianto Leng menoleh untuk melihat langit di luar jendela, warnanya masih berwarna biru, birunya jernih hingga membuat mata Wirianto Leng terasa sedikit perih.

Wirianto Leng langsung kembali ke Kediaman Leng. Karena kematian Steven Leng, dekorasi di dalam rumah penuh dengan unsur putih polos. Wirianto Leng berjalan masuk ke dalam langsung mencibir, "Bagus, kelihatannya rumah terlihat jauh lebih bersih."

Nyonya Tua Leng menyeka air mata di sudut matanya, sambil menangis dia berkata kepada Wirianto Leng : "Kamu masih bisa berbicara seperti ini, paman keduamu memang serakah dan ingin mendapatkan lebih banyak uang, tapi apakah kamu perlu memaksa pamanmu hingga ke titik ini? Dia adalah paman keduamu, dia melihatmu tumbuh dewasa. "

Wirianto Leng mengerutkan kening menatap Nyonya Tua Leng sambil bertanya dengan heran: "Kenapa nenek berbicara seperti ini? Aku tidak memaksa paman kedua. Ah, aku memang tahu beberapa bukti paman kedua melakukan penggelapan barang publik, tapi aku mengumpulkannya untuk menghancurkannya. Mana mungkin aku menggunakannya untuk mengancam paman kedua, dan bukankah paman kedua tidak sengaja jatuh dari jendela? Aku sudah membujuk paman kedua untuk mengurangi minum arak, tetapi kenapa dia tidak mendengarkanku? "

Selesai berbicara, Wirianto Leng menghela nafas dan kembali berkata: "Paman kedua ini membuatku sangat kesusahan."

Nyonya Tua Leng mengerutkan kening melihat Wirianto Leng, lalu dia bertanya dengan keras, "Masalah berturut-turut terjadi di Keluarga Leng, kamu yang akhirnya mendapatkan untung. Wirianto, apa yang ingin kamu lakukan? Apakah kamu baru puas kalau keluarga Leng terpecah belah? Jangan terlalu keterlaluan, kamu pikir sekarang kamu sangat hebat? Tapi anggota keluarga yang lain juga bukan orang yang mudah dihadapi! Kalau kamu berbuat seperti ini, takutnya akan terjadi masalah! "

Nyonya Tua Leng berharap Wirianto Leng bisa mengikuti kemauannya dan sepenuhnya menjadi boneka yang mematuhinya. Tapi di keluarga Leng, hanya keuntungan dia dan Wirianto Leng yang paling berkaitan, kalau Wirianto Leng berhasil disingkirkan, orang-orang hanya tinggal menghadapinya. Sebaliknya, Cindy Gu dan putranya dibiarkan tinggal, untuk dijadikan boneka, lalu dengan sedikit demi sedikit mengosongkan harta keluarga mereka.

Bujukan Nyonya Tua Leng saat ini tulus. Belakangan ini tindakan Wirianto Leng terlalu terburu-buru, seolah-olah ... dia ingin mati bersama dengan seluruh keluarga Leng ini. Seumur hidupnya Nyonya Tua Leng selalu berhati keras dan dia tidak pernah takut, tetapi saat ini dia merasa takut, Wirianto Leng tidak seperti sedang merebut kekuasaan, tetapi mencari kematian.

Dia seperti sedang berjuang mati-matian, menyatukan tanah yang rata diantara duri untuk seseorang?

Wirianto Leng tersenyum memandangi Nyonya Tua Leng: "Nenek tidak perlu khawatir, itu tidak akan terjadi. Kalau terjadi apa-apa denganku, bukankah masih ada nenek?"

Selesai berbicara Wirianto Leng berdiri sambil tersenyum, lalu dia berkata dengan lembut, "Nenek, aku sangat merindukan Wibowo, aku ingin kembali ke kamar untuk beristirahat."

Selesai mengatakannya, Wirianto Leng berjalan melewati Tania Sui yang dari tadi tidak berhenti menangis, sambil berkata dengan dingin, "Bibi kedua jangan menangis lagi, paman kedua sudah tidak ada, tapi bibi kedua mendapatkan banyak uang. Perhiasanmu sudah kamu ganti dengan satu set yang baru. Buat apa membuang-buang air matamu lagi?"

Tania Sui langsung berhenti, Wirianto Leng selalu enggan berdebat dengan wanita itu, tak disangka sekarang dia menyindirnya. kata-katanya membuat Tania Sui terkejut, setelah Wirianto Leng berjalan cukup jauh, dia membalas ucapannya dengan suara pelan: "Aku benar-benar sedih, bukan berpura-pura. Kami sudah bertahun-tahun menjadi suami dan istri, mana mungkin aku tidak sedih?"

Selesai mengatakannya, Tania Sui menatap Nyonya Tua Leng dengan mata terbelalak, lalu dia bergegas berkata, "Nyonya Tua , anda harus percaya padaku, aku benar-benar sedih ..."

Nyonya Tua Leng meliriknya dengan tatapan dingin, Tania Sui yang tidak pandai berakting sedih, tidak menangis lagi, setelah medengus dengan dingin dia langsung bangun. Nyonya Tua Leng yang sedang berjalan ke arah pintu menoleh melihat rumah yang serba putih itu, lalu dia mengerutkan kening dan berkata, "Ini sudah berlalu cukup lama kan? Sudah waktunya mengganti warna kan? Apakah kita akan terus berkabung? Aku masih hidup, rumah yang bagus malah terlihat sangat sial! Ganti semuanya! Ganti dengan warna yang meriah!"

Selesai berbicara, Nyonya Tua Leng langsung berbalik dan berjalan ke kamarnya. Tania Sui malah merasa lega mendengar perkataan Nyonya Tua Leng ini: Dikarenakan masa berkabung sudah berlalu, kalung yang baru aku beli akhirnya bisa aku pakai.

Ketika Wirianto Leng berjalan ke atas, dia melihat para pelayan berlarian dengan terburu-buru, mereka mengatakan ingin menganti dekorasi yang putih polos menjadi warna yang lebih meriah. Ketika Wirianto Leng sampai di depan pintu kamarnya, dari seberang August Leng berjalan menghampirinya .

Ekspresi wajah August Leng yang masih sama seperti beberapa tahun yang lalu, masih seperti tuan muda yang jangak. Beberapa tahun sudah berlalu, tapi August Leng seakan masih tidak berubah.

"Eh, kakak pertama." August Leng memandangi Wirianto Leng sambil berkata dengan tersenyum: "Aku dengar belakangan ini kakak telah melakukan banyak hal, aku benar-benar salut."

Melihat August Leng, Wirianto Leng mengangkat bibirnya lalu berkata dengan sinis, "Tidak bisa dibandingkan dengan apa yang kamu lakukan, tak disangka kamu bahkan berani membunuh ayahmu."

August Leng tersentak, lalu dia berkata sambil tersenyum, "Kakak jangan bicara seperti itu, memfitnah adalah perbuatan yang ilegal. Kalau orang berwibawa seperti kakak masuk ke penjara karena hal ini, takutnya akan sangat tidak baik."

Selesai mengatakannya August Leng diam sebentar, setelah itu dia berkata sambil tersenyum, "Tapi kalau kakak juga di penjara, bukankah sangat serasi dengan Yuliana Jian?"

August Leng berkata sambil merendahkan suaranya: "Kamu bisa membohongi orang lain, tapi kamu tidak bisa membohongiku, karena aku juga suka dengan Yuliana Jian. Tenang saja, aku tidak membocorkan hal ini, karena aku juga tidak ingin Yuliana Jian berada dalam bahaya. "

Wirianto Leng menatap August Leng , sambil berkata dengan serius: "Aku tidak menyangka kamu hanyut dalam perasaan yang tidak berguna ini. Kalau kamu ingin menculiknya, membunuhnya, memanfaatkannya, lakukan saja, tidak perlu memberi tahu aku . "

"Benarkah?" August Leng berkata sambil tersenyum: "Kalau begitu aku akan benar-benar melakukannya."

Wirianto Leng tersenyum dan mengangguk: "Kalau tidak ada hal lain, tolong minggir."

Sikap Wirianto Leng benar-benar membuat August Leng bingung. August Leng mengerutkan kening menatap Wirianto Leng : "Kamu ... kamu benar-benar tidak peduli dengan Yuliana Jian? Kamu benar-benar mencintai Cindy Gu? "

Wirianto Leng menyipitkan matanya memandangi August Leng : "Apakah kamu benar-benar pernah memiliki kekuasaan terbesar di keluarga Leng?"

August Leng mengerutkan keningnya, sambil bertanya dengan serius: "Apa maksudmu?"

Wirianto Leng tertawa dengan sinis dan berkata, "Kalau kamu benar-benar pernah memiliki kekuasaan terbesar, kamu tidak akan menanyakan pertanyaan kekanak-kanakan seperti ini? Menyukai siapa? Wanita? Kekuasaan barulah kekasih seorang pria. Kamu bekerja keras mendapatkan Yuliana Jian untuk mengalahkan aku. Awalnya ingin mengalahkan aku dengan tubuh Yuliana Jian, lalu ingin mengalahkanku dengan hati Yuliana Jian. Karena kamu tidak bisa mengalahkan aku dalam perseteruan keluarga Leng, jadi kamu mencurahkan semua pikiran pada seorang wanita. Semua siasat kamu gunakan pada seorang wanita, kamu sama sekali tidak mengerti untuk berada di posisiku ini, sama sekali tidak perlu menyiasati wanita. Aku membunuh seseorang, tapi siapa yang bisa melakukan sesuatu kepadaku? Aku menuntunmu membunuh ayahmu, tapi kamu bisa melakukan apa kepadaku? Kendatipun hari ini aku membunuhmu, siapa yang bisa melakukan sesuatu kepadaku? "

Novel Terkait

His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu