Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 361 Hadiah

Yuliana dan Wirianto melewati dua hari ini dengan santai, ketika mereka bermaksud pulang, Yuliana baru teringat harus menyiapkan dua hadiah untuk kedua anaknya, Yuliana pun memukul keningnya dan berkata: "Duh, aku terlalu kesenangan bermain, sampai-sampai lupa aku punya dua anak."

Mendengar kata-kata Yuliana, Wirianto pun tertawa: "Apanya yang kesenangan bermain? Kamu hanya makan dua kentang saja, sudah termasuk kesenangan bermain?"

Yuliana melirik Wirianto: "Setelah itu kita bukannya melakukan hal-hal yang sangat berarti? Misalnya membuat boneka salju, misalnya makan BBQ di luar, terus....."

Yuliana pun mengerutkan keningnya, dia juga tidak ingat bagaimana dia melewati kehidupan beberapa hari ini disana, karena hiburan di sana sangatlah sedikit, tidak bisa dibandingkan dengan keramaian di kota. Kalau menyuruh Yuliana mengingat-ingat apa yang telah dia lakukan dengan Wirianto beberapa hari ini, kemungkinan besar dia sama sekali tidak bisa menyebutkan satupun kegiatan yang dia lakukan, tapi Yuliana mungkin tidak akan pernah melupakan rasanya bersama dengan Wirianto, di malam yang hening, mereka saling bergantung satu sama lain di dalam kabin kayu kecil di tengah-tengah hamparan salju. Asalkan teringat hal ini, Yuliana pun tidak bisa menahan senyum terbentuk di wajahnya.

Wirianto berpaling melihat Yuliana yang tersenyum, dia pun tertawa dan bertanya dengan suara kecil: "Kelihatannya kamu sangat menyukai tempat ini?"

Yuliana mengangguk, berkata sambil tersenyum: "Sangat suka, ketika tidur di malam hari, kadang bisa melihat aurora, siapa yang bisa tidak suka tempat ini, terasa seperti sedang bermimpi, sekarang sudah terbangun dari mimpi, aku pun harus kembali menjadi seorang ibu."

Wirianto mengulurkan tangan mengelus kepala Yuliana, berkata: "Kalau begitu kita berlibur beberapa hari lagi, tidak usah mengkhawatirkan anak-anak, lagipula ada orang yang menjaga mereka."

Yuliana segera menggelengkan kepala, berkata dengan suara ringan: "Tidak bisa menambah waktu lagi, beberapa hari ini, karena perbedaan waktu, aku tidak mengobrol banyak dengan anak-anak, kemarin terakhir telepon, Melly saja sudah mulai tidak senang, lebih baik jangan mengundur hari pulang lagi. Kamu tidak tahu? Anak-anak, terutama si Melly, kelihatannya saja sangat ceria dan berisik, tapi sebenarnya dia gampang merasa tidak aman. Dia bisa dengan wajah berseri membiarkan kita berlibur, sudah termasuk peningkatan yang lumayan besar, kalau kita terus mengundur, dia kemungkinan akan merasa tidak senang. Tanggung jawab orang tua seperti ini, didorong ke orang lain selama dua hari untuk istirahat masih tidak apa-apa, tapi kalau terus seperti ini, maka sudah keterlaluan, lagipula kita juga membawa mereka ke dunia ini tanpa persetujuan mereka, bagaimanapun kita harus bertanggung jawab, kan?"

Mendengar kata-kata Yuliana, Wirianto pun tersenyum dan mengangguk, dia mengelus ringan rambut Yuliana dan berkata: "Wah, bagus, semakin lama semakin mirip seorang ibu, sama sekali berbeda dengan Yuliana Jian yang melewati waktu bersamaku beberapa hari ini."

Yuliana mengangkat alisnya, dan mendengus ringan: "Apa maksudmu mirip seorang ibu, aku pada dasarnya memang seorang ibu, hanya saja beberapa hari ini aku mengesampingkan sedikit tanggung jawab seorang ibu.....eh.... coba kamu lihat boneka beruang itu, Melly seharusnya akan sangat menyukainya, kan? Buku itu, apakah tentang tempat ini? Apakah Malvin suka buku seperti itu? Bukannya ada yang bilang ada seorang ilmuwan tinggal disini? Bagaimana kalau kita pergi mengunjungi ilmuwan itu, memintanya menuliskan pesan hidup untuk putra kaku kita itu?"

"Memangnya hidup Malvin masih perlu pesan?" Wirianto tertawa.

Yuliana mengangguk serius, kemudian berpaling melihat Wirianto dan berkata: "Tentu saja perlu, harus menulis kata-kata seperti 'Jangan hanya membaca buku, perbanyak menjalin hubungan dengan orang', atau 'gadis kecil lebih imut daripada cawan petri'. Aku merasa setelah putra kaku kita itu mempunyai motto hidup seperti ini, hidupnya akan lebih lancar. Kamu lihat kelakuannya sekarang, kalaupun benar-benar mendapatkan penemuan bisa apa? Bagaimanapun, pada akhirnya manusia pasti akan kiamat, sama sekali tidak berguna memberontak seperti itu. Hal yang paling penting adalah secepat mungkin menikmati kehidupan, meskipun Melly sangat nakal, kadang aku juga selalu memarahinya, namun aku sebenarnya sama sekali tidak mengkhawatirkan Melly, dengan karakternya, dia pasti akan hidup dengan baik dan berwarna. Meskipun aku tidak sering menasehati Malvin, tapi sebenarnya aku paling mengkhawatirkannya, karena dengan karakternya, sangat mudah membuat hidup ini menjadi sangat membosankan dan tidak berarti. Hidup hanya sekali, sangat disayangkan kalau berlalu tanpa arti. Sebelum meninggal, di saat mengenang hidupmu, sama sekali tidak teringat hal yang senang maupun sedih, yang teringat hanyalah keberhasilanmu itu, tapi apa pentingnya keberhasilan?"

Kemudian Yuliana pun menggelengkan kepalanya, menghela nafas panjang: "Benar-benar membuatku marah."

Sambil berbicara, Yuliana berpaling melihat Wirianto yang sambil tertawa sambil melihat ke arahnya, Yuliana pun mengerutkan kening dan bertanya: "Kenapa? Kamu tidak merasa khawatir?"

Wirianto mengangguk sambil tertawa: "Aku tentu saja juga khawatir, tapi melihatmu yang terus mengomel benar-benar sangat menarik, jadi aku tidak ingin memotong kata-katamu."

Yuliana membuat wajah cemberut, dia menyipitkan matanya melihat Wirianto: "Kamu benar-benar tidak fokus."

Wirianto tertawa dan memeluk Yuliana dari belakang, berkata: "Aku hanya merasa kamu terlalu banyak berpikir, anak-anak memiliki kehidupan mereka sendiri, dulu aku juga merasa kehidupanku seharusnya seperti apa, namun akhirnya berubah, tidak mengikuti rencanaku, mungkin di masa depan, Malvin juga akan bertemu dengan seorang perempuan yang imut, dan seluruh prinsip hidupnya pun akan berubah."

"Juga?" Yuliana berpaling melihat Wirianto.

Wirianto tertawa dan mengangguk, berkata dengan suara kecil: "Benar, juga....... Karena perempuan yang paling imut, sudah jadi milikku."

Yuliana tidak bisa menahan diri dan tertawa ringan, sambil tertawa sambil berbalik melihat Wirianto, wajahnya memerah, dia menggelengkan kepalanya dan berkata: "Wah, Direktur Leng-ku, aku sudah dilatih olehmu, sekarang kalaupun kamu menggombal lebih keterlaluan, aku juga tidak akan punya bereaksi."

Wirianto tertawa sambil menunduk, dagunya bersandar di bahu Yuliana dan bertanya: "Yang benar?"

Wajah Yuliana memerah, dia pun menggelengkan kepala dan berkata: "Tidak, aku membohongimu, aku masih saja akan merasa canggung, oleh karena itu kamu jangan menggombal lagi, aku benar-benar tidak bisa menahan malu."

Wirianto tertawa dan mengecup ringan telinga Yuliana, kemudian berkata: "Setelah membeli hadiah kita langsung berangkat, jangan sampai ketinggalan pesawat."

Yuliana mengangguk, kemudian melihat hadiah di tanganny dan berkata: "Tidak bisa, aku harus menukar hadiah mereka berdua, tidak boleh membiarkan mereka mendapatkan hal yang mereka mau semudah ini."

Wirianto tertawa melihat Yuliana yang sengaja mengerjai anak mereka, Wirianto mengulurkan tangannya dan merangkul bahu Yuliana, tertawa melihat Yuliana yang sedang memikirkan cara mengerjai kedua anak itu. Setelah naik ke pesawat, Yuliana pun menutup mulut dengan tangannya dan tertawa, Wirianto pun tersenyum melihat Yuliana dan berkata: "Kenapa kamu sesenang ini?"

Novel Terkait

Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
3 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu