Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 7 Mayat Hidup yang Sempurna

Yuliana mengerutkan keningnya, melangkah perlahan menuju kasur, dia melihat seorang lelaki yang sangat tampan berbaring di atas kasur, mata lelaki itu tertutup rapat. Hidungnya mancung, alisnya lebat dan hitam, bibirnya sedikit tipis. Selain karena berbaring sakit di kasur terlalu lama menyebabkan kulitnya sedikit pucat, Wirianto Leng yang tertidur terlihat tidak ada bedanya dengan orang biasa.

Dia terlihat seperti sebuah mayat hidup yang sempurna, ini adalah Wirianto Leng yang dalam keadaan koma.

Lelaki tampan seperti Wirianto membuat Yuliana yang termasuk tidak gila lelaki tidak tahan tidak melihatnya berulang kali. Tepat disaat Yuliana menatapi Wirianto dengan teliti, dia tiba-tiba mendengar suara pintu ditutup. Ketika Yuliana segera berbalik, dia melihat pintu kamar sudah ditutup.

Yuliana berlari ke arah pintu dan mengetuk pintu dengan kuat: "Buka pintu, kenapa pintunya dikunci? Kalian jangan mengurungku disini!"

Di saat ini Nyonya Tua Leng sudah berdiri di luar pintu, dipisahkan oleh pintu, dia berkata kepada Yuliana sambil tertawa: "Malam ini kamu tetaplah disini menjaga Wirianto, anggap saja agar kalian bisa saling mengenal. Lagipula kalian sudah menjadi suami istri, kamu juga tidak perlu malu. Ketika kamu melahirkan anak Wirianto, aku pasti akan menebus sebuah pesta pernikahan yang mewah, agar semua orang tahu bahwa kamu, Yuliana Jian, sudah menjadi cucu menantu perempuan keluarga Leng."

Yuliana mengerutkan keningnya: "Tapi aku masih harus pulang, ayahku dan perusahaan masih memerlukanku....."

Nonya Tua Leng tertawa dan berkata: "Kamu tenang saja, kamu menjaga Wirianto disisinya satu malam, besok kamu akan melihat seluruh rumor negatif yang berhubungan dengan keluarga Jian sudah hilang. Aku juga akan langsung mengurus masalah bantuan subsidi keluarga Jian. Bagaimana? Syarat ini masih bisa diterima, kan?"

Mendengar kata-kata Nyonya Tua Leng, Yuliana menarik tangannya secara perlahan dan mengangguk: "Aku mengerti, aku akan tinggal disini."

Demi menyelamatkan keluarga Jian, Yuliana sudah berkorban begitu banyak, sekarang mana mungkin menolak dan mundur?

Tawa Nyonya Tua Leng semakin hangat: "Langit sudah gelap, kamu temani Wirianto dengan baik. Aku akan menyuruh orang mengantarkan makan malam untukmu nanti."

Yuliana mendengar sudah tidak ada suara di luar, dia baru kembali ke sisi Wirianto. Dia mengerutkan keningnya melihat Wirianto, kemudian berbalik melihat sekeliling, menyadari di kamar ini tidak ada sofa dan juga kasur lainnya, Yuliana pun terpaksa duduk dengan hati-hati di tepi kasur.

Yuliana melihat ke arah Wirianto, sebenarnya orang yang tampilannya begitu sempurna dan datang dari keluarga konglomerat seperti Wirianto juga tidak bisa melawan nasib dan menjadi orang dalam keadaan koma yang tidak tahu apa-apa dan tidak bisa merasakan apa-apa, dia masih bisa mengeluh apa? Setidaknya sekarang dia masih bisa menentukan nasibnya sendiri, dan bukan seperti Wirianto yang segalanya ditentukan orang lain, ingin dia menikah maka dia menikah, ingin dia melahirkan anak, maka dia melahirkan anak. Yuliana menjadi alat melahirkan demi uang, tapi Wirianto bahkan tidak punya kesempatan bimbang dan menolak.

Yuliana berpikir sampai sini dan tidak tahan tidak tertawa pahit, merasa dirinya benar-benar lucu, sekarang dia sedang membandingkan kebahagiaan dengan seseorang yang sedang dalam keadaan koma? Yuliana sambil tertawa sambil menutup erat matanya, mungkin karena hari ini terlalu lelah, begitu Yuliana bersandar di tepi Kasur, dia langsung tertidur.

Yuliana juga tidak tahu dia sudah tertidur berapa lama, ketika dia secara samar merasa ada orang yang sedang menyentuhnya dengan ringan, dia baru membuka mata.

Di saat Yuliana membuka mata, dia langsung bertatapan dengan mata yang sedikit terangkat, dia kaget sampai refleks berteriak keras, kemudian segera menghindar ke belakang. Karena Yuliana tidur di tepi Kasur, maka ketika dia menghindar ke belakang, dia hampir jatuh.

Sebuah tangan merangkul pinggangnya, kemudian mendekati telinganya dan berkata dengan suara kecil: “Kamu siapa? Kenapa tidur di kasurku?”

Mata Yuliana membesar, dia melihat lelaki tampan di depannya ini. Hidung yang mancung, alis yang hitam, bibir yang sedikit tipis, ini Wirianto Leng? Dia sudah bangun?

Yuliana menatapi Wirianto dengan kening yang berkerut, matanya melotot karena kaget, selama sekian lama tidak bisa bersuara. Wirianto juga menyipitkan matanya menatapi Yuliana, tidak bersuara, seketika suasana berubah hening. Setelah beberapa waktu, Yuliana baru sadar kembali dan mendorong Wirianto, kemudian melompat turun dari Kasur dan berlari ke pintu kamar.

Yuliana sambil berbalik melihat Wirianto yang bermuka datar, sambil menggedor pintu yang tetap tertutup sekuat tenaga, berteriak keras: “Cepat buka pintu! Cepat buka pintu!”

Setelah pintu dibuka, Tania Sui yang datang duluan. Tania berdiri di depan pintu dengan sikap yang sama sekali berbeda dengan ketika dia ada di depan Nyonya Tua Leng, dia berkata dengan nada kesal kepada Yuliana: “Ada apa? Istri keponakan? Sudah tidak tahan terus bersama dengan mayat hidup? Sekarang sudah rebut mau pulang? Kalau pun mau pulang, juga tidak perlu berteriak seperti ini? Anak perempuan dari orang kaya baru memang begitu tidak tahu aturan?”

Yuliana menghirup nafas dalam, baru menenangkan suasana hatinya yang berantakan, kemudian dia berkata dengan tenang kepada Tania Sui: “Wirianto Leng, dia……dia sudah bangun……”

Tania Sui langsung memucat, seperti mendengar kabar buruk yang besar, dia berkata dengan keras: “Tidak, tidak mungkin, dokter sudah bilang dia sangat susah bisa bangun lagi, dia akan berada dalam keadaan koma seumur hidup!”

Yuliana melihat Tania sekilas, kemudian berpaling dan berkata kepada pembantu yang berdiri di depan pintu: “Kamu pergi beritahu Nyonya Tua……”

Yuliana belum selesai berbicara, sudah melihat Nyonya Tua Leng berjalan kemari dari bawah. Nyonya Tua Leng sambil berjalan kemari sambil bertanya dengan senyum di wajah: “Kenapa? Ada masalah apa? Kenapa berteriak keras begitu? Aku yang ada di gedung depan saja bisa mendengarmu.”

Yuliana berpaling melihat Nyonya Tua Leng, dengan suara kecil berkata: “Nyonya Tua ….”

Nyonya Tua Leng tertawa dan mengingatkan dengan suara kecil: “Sudah harus memanggilku Nenek, bukannya kamu sudah melewati semalam dengan Wirianto?”

Yuliana menggigit bibirnya dan segera berkata: “Nenek, Wirianto sudah bangun.”

Nyonya Tua Leng menatapi Yuliana, matanya melebar: “Apa? Apa katamu? Wirianto sudah bangun? Benarkah?”

Yuliana mengangguk: “Tentu saja benar, aku mana mungkin berani membohongi Nyonya Tua?”

“Benarkah? Kenapa……..” Nyonya Tua Leng yang belum menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba berhenti bersuara.

Nyonya Tua Leng melihat melewati Yuliana ke arah kamar Wirianto, matanya melebar, bahkan tubuhnya sedikit gemetaran.

Yuliana berbalik, mengikuti arah tatapan Nyonya Tua Leng, ternyata Wirianto sedang bertopang pada dinding dan berjalan perlahan-lahan ke arah pintu.

Wirianto berdiri membelakangi lampu di pintu kamar, sambil tersenyum berkata kepada Nyonya Tua Leng: “Nenek, selamat pagi.”

Sinar matahari yang lembut menyinari tubuh Wirianto, membuat wajah Wirianto yang tampan terlihat hangat.

Novel Terkait

My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
3 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu