Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 331 Memakai Gaun Pengantin

Yuliana Jian menatap Wirianto Leng dengan senyum tak berdaya: "Biarkan mereka melihatnya begitu saja?"

Wirianto Leng mencium bibir Yuliana Jian dan tertawa: "Mereka akan berpura-pura tidak melihatnya."

Setelah Wirianto Leng selesai berbicara, Yuliana Jian melihat Melly Jian dan Melvin Jian sudah pergi, Yuliana Jian tidak bisa menahan tawa, menatap Wirianto Leng: "Kamu suka mengganggu mereka sekarang?"

Wirianto Leng memiringkan kepalanya, tertawa dan mengangguk, "Bukankah keasyikan untuk membesarkan anak itu di sini?"

Yuliana Jian tersenyum dan menatap Wirianto Leng: "Jadi tujuan kamu membesarkan anak-anak adalah diganggu oleh kamu seperti ini?"

Wirianto Leng mengangguk dan berkata dengan serius, "Ini juga demi membiarkan anak-anak supaya berbakti lebih awal."

Yuliana Jian tersenyum dan menepuk lengan Wirianto Leng, menggelengkan kepalanya tanpa daya dan berkata sambil tersenyum: "Kamu semakin jago menggombal, jika saat pertama kali kita kenalan, aku tahu kamu adalah orang seperti itu ... "

Wirianto Leng menundukkan kepalanya melihat Yuliana Jian, sedikit mengerutkan kening dan bertanya dengan gugup, "Jika dari awal, kamu tahu aku seperti ini, apa yang akan kamu lakukan? Apakah kamu akan tidak menyukaiku? "

Yuliana Jian menggelengkan kepalanya, tersenyum dan berkata, "Bagaimana bisa? Jika dari awal tahu kamu adalah orang seperti ini, maka aku mungkin tidak akan ragu begitu lama dan langsung memilih untuk bersamamu, awalnya aku juga bukan tertarik karena karakter kamu yang cuek itu kan? "

Wirianto Leng mengerutkan kening dan menatap Yuliana Jian: "Kalau begitu karena apa?"

Yuliana Jian menunjuk ke wajah Wirianto Leng, tersenyum dan berkata, "Karena wajahmu, aku selalu tertarik dengan wajahmu."

Wirianto Leng tersenyum dan mengangguk, "Aku suka kejujuranmu."

Yuliana Jian tersenyum dan melirik Wirianto Leng, dia melihat Melly Jian yang mengintip dari belakang Wirianto Leng. Yuliana Jian sambil tersenyum dan berkata, "Cepat siapkan makan malam, kedua anak sudah kelaparan."

Wirianto Leng menoleh melihat Melly Jian dan Melvin Jian sambil tersenyum dan berkata, "Oke, kalian semua keluar lah. Aku akan membiarkan koki menyiapkan makanan untuk kalian."

Yuliana Jian tersenyum dan melihat kedua anak itu datang, perlahan-lahan dia mengangkat tangannya untuk membelai perutnya, Yuliana Jian merasa dia menikmati kebahagiaan sekarang yang mungkin bisa membuat Tuhan cemburu.

Ketika kehamilan Yuliana Jian menjadi semakin stabil, pernikahan dia dan Wirianto Leng hampir selesai dipersiapkan. Meskipun itu hanya acara perkumpulan beberapa orang, Wirianto Leng tetap mempersiapkan dengan sangat teliti, Yuliana Jian belum pernah melihat Wirianto Leng begitu serius. Yuliana Jian ​​melihat Wirianto Leng yang sedap melihat menu hidangan di pesta pada hari itu, dia merasa apa yang dilihat Wirianto Leng bukan menu hidangan, tetapi seperti melihat kontrak penting yang mempengaruhi hidup dan mati perusahaan.

"Tidak perlu seserius itu, mereka semua orang yang kamu kenal." Setiap kali Yuliana Jian melihat Wirianto Leng dengan serius memilih menu, dia tidak bisa menahan tawanya.

Wirianto Leng mengangkat kepalanya dan melirik Yuliana Jian, lalu tersenyum dan menggelengkan kepalanya: "Tidak bisa, aku harus teliti. Ini pernikahan kita. Meskipun bukan acara besar, tapi aku tidak ingin ada kesalahan saat proses berlangsung, aku ingin semuanya sempurna. Tapi ada sesuatu yang membuat aku tidak khawatir, yaitu dua anak kami, yang membantu aku agar tidak sulit mencari anak kecil yang memgang bunga nikah."

Yuliana Jian tersenyum dan bertanya, "Apakah mereka berdua dapat diandalkan? Melly sangat licik. Meskipun Melvin tampaknya tidak suka berbicara, dia memiliki ide sendiri dan tidak akan dengan mudah menuruti."

Wirianto Leng tersenyum dan melihat ke arah Yuliana Jian: "Kamu memang lebih mengerti dengan kedua anak ya."

Yuliana Jian mengangguk: "Tentu saja, aku adalah ibu dari mereka berdua. Mereka dulu tumbuh perlahan di perutku seperti bayi di perutku sekarang, bagaimana mungkin aku tidak mengerti ? "

Wirianto Leng tersenyum dan berkata, "Jangan khawatir, Melly bisa diatur dengan makanan. Kalau Luo Yang, aku telah berjanji kepadanya untuk membangun laboratorium untuknya."

"Laboratorium?" Yuliana Jian mengerutkan kening: "Untuk apa dia menginginkan laboratorium?"

Wirianto Leng tersenyum dan memandang Yuliana Jian: "Dia sangat tertarik pada beberapa gen biologis, ingin memahami, maka aku memberinya syarat."

"Tapi dia masih sangat muda, dia ..." Yuliana Jian mengerutkan kening. Yuliana Jian merasa biasanya yang di laboratorium adalah profesor yang profesional, Melvin Jian ​​hanyalah anak kecil, apa yang bisa dia lakukan?

Meskipun Melvin Jian lebih pintar dan dewasa sebelum waktunya dari anak-anak lain, tetapi Yuliana Jian merasa Melvin Jian belum cukup pintar hingga begitu berlebihan, dan juga melakukan eksperimen, jika tidak hati-hati, dapat dengan mudah terluka, bukan? Bagaimana jika Melvin Jian terluka?

Wirianto Leng melirik Yuliana Jian, meletakkan tangannya di bahu Yuliana Jian dan berkata sambil tersenyum: "Cemas? jangan khawatir, aku tidak akan membiarkan Melvin terluka, laboratorium yang dimaksud juga merupakan proyek penelitian ilmiah yang didanai oleh perusahaan, dapat memberikan 1 ruang untuk Melvin untuk melakukan eksperimen sendiri, akan ada seorang guru yang membimbingnya. Aku lihat Melvin adalah anak yang tidak berminat dalam bisnis. Dia sebenarnya lebih suka beberapa penelitian ilmiah. Jika dia suka dan kita memiliki kondisi untuk memenuhi syaratnya, maka berikan dia kesempatan. Aku juga tahu bahwa dia tidak dapat melakukan banyak penelitian di usianya sekarang, tetapi aku berharap anak-anak kita tidak merasa bahwa mereka jauh dari mimpi mereka. Mereka bisa menyentuh semua yang mereka ingin lakukan. "

Ketika Yuliana Jian mendengar kata-kata Wirianto Leng, dia baru menghela nafas lega dan mengangguk sambil tersenyum: "Aku tidak menyangka kamu sudah memikirkan segalanya, maka aku tidak bisa mengatakan apa-apa. Aku menjadi ibu hamil dengan tenang. "

"Masih tidak tenang, pernikahan belum selesai." Wirianto Leng tersenyum dan memandang Yuliana Jian dan berbisik, "Apalagi gaun pengantin sudah siap hari ini. Aku akan menyuruh seseorang membawa keatas agar kamu bisa mencobanya? "

Yuliana Jian membelai perutnya yang sedikit condong ke depan dan mengerutkan kening pada Wirianto Leng: "Hah? benar-benar memakai gaun pengantin? Perutku sekarang ..."

"Jangan khawatir, pasti sangat cantik." kata Wirianto Leng dengan serius.

Ketika Yuliana Jian melihat Wirianto Leng berkata dengan serius, dia menghela nafas dan berkata sambil tersenyum: "Baiklah, aku akan mendengarkanmu. Siapa suruh Direktur Leng kita begitu pintar dan dapat diandalkan? "

Wirianto Leng membungkuk dan mencium bibir Yuliana Jian dan tertawa: "Kamu harusnya panggil aku suami, kamu selalu lupa."

"Oh ... suami, suami, suami ..." Yuliana Jian segera tersenyum dan berkata dengan cepat: "Kalau begitu sudah puas kan?"

Wirianto Leng mengangkat tangannya dan membelai pipi Yuliana Jian: "Aku menyuruh mereka membawa gaun pengantin ke atas sekarang."

Yuliana Jian mengangguk dan melihat Wirianto Leng, mengangkat telepon dan menelepon. Tidak lama kemudian, seseorang datang membawa gaun pengantin dan menaruhnya di depan Yuliana Jian, tersenyum dan bertanya: "Nyonya, ini gaun pengantin kamu."

Meskipun Yuliana Jian berpikir dengan badannya yang sekarang memakai gaun pengantin tentu tidak akan terlihat bagus, tetapi ketika Yuliana Jian melihat gaun pengantin putih, dia masih kaget, mengangkat tangannya dan menutup mulutnya: "Sangat cantik ... aku ... aku ..."

Yuliana Jian tergagap saat ini, mengangkat tangannya dan menatap Wirianto Leng dengan gugup: "Tapi apakah gaun pengantin yang begitu cantik akan semakin membuatku terlihat jelek? Wanita memang begitu, jika cantik memakai pakaian apa juga cantik. Jika jelek, meskipun memakai pakaian yang cantik, juga akan terlihat jelek."

Setelah Yuliana Jian selesai berbicara, dia mengerutkan kening dan menatap cermin di sebelahnya. Karena Yuliana Jian sedang hamil, tubuhnya sedikit membengkak dan wajahnya memiliki beberapa flek hitam karena hamil, memang terlihat sedikit jelek dari sebelumnya. Yuliana Jian mengangkat tangannya dan membelai wajahnya, mengerutkan kening dan berbisik: "Dulu ketika aku hamil Melly Jian ​​dan Melvin Jian, aku tidak memperhatikan seperti apa penampilan ak, sekarang baru tahu ibu hamil benar-benar tidak cantik, tidak tahu mengapa begitu banyak orang mengatakan bahwa ibu hamil adalah yang paling cantik. Bukankah bohong? pasti ada orang takut karena wanita ingin cantik sehingga tidak hamil dan sengaja berkata begitu untuk membohongi wanita. Sebenarnya seorang wanita hamil dan melahirkan itu sangat jelek dan merusak badan...

Setelah mengatakan itu, Yuliana Jian menoleh dan melirik Wirianto Leng dengan tidak rela, mengeluh dengan agak kesal: "Menjadi seorang pria jauh lebih nyaman, tidak ada banyak masalah, bagus sekali. Tidak heran hak pria dipertahankan begitu lama. Pria hanya tidak perlu melahirkan anak, tubuh mereka jauh lebih baik daripada wanita. "

Wirianto Leng mengangkat tangannya dan membelai pipi Yuliana Jian. Dia tersenyum dan berkata, "Laki-laki tidak perlu melahirkan memang menghemat energi, tapi memangnya kenapa dengan itu? Bukankah aku tetap harus mendengarkan kamu menyalahkan aku di sini dan juga aku tidak berani mengatakan sepatah kata pun? "

"Kalau ada rahim buatan maka bagus sekali." Yuliana Jian dengan kesal memandang Wirianto Leng.

Wirianto Leng tersenyum dan berkata, "mungkin putra kita yang mencintai sains dapat menghasilkan penelitiannya?"

"Tunggu dia menghasilkan penelitiannya, aku juga sudah tidak bisa menggunakannya lagi." Yuliana Jian menghela nafas.

Wirianto Leng tersenyum dan berkata, "Ini sudah masalah kedepannya. Yang harus kamu lakukan sekarang adalah mencoba gaun pengantin ini untuk melihat apakah cocok atau tidak."

Yuliana Jian tersenyum, mengambil gaun pengantin dan melepas bajunya. Menunggu Yuliana Jian mengenakan gaun pengantin, Wirianto Leng membantu Yuliana Jian menarik ritsleting dari belakang. Yuliana Jian tiba-tiba tertawa. Wirianto Leng tersenyum dan bertanya, "Mengapa kamu tertawa?"

Yuliana Jian tersenyum dan berbalik melihat Wirianto Leng: "Tidak ada, hanya ingat masa lalu. Apakah kamu masih ingat, kamu juga pernah menarik ritsleting aku seperti ini, tepat saat kita baru kenal."

Wirianto Leng berpikir sejenak dan tertawa. Yuliana Jian memandang Wirianto Leng, memiringkan kepalanya, tersenyum dan bertanya, "Saat itu apakah karena kamu melihat tubuhku, lalu kamu jadi jatuh cinta?"

Wirianto Leng mengerutkan sudut mulutnya dan tidak bisa menahan senyum di wajahnya. Akhirnya, dia mengangguk dan tersenyum, berkata, "Ya, saat itu kupikir badan kamu benar-benar bagus, mungkin pada saat itu aku mulai jatuh cinta. "

Yuliana Jian menyipitkan matanya, tersenyum dan menggerak-gerakkan jarinya: "Tidak disangka kamu yang bersikap cuek pada saat itu, ternyata menyembunyikan perasaanmu."

Novel Terkait

Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu