Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 320 Asing tapi familier

Sambil mendengarkan kata-kata Wirianto Leng, Yuliana Jian mencoba menenangkan dirinya, dia berusaha melupakan dia sedang duduk di dalam mobil yang melaju dengan cepat, sebelah tangannya memeluk tas kain, tangannya yang satu lagi memeluk anak anjing yang terlalu kegirangan, sambil mendengarkan dengan seksama setiap kata yang diucapkan oleh Wirianto Leng.

Begitu mobil berhenti Yuliana Jian baru menghembuskan napas dengan perlahan. Wirianto Leng juga sedikit gugup, ini pertama kalinya dia membawa Yuliana Jian kembali ke tempat yang berjarak sangat dekat dengan rumah. Begitu mereka turun dari mobil dan membuka pintu, mereka akan sampai di rumah.

Tapi Wirianto Leng lebih takut Yuliana Jian akan merasa terlalu gugup dan panik. Melihat Yuliana Jian tidak keluar dari mobil, Wirianto Leng tidak melakukan apa-apa. Suasana di dalam mobil sangat hening, dan hanya suara salju turun di luar mobil, bahkan anak anjing di samping sepertinya bisa merasakaan ada yang tidak beres dengan keadaan saat ini dan bersembunyi di samping tanpa mengeluarkan suara.

Yuliana Jian memeluk tas kain sambil menggosoknya dengan lembut, ujung jarinya sedikit gemetar dan matanya berkedip dengan cepat, dia sangat gugup dan takut. Wirianto Leng menunggu sebentar dengan tenang , setelah itu dia menoleh dan tersenyum kepada Yuliana Jian sambil berkata, "Kalau masih tidak bisa, kita pulang saja."

Yuliana Jian segera mengangguk, dia seperti seseorang di ambang kematian yang akhirnya diselamatkan. Tetapi ketika Yuliana Jian melihat Wirianto Leng menyalakan mobil dengan perlahan dan memutar mobil untuk pergi, Yuliana Jian kembali melihat ke arah vila, dia mengangkat kepalanya dan melihat ke arah kamar Melly Jian dan Melvin Jian, dia mendapati jendela kamar mereka masih terbuka.

Meskipun sekarang kedua anak itu masih sedang bersekolah, kalau jendela dibiarkan terbuka, ketika mereka pulang hawa panas di dalam rumah pasti sudah menghilang dan mereka akan mudah masuk angin. Ketika Yuliana Jian memikirkan hal ini, dia mengerutkan kening dan berkata dengan suara rendah, "Berhenti... Berhenti..."

Mendengar kata-kata Yuliana Jian, Wirianto Leng segera menghentikan mobilnya. Begitu Yuliana Jian melihat mobilnya berhenti, dia langsung turun dari dalam mobil, dan segera berjalan ke depan pintu vila, langkah kakinya sangat cepat sehingga anak anjingnya harus berlari kencang untuk mengikutinya. Berdiri di depan pintu, Yuliana Jian langsung berhenti, dan menatap pintu sambil mengerutkan keningnya.

“Ini kuncinya, aku yang membukakan pintu untukmu, atau kamu membukanya sendiri?” Wirianto Leng bergegas, berdiri di samping Yuliana Jian dan bertanya dengan suara rendah.

Yuliana Jian mengatupkan bibirnya dan memeluk tas kain itu erat-erat. Salju jatuh di wajahnya, sentuhan dingin itu menenangkannya, dan semua ketakutannya juga ikut berkurang.

"Aku ... aku ..." Yuliana Jian mengerutkan kening dan mundur selangkah kebelakang.

Melihat Yuliana Jian seperti ini, Wirianto Leng tahu Yuliana ingin mundur lagi. Dengan tidak mudah dia berhasil sampai ke titik ini, Wirianto Leng tidak tahu kapan dia bisa sampai di sini lagi kalau dia terus berjalan kembali.

Wirianto Leng bergegas berkata, "Aku akan membukakannya untukmu."

Selesai berbicara, saat Yuliana Jian hendak mundur selangkah ke belakang Wirianto Leng langsung membuka pintu dengan kunci . Satu detik yang lalu, di wajahnya, Yuliana Jian masih bisa merasakan kesejukan angin yang bertiup bersama salju. Tetapi ketika pintu terbuka, hawa panas dari dalam rumah langsung melelehkan semua hawa dingin pada dirinya.

Tidak ada yang berubah, dekorasi seluruh vila masih sama seperti ketika dia pergi. Seolah-olah tidak ada yang terjadi, dia dan Wirianto Leng seperti baru saja pulang ke rumah setelah melakukan perjalanan panjang.

Tanpa sadar, Yuliana Jian berjalan masuk. Yuliana Jian berjalan ke lorong pintu dan langsung berhenti setelah melihat sepatunya berdiri di atas lantai yang bersih.

“Aku akan membantumu melepas sepatumu.” Khawatir akan menghalangi Yuliana Jian terus melangkah maju, Wirianto Leng segera berjongkok di samping Yuliana Jian dan melepas sepatu Yuliana Jian lalu memakaikan sandal di kakinya.

Masih sandal yang dulu, warna yang sama, dan kenyamanan yang sama. Bibir Yuliana Jian gemetar, lalu dia berjongkok dengan perlahan. Wirianto Leng menatap Yuliana Jian dengan panik, lalu bertanya dengan suara rendah, "Ada apa? Apakah kamu tidak enak badan?"

Yuliana Jian mengatupkan bibirnya dengan erat, lalu dia menatap Wirianto Leng dengan matanya yang memerah: "Aku benar-benar ... benar-benar ... sudah masuk ke dalam?"

Wirianto Leng segera mengangguk: "Iya, kamu masuk sendiri."

Yuliana Jian mengerutkan kening, lalu dia menggelengkan kepalanya, dan duduk terjatuh di lantai, awalnya suara tangisannya tidak begitu keras tapi semakin lama semakin keras. Wirianto Leng duduk di samping Yuliana Jian. Dulu saat dia melihat Yuliana Jian menangis, dia akan selalu merasa sangat sedih, tapi kali ini, Wirianto Leng malah tertawa. Dia seakan bisa melihat kesedihan dan rasa bersalah Yuliana Jian akhirnya memudar seiring dengan air matanya yang mengalir.

Yuliana Jian menangis sebentar, lalu perlahan-lahan dia berdiri, dia mengangkat tangannya untuk menyeka air matanya, lalu dia berkata sambil menangis, "Apakah aku boleh naik ke atas?"

Wirianto Leng langsung tersenyum dan berkata, "Tentu saja, ini adalah rumahmu. Tentu saja kamu boleh pergi ke mana pun sesuka hatimu."

Yuliana Jian masih ingat jendela yang terbuka tadi di kamar yang mana. Yuliana Jian berjalan ke atas dengan perlahan, lalu dia membuka pintu kamar itu, dan berjalan lurus ke jendela yang terbuka. Setelah itu dia menutup jendela dengan kuat melawan hembusan angin dan salju.

“Mungkin pembantu lupa menutup jendela ketika dia membuka jendela untuk menukar udara.” Wirianto Leng berkata dengan lembut, “Tadinya aku berencana memasang alat ventilasi di sini, tetapi anak-anak tidak ingin mengubah tata letak kamar ini, jadi tidak ada yang berubah."

Yuliana Jian mengangkat tangannya lalu dengan lembut menyingkirkan butiran salju yang jatuh di samping tempat tidur, sambil berkata dengan lembut, "Aku terlambat pulang."

Wirianto Leng mengangkat tangannya lalu meletakkannya di bahu Yuliana Jian setelah itu dia memeluk Yuliana Jian dengan lembut: "Asalkan kamu pulang, mereka tidak akan mempermasalahkan kapan waktunya."

Yuliana Jian menarik napas dalam-dalam, dan memejamkan matanya dengan gemetar, lalu dia berbalik dan memeluk Wirianto Leng dengan kuat. Yuliana Jian terluka, tetapi dia tidak menyangka proses penyembuhannya akan memakan waktu begitu lama, saat ini Yuliana Jian baru merasa dia hampir pulih.

“Wirianto, terima kasih.” Yuliana Jian sangat berterima kasih kepada Wirianto Leng. Sebelumnya dia mencintai Wirianto Leng, menyukai penampilannya, dan menyukai perawakannya. Karena rasa suka ini jadi menimbulkan banyak kesulitan, karena sudah mengalami banyak kesulitan, jadi mengasah rasa suka ini menjadi cinta.

Jika dulu ditanya apa yang membuat Yuliana Jian mencintai Wirianto Leng, Yuliana Jian akan menjawab dia terpesona dengan penampilan Wirianto Leng lalu selangkah demi selangkah terjebak di dalamnya. Mengenai kepribadian Wirianto Leng? Kepribadiannya sombong, keras kepala, dan selalu merasa dirinya benar, dan dia benar-benar bukan orang dengan kepribadian yang baik

Tetapi sekarang, Yuliana Jian merasa dia dan Wirianto Leng sudah benar-benar bersama, selain Wirianto Leng, Yuliana Jian merasa dia tidak mungkin menemukan pria seperti ini yang bersedia menemaninya keluar dari kegelapan. Dia bahkan tidak berani memastikan kalau Wirianto Leng yang mengalami semua ini, apakah dia memiliki kesabaran dan cinta yang cukup untuk menemani Wirianto Leng keluar dari kegelapan dengan perlahan-lahan.

Kenapa Yuliana Jian jatuh cinta dengan Wirianto Leng ? Karena tidak ada pria lain di dunia ini yang mencintainya lebih dari Wirianto Leng.

Wirianto Leng mengangkat tangannya dan memeluk Yuliana Jian dengan erat, akhirnya dia bisa bernapas lega, dia merasa semuanya bisa dimulai dari awal lagi.

Saat jam pulang sekolah anak-anak tiba, Yuliana Jian kembali merasa gugup, dengan gugup dia melihat jam di dinding sambil melihat kearah pintu. Wirianto Leng mengangkat tangannya dan mengenggam tangan Yuliana Jian yang dingin karena gugup. Lalu dia tersenyum dan berkata, "Yuliana, jangan terlalu gugup. Ini rumahmu. Lihat Ace, dia baru pertama kali datang kesini, tapi dia sudah menemukan tempat buang air kecil favoritnya di pojokan. "

Setelah mendengar kata-kata Wirianto Leng, Yuliana Jian segera berbalik untuk melihat anak anjing itu, dia melihat anak anjing yang menjadi-jadi itu kencing di pojokan dengan mengangkat sebelah kakinya. Karena merasa geli mendengar kata-kata Wirianto Leng Yuliana Jian tidak merasa gugup lagi dan langsung tertawa: "Dia ..."

Yuliana Jian belum selesai berbicara, dari pintu villa terdengar bunyi kenop pintu yang diputar. Melly Jian dan Melvin Jian berjalan masuk dari luar. Begitu melihat Melly Jian dan Melvin Jian, Yuliana Jian langsung berdiri. Meskipun mereka berpisah tidak terlalu lama, tetapi hanya beberapa hari tidak bertemu biasanya sudah banyak perubahan pada anak-anak, apalagi kalau sudah berpisah selama beberapa saat seperti ini.

Yuliana Jian menatap Melly Jian dan Melvin Jian yang terlihat sudah jauh lebih tinggi, tiba-tiba dia tidak tahu harus berkata apa. Melly Jian dan Melvin Jian berjalan masuk ke dalam villa, karena kedua anak itu sedang menunduk, jadi mereka tidak melihat Yuliana Jian. Melvin Jian lebih peka daripada Melly Jian berdiri duluan, sambil mengerutkan kening dia menatap Yuliana Jian. Seakan membeku, dia tidak mengedipkan matanya.

“Kenapa kamu tidak jalan?”merasa Melvin Jian sedikit aneh Melly Jian menoleh dan menatap Melvin Jian dengan tidak sabar, sambil bertanya dengan suara rendah.

Setelah itu Melly Jian ikuti melihat ke arah tatapan mata Melvin Jian tertuju dan dia juga melihat Yuliana Jian. Melly Jian juga terkejut, setelah itu Melly Jian melirik Yuliana Jian dan berkata sambil tersenyum, "Ibu, kamu sudah pulang."

Sikap Melly Jian sangat natural, Melly Jian seperti baru pulang dari sekolah dan kebetulan melihat Yuliana Jian yang baru pulang setelah berbelanja. Selesai berbicara, Melly Jian menoleh dan melihat Melvin Jian: "Ayo, kakak, cepat naik dan ganti baju, sebentar lagi kita akan makan enak ."

Melvin Jian masih berdiri diam di tempat, dia melirik Yuliana Jian dan Wirianto Leng sambil bertanya dengan merendahkan suaranya, "Nanti kita akan makan apa?"

Yuliana Jian mengatupkan bibirnya dengan erat, saat ini perasaannya sangat kacau, dan dia lupa bagaimana cara berbicara. Wirianto Leng melangkah maju lalu berkata dengan lembut, "Ibumu sudah membuatkan kue dan spagheti. Rasanya sangat enak. Ibumu sudah berusaha keras membuatnya."

Mata Melvin Jian memerah, dia langsung menundukkan kepalanya, lalu dia berbalik dan segera menaiki tangga, dan berlari ke atas dengan cepat. Melly Jian terus membelakangi Yuliana Jian dan Wirianto Leng, lalu dia segera naik ke atas.

Yuliana Jian sedikit terkejut, dia menoleh dan menatap Wirianto Leng. Wirianto Leng berkata dengan lembut kepadanya, "Anak-anak juga telah mengalami banyak hal. Mereka semua sangat hebat dan sudah lebih dewasa. Sebelumnya aku tidak yakin apakah kamu benar-benar bisa kembali ke sini, jadi aku tidak memberitahu mereka terlebih dahulu. Tapi setelah kamu masuk ke dalam dan aku tidak memberi tahu mereka, aku benar-benar salah kepada mereka. Sebelumnya aku sudah memberi tahukan semuanya kepada mereka, jadi ... adegan saling berpelukan dan merasa sedih bersama takutnya tidak akan ada. Mereka memilih berusaha mengabaikan perpisahan selama ini. Aku juga merasa itu sangat baik, bukankah saling berpelukan dan merasa sedih bersama juga akan membuat suasana sangat canggung? "

Novel Terkait

Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu