Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 181 Pelukan Terakhir

Yuliana Jian tersenyum dan mengelus kepala Melly Jian, lalu membawa Melly Jian pergi. Keluar dari tempat pemakaman, Yuliana Jian naik ke dalam mobil Wirianto Leng dan berkata kepada Wirianto Leng: "Pergi ke vila keluarga Jian yang dulu."

Wirianto Leng mengerutkan kening menatap Yuliana Jian: "Kamu mau pergi melihat siapa? Seharusnya tidak ada siapa-siapa lagi di sana bukan?"

Yuliana Jian berkata dengan muram: "Masih ada satu orang."

Wirianto Leng menganggukan kepala: "Ehm, karena kamu memintanya, maka aku akan mengantarkanmu ke sana."

Wirianto Leng segera menyuruh supir membawa mobil ke Vila keluarga Jian yang dulu, awalnya masih termasuk kawasan "daerah orang kaya", karena sekarang penataan kota kembali, tempat itu berubah menjadi dingin dan sepi. Yuliana Jian turun dari mobil duluan, lalu menggendong Melly Jian turun dari mobil.

"Ikutlah denganku, di sini tidak banyak orang." Yuliana Jian berkata dengan tersenyum, lalu menggandeng Melly Jian dan berjalan pergi.

Wirianto Leng memicingkan matanya dan melihat tempat tersebut dan berkata: "Ini adalah?"

Yuliana Jian membalikan kepala menatap Wirianto Leng dengan tersenyum berkata: "Seharusnya kamu mempersiapkan tiga kalung, karena kita memiliki tiga anak."

Mendengar Yuliana Jian berkata demikian, Wirianto Leng langsung mengerti ini adalah kuburan anak pertama mreka. Wirianto Leng tertegun sesaat, lalu berkata: "Aku akan memberikan sebuah kalung dan menguburkannya di sini. Gunung ini akan aku beli, tidak ada orang yang boleh menyentuhnya."

Yuliana Jian tersenyum dan berkata: "Kalung boleh di buat, tetapi tidak perlu membeli gunung ini. Bila kita memiliki jodoh untuk melihatnya, maka itu baik. Bila tidak ada jodoh, jangan di paksakan. Tempat yang begitu bagus, seharusnya di berikan kepada orang yang membutuhkannya untuk tinggal, dan bukan menjadikannya sebagai tempat kenangan."

Wirianto Leng tidak dapat menahan dirinya untuk berkata: "tidak di sangka telah lewat begitu lama."

Yuliana Jian tersenyum berkata: "betul, sekejap mata sudah lewat begitu lama."

Yuliana Jian memutar tubuhnya menatap Melly Jian yang sedang bermain di semak-semak, dan tersenyum berkata: "sangat cepat, Melly pun sudah tumbuh besar."

Wirianto Leng mengikuti tatapan mata Yuliana Jian melihat ke arah Melly Jian, Melly Jian sedang bermain mengejar kupu-kupu. Hingga ketika matahari perlahan turun, Yuliana Jian dan Wirianto Leng membawa Melly Jian turun gunung. Berjalan ke depan mobil Wirianto Leng, Wirianto Leng menunjuk sebuah mobl lain dan berkata: "Sekarang kalian naik mobil yang itu ke suatu tempat, nanti ada orang yang akan memberikan status baru kepada kalian."

Yuliana Jian menganggukan kepala dan tersenyum berkata: "kjalau begitu, sampai jumpa?"

Wirianto Leng merapatkan bibirnya menatap Yuliana Jian cukup lama, lalu mengerutkan kening dan baru berkata: "Sampai jumpa...."

Yulian Jian tersenyum dan menundukan kepala, berkata kepada Melly Jian: "Melly, katakan selamat tinggal kepada paman koki."

Melly Jian mengangkat tangan kecilnya yang gendut dan melambaikan tangan kepada Wirianto Leng: "Sampai jumpa."

Yuliana Jian menggandenga tangan Melly Jian dan akan pergi, lalu terndegar Wirianto Leng berkata kepadanya: "bolehkan memeluk untuk terakhir kalinya? karena ini adalah sebuah pertemuan."

Yuliana Jian diam berdiri, lalu tersenyum dan perlahan mengangkat kedua tangannya dan memeluk Wirianto Leng.

"Jaga dirimu...." Yuliana Jian berbisik, dia masih seperti dulu, berpelukan dengan Wirianto Leng, mengangkat tinggi kepalanya agar dapat bersandar di dada Wirianto Leng.

Wirianto Leng mengerutkan keningnya dan mengangkat tangannya, dia ingin memeluk kembali Yuliana Jian, tetapi setelah ragu beberapa saat, Wirianto Leng menurunkan kembali tangannya, dan berkata kepada Yuliana Jian: "semoga kehidupanmu mendatang dapat bahagia dan damai."

Yuliana Jian tersenyum dan menganggukan kepala, dengan kuat mengigit bibir bawahnya, mengerutkan kening melepaskan Wirianto Leng, menggandeng tangan Melly Jian, memutar tubuhnya dan pergi dari sisi Wirianto Leng. Ketika Melly Jian naik ke dalam mobil, dia masih melambaikan kepada Wirianto Leng dan berteriak dengan keras: "Paman koki, sampai jumpa.....Melly akan merindukanmu.....merindukan masakan buatanmu....."

Wirianto Leng tertawa tanpa suara, tidak dapat menahan dirinya untuk maju selangkah, Wirianto Leng teringat kepada Ferrick dan Wibowo leng yang telah meninggal, Wirianto Leng tidak dapat mjau kedepan lagi, dia terus berdiri di sana, hingga mobil yang membawa Yuliana Jian dan Melly Jian pergi menghilang dari pandangan matanya, Wirianto Leng baru menurunkan matanya dan memutar tubuhnya kembali ke mobilnya.

Setelah pintu mobil di tutup, Wirianto Leng mengerutkan keningnya dan berpesan kepada Linardi Zhang: "Periksa anak dari Ansen Leng, dari mana dia tahu mengenai Ferrick dan Wibowo Leng? Walaupun yang dia ketahui tidak jelas, dapat dikatakan orang-orang yang berada disekitar kita tidak mengkhianatiku, tetapi ada orang yang membocorkan berita mengenai diriku. Periksa dengan jelas, bersihkan hingga ke akar-akarnya, selanjutnya jangan sampai terjadi hal seperti ini lagi. Menghadapi orang seperti mereka, harus memikirkan cara untuk membersihkan sampai ke akar-akarnya!"

Mendegar ucapan Wirianto Leng, Linardi Zhang segera mendundukan kepala dan berkata: "Baik.....aku mengerti."

Wirianto Leng menutup matanya dan bersandari di kursi mobil, dia mengangkat tangannya dan perlahan melambaikan tangannya. Mobil perlahan bergerak maju, mobil Wirianto Leng melaju berlawanan arah dengan mobil Yuliana Jian, diikuti mobil yang cepat melaju, Wirianto Leng dapat dengan jelas merasakan jaraknya dengan Yuliana Jian semakin lama semakin jauh.

Yuliana Jian dan Melly Jian di mobil selama tiga hari tiga malam, di perjalanan mereka berganti dua mobil, dan akhirnya tiba di tujuan. Melly Jian duduk di mobil hingga kakinya lemas, ketika turun dari mobil, dia pun berjalan dengan tidak stabil.

Tetapi setelah beberapa saat, Yuliana Jian memperhatikan tempat yang mereka kunjungi sekarang, di sini sedikit lembab dan panas, melihat ke sekitar semuanya penuh dengan sawah, terkadang ada beberapa orang yang memikul cangkul, dan mengatakan bahasa yang Melly Jian tidak mengerti.

Melly Jian dengan gugup menarik ujung pakaian Yuliana Jian dengan kening di kerutkan berkata: "Ibu....apakah kita di antar keluar negeri?"

Walaupun Yuliana Jian tidak mengerti bahasa yang di ucapkan orang-orang yang lewat, tetapi Yuliana Jian dapat mengetahui bahasa yang mereka ucapkan adalah bahasa daerah, sepertinya nada orang selatan. Yuliana Jian tersenyum dan mengelengkan kepala, "bukan, kita masih di China, hanya berganti tempat."

Melly Jian mendengar mereka masih di China dia menjadi lega, lalu perhatiannya terarik pada sekitarnya dan tersenyum berkata: "Ibu....kamu lihat, di sini ada ikan kecil. Apakah Melly boleh menangkapnya satu?"

Yuliana Jian tersenyum dan mengelengkan kepala: "Tidak boleh, ini adalah sawah orang lain."

Orang yang mengantar Yuliana Jian dan Melly Jian segera berkata: "ini adalah sawah anda."

Yuliana Jian terkejut dan menatap orang yang berbicara itu, lalu tidak dapat menahan dirinya untuk tertawa:" Ternyata aku menjadi petani, ternyata benar tebakanku."

Ketika Yuliana Jian baru keluar dari penjara, pernah berhubungan dengan Peggy He, apa yang dia harus kerjakan, dia pernah ingin membuat sebuah ladang pertanian, dengan begitu Melly Jian dapat memakan makanan yang segar dan bersih. Saat itu dia sama sekali tidak bercanda, dia sungguh merasa mungkin kehidupan petani lebih cocok untuk dirinya dan Melly Jian. Karena dirinya dan Melly Jian telah menghadapi begitu banyak masalah, membutuhkan sebuah tempat yang tenang dan cocok untuk menyembuhkan luka mereka. Tidak di sangka, ternyata Wirianto Leng membantu mereka mengabulaknnya.

Yuliana Jian tersenyum dan berkata kepada Melly Jian: "Kamu boleh menangkap ikan kecil, tetapi jangan mengijak yang hijau hijau ini...."

Yuliana Jian menunjuk bibit kecil yang ada di air tersebut, setelah mengerutkan kening cukup lama, dia tidak tahu itu apa. Yuliana Jian hanya pernah hidup di kota, dia sama sekali tidak mengenal pertanian, hanya ketika melihat tempat itu, kira-kira dia tahu itu adalah sawah.

Yuliana Jian berpikir sebentar, dia sama sekali tidak tahu apa nama bibit berwaqrna hijau tersebut, hanya tersenyum dn berkata: "Yang hijau-hijau ini mungkin adalah makanan, tidak boleh di injak,"

Melly Jian tersenyum dan mengangukan kepala, awalnya dengan hati-hati dia masuk kedalam sawah tersebut, mencari ikan dan udang kecil. Tetapi lama kelamaan setelah mengenali tempat itu, dengan penuh tawa Melly Jian berlari dan terkadang jatuh ke dalam lumpur, tersedak air. Belum sepat Yuliana Jian datang untuk memapaknya berdiri, Melly Jian berdiri duluan, seperti monyet kecil terus tertawa "hahaha....."

Yuliana Jian mendengar suara tawa Melly Jian, dia ikut tertawa. Yuliana Jian sangat jarang mendengar Melly Jian tertawa dengan sangat gembira, Melly Jian selalu terlihat dewasa, terkadang bahkan Yuliana Jian pun lupa dia adalah anak kecil. Tetapi sekarang, Yuliana Jian beru menyadari, Melly Jian hanyalah seorang anak kecil, hanya karena hal kecil dia tertawa dengan sangat gembira.

Hingga akhirnya Melly Jian jatuh ke lumpur dan tidak dapat berjalan lagi, Yuliana jian mengendong Melly Jian. Melly Jian melihat tubuhnya yang penuh dengan lumpur mengotori pakaian Yuliana Jian, dengan panik langsung berkata: "Ibu, jangan gendong Melly, Melly bisa jalan sendiri. Baju ibu jadi kotor karena Melly!"

Yuliana JIan tersenyum dan menggendong erat Melly Jian: "Tidak apa-apa, ibu senang Melly mengotori pakaian ibu dengan lumpur."

Yuliana Jian berkata lalu mencium pipi Melly Jian yang kotor, bibir Yuliana Jian pun ikut kotor terkena lumpur. Melly Jian melihatnya dan langsung tertawa: "Ibu.....ibu sangat lucu...."

Yuliana Jian tertawa dan kembali mencium Melly Jian dan berkata: "Ibu bisa berubah menjadi lebih lucu lagi."

Melly Jian melihat wajah Yuliana Jian menjadi semakin kotor, dia tertawa semakin besar, dan membuat semua orang yang sedang bercocok tanam di situ melihat ke arah Yuliana Jian. Yuliana Jian menggendong Melly Jian ke depan sebuah rumah, rumah itu di bandingkan rumah di sekitar tidak berbeda jauh.

Yuliana Jian mengendong Melly Jian masuk kedalam, melihat perkarangan rumah itu memelihara banyak kelinci dan ayam, Melly Jian ribut ingin turun. Yuliana Jian baru menurunkan Melly Jian, ketika Melly Jian berlari mengejar ayam, orang yang mengantar Yuliana Jian dan Melly Jian datang tersebut mengeluarkan sebuah KTP baru dan sebuah kartu keluarga, dan berkata kepada Yuliana Jian: "Mulai saat ini nama mu Sisca Mu, dan putirmu Elia Luo. Kamu adalah ibu tunggal, memiliki banyak uang, datang kesini untuk bercocok tanam. Mengenai data lainnya, aku akan segera memberikannya kepada anda."

Yuliana Jian mengambil KTP tersebut dan melihat nama dia atasnya, perlahan dia mulai tertawa.

Mulai sekarang, Yuliana Jian dan Melly Jian telah menghilang.

Novel Terkait

The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu