Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 245 Kita Menikah Yuk

Mendengar perkataan Yuliana Jian, Wirianto Leng berusaha keras menahan tawa dan menoleh menatap Yuliana Jian, "Sekarang dalam keadaan seperti ini kalau bisa menampilkan sedikit keterkejutan, hanya bisa aku yang berlutut untuk melamarmu saja. Tapi kakiku tidak baik, kalau berlutut pasti akan terlihat bodoh. Kamu jangan tertawakan aku."

Yuliana Jian belum sempat berkata apapun, Wirianto Leng sudah berlutut dengan satu kaki dan melihat ke arah Yuliana Jian, "Kita menikah yuk, menikah sekali yang formal. Aku tahu, kamu takut pada pulau kecil seperti ini. Karena waktu itu setelah kita mengadakannya di pulau, baru terjadi begitu banyak masalah. Jadi aku baru sengaja memilih pulau ini dan melamarmu. Aku berharap kedepannya, kita bisa mempunyai kenangan yang indah, menutupi kenangan-kenangan yang buruk sebelumnya. Agar saat kamu melihat pulau ini, hanya akan terpikir lamaran dan kebahagiaan, dan bukan hal-hal yang tidak bahagia."

Mata Yuliana Jian berkaca-kaca, menatap Wirianto Leng dan menangis, "Omong-omong, tampangmu saat berlutut sangatlah bodoh."

"Kalau berlutut lama dan kesemutan, kelihatannya akan semakin bodoh, jadi ..." Wirianto Leng mengedipkan mata ke arah Yuliana Jian dan berkata sambil tersenyum, "Cepat pakai cincin ini, aku baru bisa lebih cepat berdiri untuk menciummu."

Sambil menangis, Yuliana Jian sambil mengulurkan tangan ke arah Wirianto Leng. Meskipun mereka bercanda, tapi ketika Wirianto Leng bersiap memakaikan cincin ke tangan Yuliana Jian, keduanya bergetar. Wirianto Leng menggenggam tangan Yuliana Jian dan berkata dengan sedikit panik, "Tanganmu jangan bergetar seperti ini."

Yuliana Jian juga mengerutkan dahi dan berkata dengan nada tangis, "Tanganmu yang jangan bergetar!"

Selesai berkata, Wirianto Leng baru memasukkan cincin ke jari manis Yuliana Jian. Yuliana Jian menarik napas dalam dan berkata serak, "Mulai dari sekarang, aku adalah Nyonya Leng?"

"Tidak." Wirianto Leng menggelengkan kepala, "Aku yang menjadi Tuan Jian, kedepannya kamu adalah tuannya, bersikap lebih baiklah padaku."

Yuliana Jian tanpa bisa ditahan tertawa, "Apa kamu masih bisa berdiri?"

Wirianto Leng menahan kaki dan berkata sambil mengerutkan dahi, "Kira-kira perlu kamu memapahku sebentar."

Yuliana Jian langsung mengulurkan tangan, memapah Wirianto Leng dan bertanya panik, "Apakah kakimu benar-benar sangat sakit? Kalau begitu kamu jangan berlutut dong tadi, sekarang bagaimana ini? Kakimu baru lebih baikan ..."

Belum selesai berkata, Yuliana Jian ditarik oleh Wirianto Leng, kemudian jatuh ke atas pasir. Wirianto Leng membalikkan badan menimpa Yuliana Jian dan berkata sambil tersenyum, "Karena aku tidak bisa berdiri, maka kamu temani aku tiduran saja."

Yuliana Jian baru menyadari dan langsung membelalakan mata, "Kamu sedang membohongiku?"

Belum selesai berkata, bibir Yuliana Jian sudah dicium dengan kencang oleh Wirianto Leng. Yuliana Jian tersenyum, juga memeluk Wirianto Leng, membalikkan badan, dan menimpa Wirianto Leng di bawah, "Masalah lamaran sudah dilakukan olehmu, maka sisanya diserahkan padaku saja."

Setelah Yuliana Jian selesai berkata, Yuliana Jian pelan-pelan mencium Wirianto Leng.

Dari pasir kembali ke villa.

Ketika berada dalam bak mandi, dari air yang hangat berubah menjadi sedikit dingin, Yuliana Jian baru menutup mata, bersandar di tubuh Wirianto Leng, dan menghela napas panjang. Wirianto Leng menggigit sebentar leher Yuliana Jian. Yuliana Jian menggigit bibir, memaksakan diri membuka mata, melihat Wirianto Leng, dan bertanya kecil, "Apa penghargaan ini bagus?"

Wirianto Leng mengangguk dan berkata sambil tersenyum, "Ok ..."

Yuliana Jian tersenyum puas dan berkata sambil tersenyum, "Kalau begitu penghargaan kita berdua sudah lunas ya."

Wirianto Leng menggelengkan kepala, menggenggam tangan Yuliana Jian, mencium cincin di jari manis Yuliana Jian dan berkata sambil tersenyum, "Sekarang kamu memakai cincin, kabarnya sangat mahal, takutnya masih harus memberiku banyak penghargaan."

Yuliana Jian mendekati telinga Wirianto Leng dan bertanya sambil tersenyum, "Benarkah? Cincin yang begitu mahal, perlu berapa penghargaan? Kelihatannya seumur hidup ini sudah tidak bisa dilunasi lagi."

Wirianti Leng memeluk pinggang Yuliana Jian dan berkata, "Kalau tidak bisa dilunaskan di kehidupan ini, maka dilunaskan di kehidupan depan. Yang jelas di antara kita selamanya tidak pernah ada yang tidak lunas. Jadi kamu bersiaplah."

"Dasar ..." Yuliana Jian meskipun berkata seperti itu malah tersenyum dan mencium bibir Wirianto Leng.

Sampai air hangat berubah menjadi semakin dingin, Wirianto Leng dan Yuliana Jian baru kembali ke atas ranjang. Yuliana Jian berbaring di atas ranjang dan terlelap. Tidur Yuliana Jian ini sangat nyenyak, ketika bangun, hari sudah pagi. Yuliana Jian membuka mata, langsung melihat cincin di tangannya dulu. Melihat cahaya matahari jatuh ke cincin berliannya, dan memancarkan cahaya terang, Yuliana Jian tanpa bisa ditahan menggelengkan kepala dan memuji, "Ini benar-benar sangat cantik!"

Wirianto Leng membawakan makanan dan berkata sambil tersenyum, "Apa bisa tidak begitu mata duitan?"

Yuliana Jian menggelengkan kepala dan berkata, "Tidak bisa ..."

Setelah selesai berkata, Yuliana Jian mengerutkan dahi, "Tapi cincin seperti ini sedikit berat, tidak efisien ..."

Wirianto Leng menunjuk lemari di samping ranjang, "Di dalam masih ada cincin lain, kamu bisa pilih satu yang efisien."

"Pilih satu?" Yuliana Jian menatap Wirianto Leng sambil mengangkat alis dan berkata, "Kalau begitu artinya di dalam bukan hanya ada satu cincin saja?"

Setelah selesai berkata, Yuliana Jian langsung membuka laci di samping ranjang dan matanya langsung dibuat bersinar oleh terangnya cahaya berlian di dalam laci. Setelah Yuliana Jian terbiasa, dia baru mengerutkan dahi dan berkata sambil terkejut, "Ya Tuhan, kamu membeli berapa cincin?"

Wirianto Leng meletakkan makanan di atas meja dan berkata sambil tersenyum, "Awalnya aku kira harus melamar beberapa kali, kamu baru bersedia bersamaku, jadi aku menyiapkan banyak cincin. Berencana melamarmu sekali, memberimu satu cincin. Tidak disangka hanya melamar sekali, kamu sudah bersedia bersama denganku. Mereka pun tidak terpakai."

Yuliana Jian mendengar nada sombong di dalam perkataan Wirianto Leng dan langsung mengerutkan dahi, "Apakah kamu sudah terlalu sombong, Tuan Jian. Kelihatannya aku harus menyiksamu sebentar. Sebenarnya aku juga bisa tidak jadi ..."

Wirianto Leng segera mengeluarkan satu cincin dan berkata, "Tidak apa-apa, kalau kamu tidak jadi menikah, aku lamar kamu lagi saja."

Yuliana Jian mengerutkan dahi menatap Wirianto Leng, tanpa bisa menahan diri menggelengkan kepala, "Direktur Leng tetap adalah Direktur Leng, huh, kamu punya waktu untuk terus melamar, tapi aku tidak punya waktu untuk terus bermain denganmu."

Setelah selesai berkata, Yuliana Jian mengeluarkan satu cincin dari dalam laci dan berkata sambil tersenyum, "Cincin ini saja, sangat mudah. Dibawa juga sangat nyaman, tidak begitu menarik perhatian."

Wirianto Leng tersenyum dan menganggukan kepala, mengulurkan tangan, menunjukkan pada Yuliana Jian, di jari manisnya ada cincin dengan model yang sama, "Pilihan kita sama."

Yuliana Jian melihat model cincin yang sama di jari Wirianto Leng, tanpa sadar tertawa, "Benar-benar pasangan yang cocok, tappi bukankah seharusnya dipakai setelah pernikahan? Kita sepertinya terlalu cepat memakainya."

Wirianto Leng tertawa sambil berkata, "Tidak, kita yang terlalu terlambat."

Yuliana Jian mendengar Wirianto Leng berkata "terlalu terlambat", tanpa sadar matanya berkaca-kaca. Dia melingkarkan tangan di leher Wirianto Leng, menganggukan kepala dan berkata, "Kita memang terlalu terlambat."

Mendengar perkataan Yuliana Jian, Wirianto Leng juga tanpa bisa ditahan berkaca-kaca, mencium bibir Yuliana Jian dengan pelan, memeluk Yuliana Jian dengan erat dan berkata, "Aku harap cincin ini bisa mengikat aku dan kamu, tidak lagi berpisah."

Yuliana Jian tersenyum dan menganggukan kepala, "Iya, tidak akan berpisah lagi."

Yuliana Jian juga tersenyum sambil memeluk Wirianto Leng, sekarang Yuliana Jian tidak ingin memikirkan apapun lagi, hanya ingin memeluk Wirianto Leng dalam diam, sampai mereka berubah tua, mereka meninggal, dan abu mereka ditanam bersama. Kematian sangat mengerikan, tapi selama bisa menemani Wirianto Leng sampai tua, menghadapi kematian bersama-sama, Yuliana Jian tiba-tiba merasa kematian tidak begitu menakutkan lagi.

Sampai Yuliana Jian lapar, dia baru berdiri. Setelah makan sampai setengah, Yuliana Jian yang baru menjadi tunangan seseorang dan ibu tidak bertanggungjawab, tiba-tiba teringat dia masih mempunyai dua anak dan segera berkata, "Wirianto, dimana anak-anak? Apa mereka sudah makan? Mereka sedang apa sekarang? Mereka tidak nakal 'kan dari kemarin? Dan juga Melly, apa dia pergi mencari laki-laki lucu itu lagi?"

Wirianto Leng mengerutkan dahi dan menghela napas, "Aku merasa dengan kecepatan Melly ini, sepertinya tidak terlalu baik."

Yuliana Jian mengerutkan dahi, "Ada apa?"

Wirianto Leng menunjuk luar pintu dan menggelengkan kepala sambil berkata, "Melly sudah membawa anak laki-laki itu pulang, meminjam alasan belajar bahasa Inggris, sedang membangun hubungan yang tidak wajar dengan laki-laki itu dan mungkin dengan cepat akan berubah menjadi hubungan cinta."

Yuliana Jian mendengar perkataan Wirianto Leng dan langsung menghela napas panjang, "Aku kira anak laki-laki itu tidak menurutinya, dan dia akan memukul laki-laki itu. Mengejutkanku saja, baguslah kalau tidak memukul orang, bagus kalau tidak pukul!"

Wirianto Leng tanpa bisa menahan diri tertawa, "Kamu benar-benar sangat lucu."

Yuliana Jian menganggukan kepala dan berkata dengan sombong, "Tentu saja, perempuan kalau berpacaran banyak ada sisi baiknya. Kehidupan akan berubah menjadi lebih seru, juga akan lebih berpengalaman, tidak akan dibohongi oleh seorang pria brengsek, juga tidak akan dengan mudah tertipu oleh godaan pria lain, tidak akan sepertiku ..."

"Kamu sepertinya sangat kesal kurang berpacaran beberapa kali? Ada apa? Masih ingin berpacaran beberapa kali lagi?" Wirianto Leng menatap Yuliana Jian dengan dingin, dan suaranya mengandung nada bahaya.

Novel Terkait

Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu