Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 358 CEO Tian (CEO Manis)

Setelah mengatakan ini, Yuliana Jian tidak tahan untuk tidak menjilati bibirnya dan berjongkok, menyaksikan tumpukan kayu bakar yang telah dipotong oleh Wirianto Leng. Wirianto Leng melihat Yuliana Jian yang berjongkok kelihatan benar-benar berubah menjadi bola, tak bisa menahan tawanya. Dia melihat punggung Yuliana Jian dan bertanya sambil tersenyum: "Ada apa dengan kamu? Sekarang kamu benar-benar terlihat seperti bola."

Yuliana Jian sama sekali tidak membenci Wirianto Leng karena menertawakannya, dia memalingkan wjahnya menatap Wirianto Leng dengan menyeringai dan berkata, "Aku hanya tiba-tiba ingin makan kentang panggang. Tadinya aku tidak merasakan apa-apa sebelumnya. Setelah memikirkannya seperti ini, aku pikir akan sangat enak untuk makan kentang panggang dalam cuaca dingin. Semakin dipikirkan, semakin terasa aromanya di mulut, jadi dalam hati semakin merasa ingin makan. "

Wirianto Leng yang mendengar apa yang dikatakan Yuliana Jian dan berjalan ke Yuliana Jian sambil tersenyum, menggosok kepala Yuliana Jian, dan berkata sambil tersenyum: " Benarkah? Bukankah kamu baru saja mengatakan bahwa butuh banyak usaha ... "

"Itu tadi!" Yuliana Jian dengan cepat menyela Wirianto Leng, buru-buru menggelengkan kepalanya dan berkata: "Sekarang aku tidak berpikir seperti itu lagi, aku berubah pikiran."

Leng Shao Ting tersenyum dan mengangguk: "Yah, karena kamu begitu berharap, maka aku akan memanggang beberapa kentang untuk kamu."

Yuliana Jian mengangkat alisnya dan memandang Wirianto Leng sambil tersenyum: "Memangnya kalau aku tidak menantikannya, maka kamu tidak akan serius?"

Wirianto Leng mengangguk sedikit, "Jika kamu tidak suka, aku akan merasa bosan untuk melakukan apa pun, jadi tidak perlu repot untuk serius."

Yuliana Jian mendengar kata-kata Wirianto Leng, mengerutkan sudut mulutnya, dan tersenyum pada Wirianto Leng. Wirianto Leng melihat pandangan Yuliana Jian terhadapnya pun bertanya sambil tersenyum, "Apa yang kamu lihat? Mengapa pandangan matanya tiba-tiba berubah?"

Yuliana Jian memandang Wirianto Leng dan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum: "Aku hanya tidak sangka sekarang kata-kata kamu yang tidak sengaja dikatakan pun bisa begitu enak didengar, apakah CEO Leng kita sudah waktunya mengganti nama keluarga? Kamu tidak dingin sama sekali sekarang (leng artinya dingin, kata yang sama dengan marga keluarga Wirianto), kamu harus mengubah nama keluarganya menjadi manis, manis dari kata-kata romantis, ini baru cocok untuk kamu. "

Wirianto Leng tertawa, dan bertanya sambil tersenyum: "Semua nama itu diberikan untuk orang lain panggil, aku tidak masalah, tetapi memangnya kamu bisa tahan kalau memanggil aku CEO Tian (CEO Manis)?"

Yuliana Jian mendengarkan kata-kata Wirianto Leng, dan tidak bisa menahan diri untuk tidak menggigil, mengernyitkan dahinya dengan ekspresi jijik dan menggelengkan kepalanya: "Aku tidak tahan, aku merasa agak mual."

Wirianto Leng menyipitkan matanya dan memandang Yuliana Jian: "Mual?"

Yuliana Jian melambaikan tangannya: "Maksudku bukan kamu, maksudku adalah nama panggilan ini. Hanya dengan memikirkannya, aku merasa merinding di sekujur tubuhku."

Ketika Yuliana Jian mengatakan ini, dia menambahkan kata "Ihhh..." yang menjijikkan dan seluruh tubuhnya ikut menggigil. Wirianto Leng tersenyum dan berjalan ke Yuliana Jian dan berkata dengan suara rendah, "Mendengar kamu mengatakan itu, aku malah berpikir nama ini sangat menarik."

Yuliana Jian mengerutkan kening, mengarahkan jarinya ke Wirianto Leng, menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kamu, jangan memberontak seperti ini ya, apa yang aku rasakan menjijikkan, itu yang akan kamu lakukan, aku katakan padamu, ini bisa menghancurkan hubungan. Aku kan sudah tahu itu salah, jadi kamu harus berhenti mengejar begitu. "

Wirianto Leng menurunkan matanya dan tersenyum dan memandang Yuliana Jian: "Apakah kamu salah? Kalau begitu apakah kamu tahu salahnya di mana?"

Yuliana Jian mengangguk, dan berbisik tanpa semangat, "Aku tahu, aku tidak boleh sembarangan memberi kamu nama julukan. Aku sudah tahu itu salah ..."

Wirianto Leng tersenyum dan mengangkat tangannya dan menggosok kepala Yuliana Jian sambil tersenyum, dan berkata sambil tersenyum: "Kamu ini..."

Yuliana Jian tersenyum dan memandang Wirianto Leng: "Apakah kalau aku menjadi anak kecil, kamu juga tidak tahan?"

Wirianto Leng mengangkat tangannya dan membelai kepala Yuliana Jian, dan berkata sambil tersenyum: "Ya, aku tidak tahan, sepertinya agak terlalu imut."

Yuliana Jian tersenyum sampai menyipitkan matanya ketika mendengar apa yang dikatakan Wirianto Leng, dan menatap Wirianto Leng. Pada saat ini Wirianto Leng juga sedang memandang ke bawah ke arah Yuliana Jian. Sinar matahari bersinar dari belakang Wirianto Leng, karena saat itu musim dingin, dan sinar matahari tidak silau, menyinari Wirianto Leng, seolah-olah dengan lembut membelai Wirianto Leng, mengelilingi Wirianto Leng lingkaran cahaya yang lembut. Yuliana Jian bertopang dagu, memandang Wirianto Leng sambil tersenyum, dan tidak bisa menahan diri untuk mengatakan, "Sangat indah."

Wirianto Leng mengangkat alisnya, tersenyum dan memandang Yuliana Jian, dan bertanya dengan lembut, "Apa?"

Yuliana Jian sedikit malu untuk mengulangi apa yang baru saja dikatakannya. Lagi pula, dia telah bersama Wirianto Leng begitu lama. Jika dia terlihat seperti wanita yang tergila-gila pada seorang lelaki lagi, bukankah itu akan sedikit memalukan?

Yuliana Jian menunduk, mencoba mengalihkan pembicaraan, tersenyum dan berkata, "Aku bilang kapan kamu mulai memanggang kentang? Aku sudah lapar."

Wirianto Leng menggelengkan kepalanya sedikit, "Apa yang Kamu katakan tadi begitu singkat, tidak seperti ini sama sekali."

Yuliana Jian segera berdiri, mengerutkan kening dan terus menyangkal: "Apa? Itu yang aku katakan. Kamu melihat dirimu sendiri, kamu tidak konsen lagi, sudah tidak memotong kayu bakar dengan serius. Jika kamu tidak melakukannya, aku pergi ya. "

Setelah selesai berkata, Yuliana Jian berjalan ke Wirianto Leng dan mencoba mengambil kapak. Tetapi kapak itu terlalu berat. Yuliana Jian mencoba memegangnya, baru pegang sebentar, ia lalu membuang kapak itu, mengerutkan kening, dan bergumam, "Mengapa begitu berat?"

Wirianto Leng mengambil kapak dari Yuliana Jian dan tersenyum kepada Yuliana Jian sambil berkata, "Pekerjaan berat semacam ini biar aku saja."

Yuliana Jian memperhatikan Wirianto Leng yang mengambil kapak dengan satu tangan, memiringkan kepalanya dan bertanya, "Kalau begitu aku ngapain?"

Wirianto Leng tersenyum dan berkata, "Kamu hanya perlu berdiri di samping, dan mengagumi aku."

Ketika Yuliana Jian mendengar apa yang dikatakan Wirianto Leng, dia langsung mengangkat tangannya untuk menutupi mulutnya dan tertawa kecil. Yuliana Jian menunjuk ke arah Wirianto Leng dan berkata, "Tidak disangka CEO Leng kalau berbicara semakin menarik. Oke, aku mendukungmu, CEO Leng semangat ... "

Wirianto Leng melirik Yuliana Jian, mengerutkan kening dan berkata, "Ganti panggilan lain."

Yuliana Jian segera mengangguk dan tersenyum dan berkata, "Ayo, suamiku! Ayo, suamiku!"

Wirianto Leng mengangguk puas, dan tersenyum dan berkata, "Nah begini lebih baik ..."

Di tengah sorakan Yuliana Jian, Wirianto Leng menahan tawa sambil membelah kayu bakar, ketika ia berbalik untuk melihat Yuliana Jian, baru dilihatnya Yuliana Jian berdiri tidak jauh darinya dengan hidung memerah karena dingin, Wirianto Leng segera mengerutkan kening dan berjalan menuju Yuliana Jian, dan berbisik, "Bagaimana kamu bisa sampai kedinginan seperti ini? Jika terlalu dingin kembali saja ke rumah. "

Yuliana Jian menggelengkan kepalanya: "Masuk kembali ke rumah sangat tidak menarik, aku ingin melihat kamu di sini."

Meskipun Wirianto Leng juga sudah berdiri di luar untuk waktu yang lama, tetapi karena Wirianto Leng terus berolahraga, Wirianto Leng tidak merasa kedinginan. Mendengar apa yang dikatakan Yuliana Jian, Wirianto Leng segera mengulurkan tangan dan menggosok pipi Yuliana Jian, mengerutkan kening dan berkata, "Apakah lebih hangat?"

Yuliana Jian dengan lembut mengusap wajahnya di telapak tangan Wirianto Leng, dan kemudian perlahan mengangguk, dan berbisik, "Ya, lebih baik. Lalu apakah akan memanggang kentang?"

Wirianto Leng mengangguk, lalu berbalik untuk melihat Yuliana Jian: "Kamu sebaiknya kembali dulu. Setelah matang, aku akan membawakannya untukmu."

Yuliana Jian menggelengkan kepalanya: "Tidak bisa begitu, ini adalah tempat yang paling menyenangkan, bagaimana aku bisa membiarkan kamu melakukannya sendiri? Aku juga mau memanggang ..."

Sambil berbicara, Yuliana Jian berjalan mendekati kayu bakar bersiap untuk menyalakannya. Wirianto Leng melirik gerakan canggung Yuliana Jian, lalu menghela nafas ringan, datang menhampiri Yuliana Jian dan berbisik: "Sini aku bantu kamu."

Yuliana Jian berjongkok di sebelah Wirianto Leng, menonton Wirianto Leng dengan cepat menyalakan api, dan berkata dengan sedikit frustrasi: "Bagaimana bisa kamu bisa melakukan semuanya? Lalu aku melakukan apa?"

Wirianto Leng menunjuk kentang yang di pinggir: "Jika kamu benar-benar ingin melakukan sesuatu, cukup bungkus kentang dengan aluminium foil lalu buang ke dalam api."

Setelah mendengarkan Wirianto Leng, Yuliana Jian segera mengangguk: "Oke, kedengarannya menarik."

Setelah Yuliana Jian selesai berbicara, dia pergi untuk membungkus kentang satu per satu dengan aluminium foil dan melemparkannya ke dalam api. Kemudian Yuliana Jian menyaksikan Wirianto Leng mengecilkan api dan menutupinya dengan lapisan tanah yang tebal. Yuliana Jian tertawa: "Rasanya seperti membuat ayam pengemis (sejenis menu masakan di China), suamiku, apakah kamu yakin bahwa ini benar-benar bisa matang?"

Wirianto Leng mengerutkan kening dan menggelengkan kepalanya: "Tidak yakin."

Mata Yuliana Jian melotot lebar: "Apa? Tidak yakin? Kamu tidak yakin tapi melakukannya?"

Wirianto Leng tersenyum dan melirik Yuliana Jian: "Justru karena tidak yakin makanya aku melakukannya. Jika sesuatu yang pasti, aku mengulanginya lagi dan lagi, bukankah itu akan membosankan? "

Ketika Yuliana Jian mendengar kata-kata Wirianto Leng, dia mengangguk setuju: "Kamu masuk akal untuk mengatakan ini, tetapi sangat mungkin aku akan makan kentang mentah hari ini, kan? ? "

“Itu mungkin.” Wirianto Leng mengangkat alisnya ke Yuliana Jian dan bertanya sambil tersenyum: “Bagaimana? Mengasyikkan atau tidak ...”

Yuliana Jian mengerutkan kening, dan langsung menyangkalnya tanpa memberi muka sama sekali: "Apanya yang mengasyikkan? Kalau tidak matang ya jangan dimakan ..."

Setelah Yuliana Jian selesai berbicara, dia melirik wajah Wirianto Leng yang sedikit muram, dan Yuliana Jian segera bersorak gembira: "Oye ... mengasyikkan, sungguh sangat mengasyikkan! Kemungkinan kita akan makan kentang yang tidak matang, apa lagi yang bisa lebih mengasyikkan dari ini? Bahkan bungee jumping pun tidak lebih menarik daripada ini... Sungguh sangat... "

Yuliana Jian masih akan terus berbicara, tetapi mulutnya sudah keburu dicium oleh Wirianto Leng. Wirianto Leng sambil mencium bibir Yuliana Jian sambil tidak bisa menahan senyum di wajahnya. Yuliana Jian juga tidak tahan untuk tidak tersenyum dan berkata, "Kenapa? Begitu cepat sudah tidak bisa tahan menerima pujianku?"

Wirianto Leng tersenyum dan mengangguk: "Seharusnya kebanyakan orang pada umumnya sulit menerima pujian kamu."

Yuliana Jian memiringkan kepalanya, mengangkat alisnya dengan ringan, dan berkata sambil tersenyum: "Aku pikir setelah kamu bersama dengan aku dalam jangka waktu yang lama, kulit mukamu akan semakin tebal, jadi sudah bisa menerimanya ..."

Sambil berkata, Yuliana Jian tiba-tiba memalingkan wajahnya dan bersin. Wirianto Leng segera mengerutkan kening, menggandeng tangan Yuliana Jian dan berjalan masuk ke dalam rumah kayu, sambil berkata kepada Yuliana Jian dengan serius: "Kamu tinggal di rumah dengan baik, jangan keluar lagi, jangan sampai kamu pilek. "

Dikarenakan Yuliana Jian sudah kedinginan di luar untuk waktu yang lama, wajahnya menjadi memerah dan kepalanya sedikit pusing karena hawa panas di dalam rumah, tetapi Yuliana Jian masih bersikeras berkata: "Aku baik-baik saja, aku tidak apa-apa, kamu jangan khawatir ... uhuk uhuk..”

Ketika Yuliana Jian mengatakan ini, dia tidak tahan lalu mendenguskan hidungnya dan batuk.

Novel Terkait

More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
3 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu