Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 244 Menikahlah Denganku

Mendengar Wirianto Leng bicara seperti itu, Yuliana Jian langsung tersenyum dan merapat pada Wirianto Leng, "Yang kamu katakan itu benar?"

Wirianto Leng tersenyum dan mengangguk, "Tentu saja ..."

Yuliana Jian menopangkan satu tangan ke bahu Wirianto Leng, dan satu tangan lagi memeluk leher pria itu, "Bagus kalau begitu. Kalau begitu aku memberikan satu kesempatan padamu untuk menunjukkan kelembutanmu."

Wirianto Leng menundukkan kepala, mencium bibir Yuliana Jian dan berkata sambil tersenyum, "Aku pasti tidak akan membuatmu kecewa ..."

Wirianto Leng kali ini benar-benar tidak berbohong. Dia kali ini sangatlah lembut dan memperhatikan perasaan Yuliana Jian. Yuliana Jian tidak pernah mempunyai pengalaman seperti ini, tidak perlu peringatannya, Wirianto Leng akan menciumnya di saat dia ingin dicium, akan menggunakan kekuatan di saat dia menginginkannya, akan melakukan sentuhan yang lembut di saat seharusnya lembut.

Sampai semuanya berhenti, Yuliana Jian masih bernapas terengah-engah, Wirianto Leng memeluk Yuliana Jian dari belakang, dan mencium punggung Yuliana Jian sedikit demi sedikit.

"Kamu ... benar-benar hebat ya ..." Yuliana Jian menutupi wajahnya. Selain kalimat ini, bisa-bisanya dia tidak bisa mengatakan kalimat lain lagi.

Wirianto Leng bertanya sambil tersenyum, "Aku hebat apa?"

Yuliana Jian merona dan menatap Wirianto Leng, "Menurutmu apa? Tentu saja menggoda wanita. Apa yang sedang kamu lakukan? Kompensasi sesudah selesai melakukannya?"

Wirianto Leng menganggukan kepala dan berkata, "Iya, kompensasi. Bukan hanya kemarin malam, juga ini ..."

Sambil bicara, Wirianto Leng mencium tato mawar di belakang tubuh Yuliana Jian. Yuliana Jian saat ini tanpa bisa menahan diri menghindar dan bertanya dengan suara kecil, "Kamu tahu semuanya?"

"Meskipun tidak tahu, juga bisa menebaknya." Wirianto Leng memeluk Yuliana Jian dan berkata rendah.

Pengalaman-pengalaman dulu, kadang kala Yuliana Jian juga akan merasa sangat sedih. Tapi sekarang dipeluk erat oleh Wirianto Leng, Yuliana Jian merasa yang lebih kasihan adalah Wirianto Leng. Yuliana Jian membalikkan tubuh, menatap Wirianto Leng dan berkata, "Yang berlalu sudah berlalu, bukankah sekarang kita baik-baik saja? Kamu jangan berpikir begitu banyak lagi. Aku tidak perhitungan bagaimana masa lalu, kamu juga jangan selalu berpikir tentang masa lalu. Aku sudah pernah bilang, waktu kebersamaan kita terlalu sedikit. Maka jangan habiskan waktu untuk membahas masalah yang membosankan ini lagi."

Wirianto Leng mencium Yuliana Jian lembut dan menganggukan kepala, "Ok. Oh iya, sebelumnya aku sudah pernah bilang padamu, mau berlibur. Aku sudah memilih tempat yang baik. Kalau kamu setuju, dua hari lagi kita bisa pergi ke sana."

Yuliana Jian bertanya sambil mengerutkan dahi, "Membawa anak?"

Wirianto Leng menganggukan kepala dan berkata sambil tersenyum, "Tentu saja."

Yuliana Jian langsung tersenyum, "Ok. Kebetulan masih berhutang satu penghargaan padamu, di sana aku berikan kepadamu."

Wirianto Leng mencium ujung bibir Yuliana Jian, "Kalau begitu benar-benar berharap bisa cepat ke sana."

Yuliana Jian melingkarkan tangan ke lengan Wirianto Leng dan berkata, "Aku tidak suka berhutang pada orang. Juga berharap bisa ... lebih cepat membayar habis penghargaan yang aku hutangi darimu."

Wirianto Leng memeluk Yuliana Jian dengan erat, dan dengan lembut mencium bibir Yuliana Jian ....

Yuliana Jian awalnya mengira Melly Jian hanya ngambek saja, setelah sampai di tempat liburan sana akan lebih baikan. Tapi sampai hari liburan itu, Melly Jian masih tidak senang dan berwajah masam. Yuliana Jian menatap Wirianto Leng dengan tidak berdaya, Wirianto Leng hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala kepada Yuliana Jian, "Tidak apa-apa, nanti juga akan baikan."

Tempat liburan yang Wirianto Leng atur adalah di sebuah pulau. Yuliana Jian sebelumnya pernah pergi sekali ke pulau ini. Tapi setelah pergi ke pulau, terjadi serangkaian masalah buruk. Jadi setelah Yuliana Jian melihat pulau, dia langsung mengerutkan dahi dan tidak bersedia melangkah satu langkah ke depan. Melly Jian melihat cahaya terang di atas pulau, malah berjalan cepat, mengikuti Wirianto Leng berjalan di atas pasir. Hanya Melvin dan Yuliana Jian yang berdiri di bawah pohon, kelihatan sangat bosan.

Wirianto Leng melambaikan tangan sambil tersenyum, "Ayo sini."

Yuliana Jian baru mengerutkan dahi dan berjalan ke sisi Wirianto Leng, "Kenapa pulau lagi?"

Wirianto Leng tersenyum sambil berkata, "Takut?"

Yuliana Jian menganggukan kepala, "Ada trauma terhadap pulau ..."

Wirianto Leng tersenyum sambil menggandeng tangan Yuliana Jian, "Sekarang yang kamu paling khawatirkan bukanlah trauma yang diberikan pulau ini kepadamu, melainkan ..."

Wirianto Leng menunjuk dirinya sendiri, "Aku ..."

Meskipun Wirianto Leng tidak berkata dengan jelas, tapi Yuliana Jian juga mengerti maksud Wirianto Leng dan langsung mengerutkan dahi, "Dasar tidak serius!"

Wirianto Leng menggandeng tangan Yuliana Jian dengan kencang. Mereka berjalan pelan-pelan di atas pasir. Saat Melly Jian melihat laut, akhirnya tersenyum, lalu berteriak ke arah Wirianto Leng dan Yuliana Jian, "Ibu ... ayah, lihatlah, laut!"

Yuliana Jian akhirnya menghela napas lega dan berkata sambil tersenyum, "Kita pergi ke sana sekarang."

Tapi Melly Jian hanya tersenyum sebentar ke arah Yuliana Jian dan langsung berlari ke pantai. Wirianto Leng tidak sengaja mereservasi pantai ini, jadi di pantai ini masih ada wisatawan lain. Saat Melly Jian sampai di pantai, dia langsung tertarik pada seorang laki-laki berumur 7 atau 8 tahun, pergi ke samping laki-laki itu dan berkata dengan hati-hati, "HI~"

Ketika Yuliana Jian dan Wirianto Leng berjalan di samping Melly Jian, Melly Jian sudah tidak bisa mengobrol dengan normal pada laki-laki lucu itu dan gugup sampai keringatan. Melly Jian menoleh menatap Wirianto Leng dan Yuliana Jian, seperti merasa Wirianto Leng dan Yuliana Jian tidak bisa membantunya, dia dengan cepat berlari ke sisi Melvin, menarik tangan Melvin, menyuruh Melvin membantunya mengatakan beberapa kalimat bahasa Inggris.

Yuliana Jian menatap Melly Jian bermain bersama laki-laki itu, lalu Melly Jian tidak menatapnya sedikitpun, membuat Yuliana Jian merasa sedikit kecewa dan menatap Wirianto Leng, "Dia, dia membuang orangtuanya seperti ini saja?"

Meskipun sebelumnya Melly Jian selalu berwajah masam, tapi meskipun Yuliana Jian kelihatannya sedikit kesal, tapi hatinya diam-diam merasa senang, karena artinya Melly Jian sebenarnya peduli padanya. Tapi sekarang Melly Jian malah sama sekali tidak mempedulikannya, dan bermain bersama anak laki-laki, hal itu membuat Yuliana Jian merasa sedikit aneh.

"Mereka cepat atau lambat akan memiliki kehidupan mereka sendiri. Perlahan-lahan, mereka akan memiliki orang yang lebih penting bagi mereka. Kita hanyalah orang yang merawat mereka tumbuh besar, hanya sebagian kecil dari kehidupan mereka, kita tidak boleh menguasai seluruh kehidupan mereka. Bersamaan dengan itu, mereka juga tidak boleh menguasai seluruh hidup kita." Wirianto Leng menggandeng tangan Yuliana Jian dan berkata sambil tersenyum.

Yuliana Jian memiringkan kepala menatap Wirianto Leng dan bertanya, "Kenapa rasanya kamu seperti sangat senang? Ada apa? Anak tidak mau ibunya lagi, apa kamu merasa sangat senang?"

Wirianto Leng tersenyum dan menganggukan kepala, "Tentu saja, dengan begitu kamu hanya memiliki aku."

Mendengar perkataan Wirianto Leng, Yuliana Jian menunjukkan wajah marah, tapi tetap tidak bisa menahan diri tertawa.

Sampai di pantai, membuat Melly Jian benar-benar sangat senang dan bermain dengan gila seharian. Sampai makan malam, Melly Jian hanya makan dua suap lalu tertidur di meja makan sangking lelahnya. Ketika Yuliana Jian menggendong Melly Jian kembali tidur di dalam kamar, Melly Jian juga tidak bangun. Melihat Melly Jian kembali ke kamar, Melvin juga kembali tidur di dalam kamar dengan pengertian.

Dengan begitu Yuliana Jian dan Wirianto Leng dengan cepat menyambut dunia milik mereka berdua. Yuliana Jian bertanya pada Wirianto Leng, "Kalau begitu apa yang akan kita lakukan?"

Wirianto Leng tersenyum dan berkata, "Ayo kita jalan-jalan di luar."

Yuliana Jian segera bertanya, "Apa sekarang aman?"

Wirianto Leng tersenyum dan mengangguk, "Tenang saja, aku sudah melakukan persiapan."

Yuliana Jian baru menghela napas lega dan menggandeng tangan Wirianto Leng keluar dari hotel tempat istirahat mereka. Setelah keluar dari villa, mereka berjalan di atas pantai. Angin bertiup di wajah mereka, air laut juga menjadi jauh lebih lembut. Yuliana Jian tersenyum dan berkata, "Laut malam ini benar-benar sangat cantik!"

"Iya." Wirianto Leng menjawab ringan.

Kemudian Wirianto Leng melepaskan tangan Yuliana Jian. Wirianto Leng yang tiba-tiba melepaskan tangannya membuat Yuliana Jian langsung tersentak dan menolehkan kepala ke arah Wirianto Leng, "Ada apa? Apakah karena air laut terlalu dingin, membuat kakimu tidak nyaman? Kita lebih baik kembali saja. Sekarang tubuhmu tidak seperti dulu lagi, tidak bisa bercanda lagi."

Wirianto Leng menggelengkan kepala, seperti sedikit gugup, dia melangkah satu langkah ke belakang, menatap Yuliana Jian dan berkata dengan serius, "Ada satu hal yang selalu ingin aku lakukan, tapi malah terus ditunda sampai sekarang."

"Ada apa?" Yuliana Jian bertanya sambil mengerutkan dahi.

Wirianto Leng memasukkan tangan ke dalam kantong, mengeluarkan sebuah cincin berlian, menarik napas dalam, dan mengulurkannya ke hadapan Yuliana Jian. Ketika Yuliana Jian melihat cincin berlian itu, dia juga sangat terkejut, "Besar ... besar sekali berlian ini ... pasti sangat mahal bukan?"

Wirianto Leng yang awalnya sedikit gugup, dibuat tertawa oleh perkataan Yuliana Jian itu, "Nona Jian, sekarang bukan saatnya mengomentari cincin ini bukan?"

Yuliana Jian segera mengelap keringat di telapak tangannya dan berkata dengan gugup, "Ma .. maaf, aku juga sangat gugup. Kalau begitu kamu sekarang sudah boleh melamarku."

Wirianto Leng tersenyum lalu menggelengkan kepala ke arah Yuliana Jian, "Masalah seperti ini, meskipun sudah tertebak juga tidak boleh dikatakan. Sekarang suasana menjadi kacau."

Yuliana Jian menarik napas dalam dan mengangguk, "Iya, kalau begitu anggap saja aku tidak mengatakan apapun tadi. Sejak kamu mengeluarkan cincin, kita mengulang semuanya dari awal."

Yuliana Jian langsung menutup bibir dan berteriak lebay, "Wah, apa yang kamu lakukan?"

Wirianto Leng tersenyum menatap Yuliana Jian dan menggelengkan kepala tidak berdaya, menyimpan kembali cincin dan berkata dingin, "Sudahlah, sama sekali tidak mengejutkan. Kita bicarakan lagi kedepannya."

Yuliana Jian mengerutkan dahi, "Apa? Tidak jadi begitu saja? Kamu juga sangat tidak bertanggung jawab kali. Aku sudah melahirkan anak untukmu, sudah tidur banyak kali, bisa-bisanya kamu bilang tidak cukup mengejutkan dan bilang tidak jadi begitu saja? Paling nanti aku bekerja sama denganmu saja."

"Tidak bisa, tidak ada suasana lagi." Wirianto Leng menggelengkan kepala.

Yuliana Jian menarik ujung baju Wirianto Leng, "Kalau begitu masalah lamaran nanti saja baru dibicarakan. Kamu pakaikan dulu cincin itu di jariku dan membiarkan aku cantik beberapa hari dong. Aku tumbuh sebesar ini, ini adalah pertama kalinya aku melihat cincin sebesar itu. Kalau aku pakai, pasti akan merasa memakai beberapa villa di tanganku."

Novel Terkait

That Night

That Night

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu