Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 339 Si Kecil Bulat

Yuliana Jian menghibur Melly Jian untuk waktu yang lama sebelum Melly Jian menyingkirkan ketakutannya, dan berhenti bergumam tentang hal-hal mengerikan dari memiliki anak, sebagai gantinya, dia malah terus berada di sisi Yuliana Jian dan terus bertanya kepada Yuliana Jian kapan dia bisa meninggalkan rumah sakit dan pulang.

Yuliana Jian tersenyum dan menjawab: "Seharusnya beberapa hari ini, mengapa? Apakah kamu merindukan Mama?"

Melly Jian mengatupkan bibirnya dan mengangguk dengan penuh semangat, "Yah, aku rindu Mama, aku ingin kamu segera pulang."

Yuliana Jian tersenyum dan mengangkat tangannya membelai pipi Melly Jian sambil tersenyum dan berkata, "Jangan khawatir, Mama akan pulang secepat mungkin."

Yuliana Jian baru selesai berbicara, dilihatnya Wirianto Leng melangkah masuk dari luar pintu. Yuliana Jian langsung tersenyum dan bertanya, "Bagaimana? Michelle sudah tertidur? "

Wirianto Leng mengangguk, tersenyum dan menjawab, "Jangan khawatir, sudah tidur."

Wirianto Leng selesai berbicara, lalu berjalan ke dalam kamar pasien, memandang Melly Jian dan Melvin Jian, dan bertanya dengan suara pelan, "Bagaimana? Apakah kalian masih mau di sini? Mamamu harus beristirahat juga. "

Melly Jian segera mengerutkan kening, melirik Wirianto Leng dengan panik, dan berkata dengan suara rendah: "Aku baru di sini sebentar, sudah harus pulang. Aku belum berbicara baik-baik dengan Mama, Mama ... "

Yuliana Jian segera tersenyum dan berkata, "Sudahlah, aku juga tidak terlalu lelah, biarkan mereka semua tinggal sebentar lagi."

Wirianto Leng mengerutkan kening dan melirik Yuliana Jian, dan berkata dengan suara rendah, "Kamu belum terlalu lelah? Lihat wajahmu ..."

Melly Jian yang sedang berbicara, melihat air muka Yuliana Jian yang benar-benar kelihatan lelah, Melly Jian pun cemberut dan berbisik, "Itu ... ya sudahlah ... ... Karena Mama sudah lelah, aku tidak akan mengganggu Mama lagi. Ma, istirahatlah yang baik dan pulanglah lebih awal. Aku dan Melvin menunggumu di rumah ... "

Saat ini Melvin Jian juga berdiri dan berkata kepada Yuliana Jian: "Ma, kita pergi dulu ya."

Kemudian Melly Jian dan Melvin Jian sambil melambai ke Yuliana Jian sambil berjalan keluar dari kamar pasien Yuliana Jian, setelah Yuliana Jian melihat kedua anak itu pergi, ia lalu mengangkat kepalanya dan tersenyum kepada Wirianto Leng dan bertanya, "Bagaimana? Bagaimana rasanya menjadi seorang ayah? Tidak mudah kan mengurus anak?"

Wirianto Leng menghela nafas panjang, dan tersenyum tak berdaya: "Melihat Michelle yang pada saat ini tertidur layaknya malaikat, tetapi ketika dia marah sebelumnya, dia benar-benar merasa seperti setan kecil, apakah kamu merasakan hal yang sama ketika kamu mengurusi Melly? "

Yuliana Jian segera menggelengkan kepalanya, mengerutkan kening dan berkata dengan suara yang dalam, "Tidak, bagaimana mungkin bisa seperti itu?"

Kemudian Yuliana Jian menyipitkan matanya dan berkata sambil tersenyum: "Sampai saat ini aku masih merasa bahwa Melly kita seperti setan kecil. Aku benar-benar tidak tahu anak itu seperti apa kalau sudah besar nanti, akan jatuh cinta kepada orang seperti apa, hidup seperti apa yang akan dia jalani. Aku pikir kelak jika ada seorang pria yang dapat bersamanya, ia harus mengalah banyak hal padanya. Faktanya, bukan hanya Melly, tetapi juga Melvin, Melvin juga begitu, walaupun ia terlihat tenang dan berperilaku baik, tetapi ia akan memendam semuanya di hatinya, aku tidak tahu gadis seperti apa yang dia akan suka, dan aku pikir gadis-gadis yang akan bersamanya di masa depan akan menempuh banyak kesulitan. "

Wirianto Leng tersenyum dan berkata, "Sekarang mereka masih begitu kecil, kamu sudah berpikir sejauh ini?"

Yuliana Jian segera mengangguk dengan serius, dan berkata dengan suara yang dalam, "Ini tidak bisa jika kamu tidak serius, kamu pikir masih ada banyak waktu, mereka masih sangat muda, tetapi kenyataannya, waktu berlalu sangat cepat, mungkin itu hanyalah dalam sekejap. Mereka telah tumbuh dan berdiri di depan kita dengan kekasih mereka. Waktu itu ketika aku mengurus Melly, aku tidak pernah berpikir bahwa Melly bisa tumbuh besar begini dalam sekejap mata. Sayangnya, sepertinya aku harus menjadi ibu mertua yang pengertian dan bijaksana, karena aku pikir orang yang bisa mengikuti anak kita pulang ke rumah, itu sudah tidak mudah, kita tidak bisa pilih-pilih kepada mereka ketika saatnya tiba. "

Wirianto Leng tidak bisa menahan tawa, "Apakah sekarang kamu pikir anak-anak kita seburuk itu?"

Yuliana Jian segera menggelengkan kepalanya: "Bagaimana mungkin aku berpikir bahwa anak-anakku sangat buruk? Mereka adalah anak-anakku sendiri. Aku pikir mereka semua sangat baik, tetapi aku pikir itu tidak cukup, orang lain juga harus merasa begitu. Meskipun mereka terlihat bagus dalam beberapa aspek, mereka memiliki berbagai kekurangan dalam kepribadian mereka, beberapa orang akan tertarik dengan penampilan mereka, tetapi mereka mungkin tidak tahan terhadap kepribadian mereka. Manusia hidup di dunia ini, tidak mudah untuk menemukan seseorang yang bisa bertahan dan memahami diri kita, dan bisa hidup bersama untuk waktu yang lama, itu hal yang tidak mudah, aku pikir itu suatu keberuntungan, tetapi aku tidak tahu apakah anak-anakku akan memiliki keberuntungan semacam ini. Jika mereka juga beruntung seperti itu, aku akan merasa bahwa Tuhan terlalu baik kepada kita. "

Ketika Yuliana Jian berkata sampai di sini, dia menundukkan kepalanya tanpa daya, merendahkan suaranya dan berkata dengan suara pelan, "Aku selalu berpikir bahwa Tuhan memperlakukanku dengan sangat baik sekarang, pasti ada sesuatu, aku bukanlah orang yang beruntung, sekarang dia begitu baik kepadaku, mungkin ada beberapa hal buruk yang disembunyikan di belakangnya, aku berharap apa pun hal buruk agar aku saja yang tanggung, jangan biarkan anak-anakku menanggungnya lagi, mereka sudah menanggung banyak hal, jika membiarkannya mereka menanggungnya lagi, terlalu tidak adil bagi mereka. "

Wirianto Leng memandang Yuliana Jian dan perlahan-lahan tertawa, mengangkat tangannya dan membelai pipi Yuliana Jian, dan tertawa dengan suara rendah: "Apakah kamu mulai berpikir sembarangan lagi? Jangan terlalu banyak berpikir. Mereka akan memiliki hidup mereka sendiri dan hidup lebih bahagia daripada kita. kamu harus benar-benar percaya pada ini. Hanya jika kamu percaya bahwa kita bisa mendapatkan kebahagiaan, kita baru benar-benar bisa mendapatkan kebahagiaan. Jika kamu tidak percaya mereka bisa bahagia, mereka juga akan meragukan kemampuan mereka untuk bahagia. Bagaimana mereka bisa bahagia kalau seperti itu? Benar tidak?”

Yuliana Jian mengerutkan kening setelah mendengar kata-kata Wirianto Leng, mengangguk, dan berbisik: "Kamu ... kamu ... kamu juga benar."

Yuliana Jian baru saja selesai berbicara, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengangkat kepalanya, menatap Wirianto Leng dengan serius, dan berkata sambil tersenyum: "Kamu semakin lama menjadi semakin lebih masuk akal? Apakah sudah waktunya aku memanggil kamu Guru? Guru Leng, terima kasih, selalu menyadarkan ku ketika aku mengomel dan berpikir sembarangan, terima kasih ... "

Wirianto Leng tersenyum dan memandang Yuliana Jian, menundukkan kepalanya dan mencium bibir Yuliana Jian dengan pelan, dan berkata sambil tersenyum: "Tidak ... aku yang harusnya mengucapkan terima kasih, karena kamu ajarkan padaku bagaimana cara mencintai seseorang, dan barulah aku menjadi diriku sekarang. Terlebih lagi, kau juga membawakanku tiga anak yang begitu comel, Melly kita, Melvin, dan Michelle, sekarang Michelle kita semakin lama semakin terlihat seperti bakso. Aku benar-benar takut dia akan tumbuh menjadi anak gemuk di masa depan. "

Yuliana Jian mengatupkan mulutnya sambil senyum, dan menatap Wirianto Leng, dia tidak pernah berpikir bahwa suatu hari dia akan menatap Wirianto Leng seperti ini, dan membiarkan Wirianto Leng berdiri di sampingnya dengan identitas sebagai ayah dari anak-anak.

Novel Terkait

Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu