Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 197 Kamu Salah Orang

Saat sampai di pagi hari, Yuliana Jian baru menutup mata sebentar. Tapi baru saja tidur sebentar, Yuliana Jian dibangunkan oleh Melly Jian. Di saat Yulian Jian membuka mata dan bangun, seketika otaknya menjadi sangat jelas.

Yuliana Jian tiba-tiba teringat, darimana dia mendengar perkataan orang muda tidak dapat dipercaya. Dari orang tua di villa itu! Orang tua itu juga pernah mengatakan perkataan yang serupa.

Yuliana Jian mengerutkan dahi, langsung berdiri, dan ingin langsung segera pergi ke villa itu.

Tapi Melly Jian yang ada di samping terkejut dan menangkap lengan Yuliana Jian, "Ibu, ada apa denganmu?"

Yuliana Jian baru menenangkan perasaan dan berbalik berkata pada Melly Jian, "Tidak apa-apa. Ibu hanya tidak tidur nyenyak, sedikit lelah saja."

Melly Jian segera berkata, "Kalau begitu ibu tidak perlu mengantarku ke sekolah. Aku yang pergi sendiri saja. Aku ikut mereka pergi ke sekolah saja ...."

"Tidak boleh, ibu bisa mengantar kamu pergi ke sekolah, tidak ingin merepotkan orang lain." Yuliana Jian berdiri sambil tersenyum, "Selain itu sekarang perasaan ibu juga jauh lebih baik."

Berkata sampai sana Yuliana Jian menarik napas dalam dan langsung turun dari ranjang, mempersiapkan semua keperluan Melly Jian untuk berangkat sekolah. Setelah mengantar Melly Jian ke sekolah, melihat Melly Jian masuk ke dalam sekolah, Yuliana Jian baru berbalik dan kembali ke desa.

Setelah pulang, dia memetik sayur dari ladang dulu baru menuju villa yang ada di atas gunung. Berjalan ke depan villa, Yuliana Jian ragu sesaat baru menekan bel.

Pintu villa langsung terbuka, pak tua itu berjalan ke depan dan berkata sambil tersenyum, "Kita hari ini juga tidak meminta sayur, kenapa kamu datang?"

Yuliana Jian berkata sambil tersenyum pada pak tua, "Karena aku lihat sayur-sayur ini lumayan bagus, jadi sekalian mengantar kepadamu. Bukan untuk dijual, hanya memberi saja, diterima ya."

Melihat sayur-sayur yang Yuliana Jian bawakan, pak tua langsung berkata sambil tersenyum, "Sayur-sayur ini segar sekali. Bagaimana aku bisa terima?"

Yuliana Jian berkata sambil tersenyum, "Ini juga bukan apa-apa. Aku antarkan ke dapur paman ya, sekalian dicuci."

Pak tua mengangguk, "Kalau begitu tolong ya."

Yuliana Jian tersenyum sambil membawa keranjang sayuran itu masuk. Ketika melewati dapur di depan halaman, Yuliana Jian menengok ke kamar di lantai dua. Melihat jendela di kamar kedua tetap terbuka. Yuliana Jian tanpa bisa ditahan menyipitkan mata. Kemudian Yuliana Jian membalikkan badan, masuk ke dalam dapur, segera membuka keran dan mulai mencuci sayur.

Sambil mencuci sayur, Yuliana Jian sambil bertanya, "Paman, beberapa hari ini kenapa tidak beli sayur lagi? Kalau ada yang tidak baik dari sayur kami, apa karena harga yang mahal? Atau tidak segar? Paman bisa beritahu aku, aku akan beusaha memperbaikinya."

Pak tua segera tertawa, "Bukan masalah sayur, melainkan dua hari ini aku tidak makan di sini. Nyonya dan tuan muda datang, tuan menemani mereka. Aku hanya seorang pak tua, bisa makan apapun bukan? Tidak harus ada sayur."

Yuliana Jian mengerutkan dahi dan bertanya kecil, "Nyonya? Apa pemilik villa ini sudah beristri?"

"Tentu saja, kalau tidak nyonya kami masih ada siapa lagi? Tapi sekarang seharusnya adalah mantan nyonya." pak tua berkata sambil tersenyum, "Kamu tidak tahu, seberapa senangnya tuan ..."

Pak tua menghela napas kecil, "Hanya saja salah paham nyonya pada tuan terlalu dalam, tetap tidak bersedia baikan dengan tuan. Haih ... oh iya, beberapa hari ini kamu baik-baik saja bukan?"

Yuliana Jian mengangguk sambil tersenyum, "Beberapa hari ini aku baik-baik saja, sangat baik malah. Kalau begitu apa tuan sekarang ada di dalam villa?"

Pak tua mengangguk dan menghela napas tidak berdaya, "Ada, sedang sedih, tidak tahu kapan bisa baikan."

Saat pak tua sedang bicara, telepon di dapur berbunyi. Pak tua segera mengangkat telepon dan berkata dengan hormat, "Baik aku tahu, aku akan pergi ke sana sekarang."

Setelah pak tua meletakkan telepon, dia tersenyum yang mengandung permintaan maaf, "Tuan ada keperluan mencariku, aku harus pergi sebentar. Kita di sini tidak ada begitu banyak peraturan, kamu bisa gunakan barang-barang di dapur. Kalau sudah selesai mencuci sayuran, bisa jalan-jalan di halaman."

Yuliana Jian mengangguk sambil tersenyum. Setelah pak tua keluar dari dapur, dia pun mengelap tangan dan berjalan keluar dapur. Dari arah kamar di lantai dua, Yuliana Jian menemukan tangga dan berjalan ke atas. Setelah naik ke lantai dua, Yuliana Jian mengingat berdasarkan ingatannya, pelan-pelan mencari kamar itu.

Yuliana Jian meletakkan tangan di pegangan pintu, mengetahui gerakannya ini sangat berbahaya dan juga sangat tidak sopan. Tapi dia tidak dapat menahan diri atas rasa penasarannya. Dia ingin memastikan, apakah pemilik rumah ini, adalah Wirianto Leng?

Sebenarnya apa yang Wirianto Leng pikirkan, kenapa sampai bisa memikirkan mencari seseorang untuk menjadi suaminya!

Yuliana Jian perlahan-lahan membuka pintu kamar itu. Setelah pintu terbuka, Yuliana Jian melihat kursi yang membelakanginya. Karena kursi itu sangat tinggi, Yuliana Jian tidak dapat melihat siapa yang duduk di belakang kursi, hanya melihat tangan pucat putih yang ada di atas pinggiran kursi.

Tangan itu panjang, tulang-tulangnya kelihatan jelas, sepertinya mirip dengan tangan Wirianto Leng yang ada dalam ingatannya.

Yuliana Jian berjalan satu langkah ke depan, mendorong pintu lebih lebar. Suara pintu yang terbuka membuat orang itu terkejut dan pelan-pelan berdiri. Orang itu mengenakan kacamata hitam dan juga masker, membuat Yuliana Jian tidak dapat melihat jelas wajah orang itu. Yuliana Jian hanya bisa melihat tubuh pria itu kurus, tidak mirip dengan Wirianto Leng.

"Siapa kamu?" suara pria itu agak serak.

Itu pasti bukanlah suara Wirianto Leng. Yuliana Jian tanpa bisa menahan diri melangkah mundur satu langkah.

Tapi Yuliana Jian tetap berdiri di sana karena dia ingin memastikan untuk terakhir kalinya. Setelah dia menarik napas dalam, dia bertanya, "Maaf, aku mungkin sedikit tidak sopan. Apa aku bisa melihat wajahmu sebentar. Aku merasa kamu mirip orang yang aku kenal."

"Oh, kamu adalah orang yang sering mengantar sayur ke sini." kata sang pria dengan suara serak, "Aku sih tidak kenal. Nona, apakah kamu salah mengenali orang."

Pria itu mengeluarkan tangan dan bersiap membuka masker wajahnya. Di saat Yuliana Jian melihat pria itu mau membuka masker, napasnya seperti berhenti. Kemudian saat masker terbuka, dia melihat wajah yang sama sekali berbeda dengan wajah Wirianto Leng. Wajah itu meskipun kelihatan tampan, tapi sama sekali berbeda dengan wajah Wirianto Leng.

Yuliana Jian mengerutkan dahi dan menatap wajah itu untuk waktu yang lama, pada akhirnya menghela napas dan menggelengkan kepala, "Maaf, aku sudah mengganggumu. Aku memang benar salah mengenali orang."

Yuliana Jian sekarang juga merasa yang dia lakukan sangat aneh. Bagaimana bisa hanya karena perkataan yang Hugo Cheng katakan sama dengan pak tua, lalu memutuskan pemilik villa ini adalah Wirianto Leng? Perkataan yang menyuruh wanita mencari pasangan bertanggung jawab, siapapun bisa mengatakannya.

Yuliana Jian mengerutkan dahi dan segera meminta maaf, "Maaf, benar-benar maaf. Aku yang terlalu terburu-buru. Aku langsung pergi sekarang, tidak akan mengganggumu lagi. Maaf!"

Baru saja selesai bicara, Yuliana Jian langsung berlari keluar villa. Sampai pulang ke rumahnya sendiri, dia baru menarik rambut dengan perasaan kesal, merasa dirinya sangatlah bodoh. Dia tidak tahu apakah karena beberapa tahun terakhir ini dia hidup terlalu mudah, atau karena kemarin malam tidak istirahat dengan baik, otaknya jadi agak lemot. Bisa-bisanya dia melakukan perbuatan bodoh seperti itu.

Setelah menghela napas, Yuliana Jian berbaring di atas ranjang dengan tidak berdaya. Tidak lama kemudian, telepon Yuliana Jian berbunyi. Dia segera menjawab telepon, orang yang menelponnya bisa-bisa adalah suara pak tua dari villa tadi, "Kenapa kamu sudah pulang? Aku baru mendapatkan nomor teleponmu dengan kesulitan."

Yuliana Jian mendengar suara pak tua dan tanpa bisa ditahan berkata dengan malu, "Maaf, benar-benar maaf, aku yang terlalu tidak sopan, mengganggu waktu istirahat rumah tuan kalian."

Pak tua tersenyum dan berkata, "Tidak apa-apa, tuan tidak memperhitungkan masalah ini. Tadi dia mencaritahu tentangmu dariku. Ketika mendengar kamu adalah single parent, dia mengetahui kesulitanmu. Dia juga bilang kamu pasti memiliki orang yang kamu rindukan, baru mencari seperti ini. Oh iya, tuan mengundangmu dan putrimu untuk bermain seharian di villa. Bukankah besok adalah hari Sabtu? Apa kamu dan putrimu bisa datang ke sini?"

Yuliana Jian langsung menggelengkan kepala dan berkata, "Bagaimana bisa aku pergi mengganggu kalian. Kelihatannya tubuh tuan kalian tidak terlalu sehat, seharusnya lebih banyak istirahat."

Pak tua menghela napas, "Tuan memiliki masalah batin, tidak dapat sembuh hanya dengan istirahat saja. Tuan muda kecil baru saja dibawa oleh nyonya, dia sangat rindu pada anak kecil. Di sini terlalu tenang, kamu anggap saja membantu tuan, biarkan villa ini lebih ramai sedikit. Mungkin penyakit batin tuan dapat sembuh lebih cepat."

Yuliana Jian mengerutkan dahi, "Tapi ..."

Yuliana Jian ingin bilang sekarang dia ada banyak masalah yang harus dia pikirkan, benar--benar tidak bisa melayani tuan itu. Tapi ketika mendengar perkataan Yuliana Jian, pak tua langsung menghela napas, "Tuan rumah kami benar-benar sangat besar hati. Meskipun dia dikejutkan olehmu sampai penyakitnya bertambah parah, tapi tidak perhitungan pada kesalahanmu, bahkan mengundangmu dengan besar hati. Tidak disangka kamu bahkan tidak menghargainya. Ya sudahlah kalau tidak mau. Aku akan langsung menjawab seperti ini pada tuan, agar tuan dapat ingat, di dunia ini bukan siapapun yang dia bersikap baik akan membalasnya dengan baik juga ...."

Mendengar perkataan pak tua ini, Yuliana Jian sama sekali tidak mempunyai alasan untuk menolak lagi. Yuliana Jian segera berkata, "Karena paman sudah berkata seperti ini, maka aku hanya bisa menyetujui. Hanya saja putriku sangat nakal, takut mengganggu kalian."

Pak tua berkata sambil tersenyum, "Aku justru takut rumah anakmu kurang ramai. Tuanku sangat suka anak yang nakal. Kebetulan, alat mainan anak kecil yang dua hari lalu kamu ungkit, hari ini juga sudah akan dipasang. Besok kamu suruh anakmu coba, lihat enak atau tidak."

Yuliana Jian mengerutkan dahi dan menghela napas, "Baiklah kalau begitu."

Setelah Yuliana Jian menyetujui, pak tua yang ada di ujung sambungan menutup sambungan. Yuliana Jian mengangkat ponsel dan menghela napas kecil, menggelengkan kepala dengan tidak berdaya. Dia sangat menyesal dengan perbuatan tidak sopannya tadi. Dia benar-benar terlalu ceroboh, Wirianto Leng bagaimana mungkin bisa berada di dalam villa itu? Wirianto Leng sama sekali tidak mempunyai alasan untuk berbuat seperti itu 'kan?

Novel Terkait

Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu