Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 337 Ayah yang Baik

Setelah Wirianto Leng mendengar apa yang dikatakan Yuliana Jian, dia pun menepuk Yuliana Jian sambil tersenyum, seolah dia benar-benar sedang membujuk seorang anak agar tertidur sambil berkata: "Lalu bolehkah aku terus membujukmu?"

Yuliana Jian mengangguk ringan, mencondongkan tubuh ke arah Wirianto Leng, dan berbisik, "Tentu saja, kamu bisa berlatih terlebih dahulu, sehingga kamu bisa beradaptasi dengan peranmu sebagai ayah. . "

Mendengar apa yang dikatakan Yuliana Jian, Wirianto Leng mengerutkan sudut mulutnya dan tertawa, mengangkat tangannya dan menepuk Yuliana Jian hingga Yuliana Jian tertidur. Pada hari-hari berikutnya, Wirianto Leng benar-benar kalang kabut memikul tanggung jawab menjadi seorang ayah yang baik. Dari mengganti popok hingga membujuk tidur anak, Wirianto Leng melakukannya dengan perlahan.

Yuliana Jian yang tadinya hanya berkata sambil lalu saja, tidak disangka Wirianto Leng melakukannya dengan sangat serius, dan Yuliana Jian juga sedikit terkejut, ketika selesai menyusui Michelle, lalu menyerahkan anak itu ke Wirianto Leng, Yuliana Jian melihat pose standar Wirianto Leng yang menggendong anak itu dan tidak bisa menahan senyum dan berkata, "Kamu cukup serius juga, sudah benar-benar menjadi ayah yang baik. "

Wirianto Leng mengerutkan kening, menundukkan kepalanya, dan tersenyum tak berdaya: "Aku hanya ingin tahu waktu itu bagaimana kamu mengurus Melly, jika tidak ketika kamu menyebutkan cara membesarkan anak, aku selalu tidak dapat ikut berbicara. "

Yuliana Jian membuka matanya dengan jelas, dan memandang Wirianto Leng dengan kaget: "Jadi kamu punya rencana lain? Kupikir kamu benar-benar suka mengurus anak-anak.. "

Wirianto Leng menggelengkan kepalanya tak berdaya: "Siapa yang bisa suka mengurus anak? Dia tidak akan menaati pengaturanmu sama sekali, dan kamu tidak bisa marah dengannya. Baik Melly dan Melvin sekarang sudah bisa diajak diskusi bersama, tapi si kecil ini, sama sekali tidak bisa diajak negosiasi, ak hanya bisa mematuhinya, hehh ... "

Meskipun Wirianto Leng sangat mencintai Yuliana Jian dan sangat menghormati pendapat Yuliana Jian, tapi Yuliana Jian juga sangat mengerti posisi Wirianto Leng, jadi ketika mengambil suatu keputusan, Wirianto Leng tidak merasa bahwa dirinya tunduk pada Yuliana Jian, mereka saling mengakomodasi, memahami satu sama lain, dan membuat keputusan bersama, tetapi anak yang berada dalam pelukannya sekarang ini, membuat Wirianto Leng merasa bahwa dia benar-benar dipaksa, harus mematuhi perasaan seseorang, situasi ini tidak pernah terjadi dalam kehidupan Wirianto Leng sebelumnya.

Setelah mendengar kata-kata Wirianto Leng, Yuliana Jian tidak bisa menahan senyum, tersenyum dan berkata dengan suara pelan, "Saat ini dia masih belum saatnya yang paling membuat ribut, tunggu sampai dia berumur 1 bulan, maka akan lebih membuat ribut lagi. Sekarang dia hanya makan dan tidur ... "

“Apa?” Wirianto Leng mendengar kata-kata Yuliana Jian, wajahnya langsung kelihatan murung dan mengerutkan kening.

Yuliana Jian melihat ekspresi Wirianto Leng, menyipitkan matanya dan tertawa, dan berkata sambil tersenyum: "Tenang saja, jangan terlalu gugup, kita memiliki pembantu yang bisa bantu mengurusnya, jadi masih mending. Jika kamu merasa terlalu menjengkelkan, sekarang juga sudah bisa mencari seorang pembantu untuk merawat anak-anak, tidak harus melakukan semuanya sendiri. "

Setelah Wirianto Leng mendengarkan apa yang dikatakan Yuliana Jian, dia sedikit bimbang, dia benar-benar tidak suka merawat anak-anak, tetapi Wirianto Leng lalu menggelengkan kepalanya dan berbisik: "Lupakan saja, begitu menggigit gigi juga sudah lewat, hidup berjalan terlalu lancar, kenangan kita akan menjadi sedikit. Aku tidak ingin ketika kita tua nanti, lalu mengingat saat ini sekarang, tidak punya kenangan apa pun. Aku mengurusnya seperti ini, setidaknya kelak kamu bisa menertawakan betapa kikuknya aku ketika aku mengurus anak. "

Yuliana Jian menatap Wirianto Leng dan memicingkan matanya, lalu tertawa kecil, "Sepertinya kamu sudah bersusah payah untuk menciptakan kenangan bagi kita."

Wirianto Leng mengangguk dan bertanya dengan suara rendah, "Ya, bagaimana? Apa ada perasaan terharu?"

Yuliana Jian mengerutkan bibirnya, tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, dan berkata dengan suara rendah, "kalau itu sih tidak ada. Aku hanya penasaran berapa lama kamu akan bertahan."

Wirianto Leng memicingkan mata menatap Yuliana Jian, menurunkan suaranya, dan menjawab dengan suara yang dalam, "Aku akan bertahan sampai tubuhmu pulih."

Yuliana Jian mendengar kata-kata Wirianto Leng, matanya langsung melotot, menatap Wirianto Leng dengan gugup, lalu menunjuk ke bayi kecil di pangkuan Wirianto Leng, berbisik: "Di depan anak, kamu berkata seperti itu, benar-benar ..."

"Yah, aku tidak hanya akan ngomong saja, tetapi juga melakukan ..." Wirianto Leng sambi berkata, segera membungkuk dan mencium bibir Yuliana Jian.

Yuliana Jian takut kalau dia sembarangan bergerak akan menyentuh Michelle yang ada dalam pelukan Wirianto Leng. Yuliana Jian tidak berani bergerak sama sekali, dirinya hanya bisa diam bengong menerima ciuman dari Wirianto Leng, sampai Wirianto Leng menyingkir, Yuliana Jian baru bisa mengambil nafas panjang, melototi Wirianto Leng dengan alis berkerut: "Hati-hati anak… "

Wirianto Leng tersenyum sambil memeluk anak itu dan mengayunnya dengan pelan. Kemudian dia membawanya ke depan Yuliana Jian dan berkata sambil tersenyum: "Anak kita tidur sangat nyenyak, jangan khawatir. Meskipun mengurus dia agak merepotkan, tetapi aku juga sudah melihat anak-anak lain, dia masih termasuk yang tenang, hanya agak suka tidur. "

Yuliana Jian melirik sekilas Michelle, mengerutkan kening, "Jangan-jangan akan menjadi anak kecil yang aneh juga? Melly kita telah menjadi seekor kucing rakus, dan Melvin menjadi anak yang murung dan dewasa sebelum waktunya, sekarang Michelle apa akan menjadi anak yang pemalas yang suka tidur ... "

Ketika Yuliana Jian selesai berbicara, dia segera menepuk mulutnya sendiri dan buru-buru berkata, "Tidak, tidak, tidak boleh ngomong sembarangan. Michelle kita pasti tidak akan menjadi anak yang aneh."

Wirianto Leng tersenyum sambil melirik sekilas Yuliana Jian, dan berkata sambil tersenyum: "Sebenarnya, bukan masalah besar untuk menjadi anak yang aneh, normal itu relatif. Bagi kebanyakan dari mereka, mereka normal untuk beradaptasi dengan masyarakat. Tetapi anak-anakku tidak perlu bersikap normal, kekayaan yang terakumulasi selama bertahun-tahun dapat membuat orang lain beradaptasi dengan mereka. "

Yuliana Jian mendengar kata-kata Wirianto Leng, matanya pun segera melotot dan menggelengkan kepalanya: "Akhirnya aku melihat CEO besar Leng yang arogan lagi! Kalau begitu kamu pikir anak-anak kita sedikit aneh, itu hal yang baik? "

Wirianto Leng tersenyum dan berkata: "Pokoknya bukan hal yang buruk, wataknya agak aneh. Ini menunjukkan bahwa mereka memiliki kekuatan untuk memilih kehidupan yang berbeda. Ketika hidup mereka berbeda dengan orang lain, mereka akan bekerja keras untuk melindungi kehidupan seperti ini. Aku tidak ingin mereka semua menjadi orang baik yang mudah bergaul. Orang baik yang mudah bergaul menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki tuntutan untuk diri mereka sendiri dan orang lain. Jika hanya menjadi seorang penjual biasa atau seorang resepsionis, itu masih merupakan sebuah kelebihan. Tetapi jika melakukan penelitian ilmiah atau manajemen, itu adalah kelemahan. Ketika aku mendengar evaluasi karyawan, yang aku paling benci untuk didengar adalah seseorang yang memiliki kepribadian yang baik dan popularitas yang baik. Aku pikir orang ini haruslah orang yang tidak memiliki kemampuan lain, makanya baru akan menganggap ini sebagai kelebihan. Dulu waktu kamu mengelola perusahaan, bukankah juga begitu? "

Yuliana Jian mengangguk dulu, baru mengerutkan kening, menggelengkan kepalanya, dan berkata dengan senyum masam, "Sekarang ini sku sudah lupa bagaimana aku mengelola perusahaan."

Wirianto Leng memandang ekspresi kesepian di wajah Yuliana Jian, mengerutkan kening, dan bertanya dengan suara rendah: "Jika kamu masih ingin berkarir, tunggu tubuhmu pulih. Aku dapat memberi……"

Yuliana Jian tersenyum dan menggelengkan kepalanya: "Tidak perlu, meskipun aku merasa sangat disayangkan, kadang-kadang aku akan membayangkan jika aku memiliki bisnis, bisnis apa yang akan aku kelola, tetapi ketika aku benar-benar menghadapi bahaya, aku tidak memikirkan karierku, aku hanya memikirkan kamu, memikirkan anak-anak. Aku memikirkan mengapa waktu yang Tuhan berikan kepada aku sangat singkat sehingga aku tidak bisa tinggal bersama kamu untuk sementara waktu lagi, aku tidak bisa memasak untuk anak-anak, aku tidak bisa bersama kalian lebih lama lagi. Sekarang dengan susah payah aku akhirnya bisa bersama kalian, aku tidak ingin ada hal lain yang menunda waktu kita bersama. Selain itu, kita juga tidak kekurangan uang sekarang, karena kita memiliki jaminan materi, lalu mengapa kita tidak bisa saling menyisakan waktu untuk sesama kita? Ada banyak orang yang mati-matian mencari uang untuk bertahan hidup, dan mereka tidak memiliki kesempatan untuk bersama dengan keluarga mereka. Mereka benar-benar tak berdaya. Tetapi kita jelas memiliki persyaratan ini, mengapa kita harus menyerah? Bukankah demikian?"

Melihat Wirianto Leng tersenyum padanya, Yuliana Jian tersenyum dan mengangkat tangannya, menepuk pelan di punggung tangan Wirianto Leng, dan berkata sambil tersenyum: "Dan kurasa kamu saja bisa menyerahkan prestasi karir mereka, untuk menemani kami. Masa aku begini saja sudah menyerah? "

Wirianto Leng memandang Yuliana Jian, mengangguk ringan, mencondongkan tubuh, dan mengecup kening Yuliana Jian dengan pelan. Setelah dicium Yuliana Jian perlahan mulai bisa tersenyum, dan berkata dengan suara pelan, "Tapi ... jika suatu hari kita bosan bersama, sangat mungkin bahwa kita tetap harus menemukan sesuatu untuk dilakukan, kalau tidak akan terlalu membosankan."

Wirianto Leng mengecup pelan kening Yuliana Jian, dan berkata dengan serius, "Jangan khawatir, aku tidak akan jenuh."

Yuliana Jian segera mengangkat kepalanya dan melirik Wirianto Leng, mengangkat alisnya dengan ringan, dan tersenyum berkata, "Ini kamu yang ngomong loh ya. Jangan menyesalinya nanti kalau suatu saat kamu jenuh, kamu harus membayar untuk harga yang mahal, membeli waktu dimana aku harusnya pergi bekerja. "

Wirianto Leng tersenyum dan bertanya, "Berapa harganya kira-kira?"

Yuliana Jian memicingkan matanya sejenak dan menatap Wirianto Leng, tampak serius menilai harga Wirianto Leng. Akhirnya, dia mengangguk dan berkata dengan suara rendah: "Kamu, CEO Leng bukanlah orang biasa, paling tidak kamu harus membayar sekitar ... "

Sebelum Yuliana Jian selesai berbicara, dia mendengar teriakan dari pintu kamar pasien: "Ma, aku membawa kakak untuk menengokmu!"

Kemudian Melly Jian berlari masuk sambil menyeringai, karena Melly Jian berteriak keras, membuat anak di lengan Wirianto Leng terbangun dan menangis. Wirianto Leng segera mengayunkan anak itu dengan pelan, lalu dilihatnya Melly Jian yang pertama-tama berlari dulu ke depan Wirianto Leng sambil tersenyum, tersenyum sambil melihat sekilas wajah kecil Michelle yang mengerut karena menangis , lalu dia pun terkekeh dan berkomentar: "Masih tetap jelek."

Kemudian Melly Jian segera berlari ke depan Yuliana Jian, Michelle yang berada di pelukan Wirianto Leng sepertinya pahami kata-kata Melly Jian, setelah Melly Jian mengomentari penampilannya sebagai "jelek", dia pun menangis semakin kencang. Seluruh kamar pasien dalam sekejap menjadi berisik, Michelle terus menangis, Jian Shuang sedang mengobrol tentang hal-hal menarik yang dia temui di samping Yuliana Jian, akhirnya Melvin Jian yang berjalan perlahan dari luar masuk ke dalam dengan serius bertanya kepada perawat di sebelahnya tentang kondisi fisik Yuliana Jian.

Yuliana Jian melirik Wirianto Leng tanpa daya, maksud pandangan matanya sangat rumit. Tetapi Wirianto Leng dapat melihat apa yang ingin dikatakan oleh Yuliana Jian, dia hanya ingin bertanya kepadanya: "Apakah benar baik membesarkan anak-anak aneh seperti ini?"

Novel Terkait

Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu