Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 357 Memanggang Kentang

Yuliana Jian memandangi ekspresi puas dari Wirianto Leng, tidak bisa tidak menggelengkan kepalanya, dan menghela nafas: "Dasar laki-laki, mengapa kebanggaan kalian itu semuanya dari tubuh bagian bawah?"

Wirianto Leng tertawa, tadinya dia ingin memberi tahu Yuliana Jian, mengapa nada bicaranya terasa seperti dia telah bersama dengan banyak pria, tetapi ketika Wirianto Leng memikirkan kalimat ini, dia langsung teringat pada August Leng yang kadang-kadang membuatnya teringat, dan ingin menikam tubuhnya beberapa kali itu, Wirianto Leng pun menunduk dan memeluk Yuliana Jian erat-erat sambil tersenyum dan berkata, "Kenapa kamu selalu berbicara omong kosong."

Yuliana Jian tersenyum dan berkata, "Lagian kita sudah melewati sehari ini dengan cukup gila-gilaan, tapi ..."

Setelah selesai mengatakan itu, Yuliana Jian menoleh untuk melihat Wirianto Leng dan tersenyum dan berkata, "Tapi itu juga cukup menarik. Sudah lama tidak hidup tidak terkendali seperti ini. Akhir-akhir ini aku selalu memikirkan sesuatu yang aneh-aneh, apakah itu membuat kamu merasa jengkel? "

Wirianto Leng menggelengkan kepalanya dan berkata sambil tersenyum: "Tidak, aku bisa bersama kamu dan melakukan apa saja, aku merasa sangat bahagia."

Yuliana Jian tersenyum dan bersandar pada lengan Wirianto Leng, dan berkata dengan suara pelan: "Kamu bisa berkata seperti itu, aku benar-benar bahagia, membuat aku merasa seperti kita adalah pasangan yang dibuat di surga."

Wirianto Leng menundukkan kepalanya dan mengecup kening Yuliana Jian dengan pelan, dan berkata sambil tersenyum: "Kita memang pasangan yang dibuat di surga."

Yuliana Jian tertawa terbahak-bahak, mengangkat kepalanya menatap Wirianto Leng dan berkata dengan tak berdaya: "Hei ... Tuan Wirianto Leng, apakah kita harus hidup dengan muka tebal seperti ini? Kenapa kata-kata seperti ini pun berani diucapkan? "

"Apa yang aku katakan itu benar. Jika bukan karena kamu, aku tidak bisa memikirkan bagaimana aku akan hidup sekarang." Wirianto Leng menyipitkan matanya dan berkata dengan suara yang dalam, "Tanpa kamu, aku tidak akan berpikir ingin menyingkirkan belenggu keluarga, mungkin akan memilih menikah untuk politik, menikahi seorang istri yang bahkan tidak aku ingat wajahnya, dan memiliki beberapa anak yang menerusi gen aku, tetapi yang tidak memiliki perasaan untukku. Dengan cara ini aku mungkin bisa lebih bebas dan mudah, bahkan jika seseorang menculik mereka untuk mengancam aku, aku tidak akan takut pada apa pun, biarkan saja mereka mengancam, jika sudah tidak ada bisa cari lagi. Karierku juga mungkin lebih besar dari sekarang, tetapi juga harus menghadapi cacing-cacing Keluarga Leng, aku masih harus memelihara mereka dan mempertahankan kemewahan dari apa yang disebut keluarga besar. Tapi siapa aku sebenarnya, aku mungkin tidak akan pernah tahu. Apa itu kesedihan, apa itu kebahagiaan, aku tidak akan pernah tahu. Aku akan terus berada dalam kegelapan, tidak bisa melihat cahaya, dan tidak tahu bagaimana rasanya hidup di bawah sinar matahari. "

Yuliana Jian tersenyum dan menatap Wirianto Leng, dan bertanya dengan suara rendah, "Apakah kamu sudah tahu siapa kamu sekarang?"

Wirianto Leng mengangkat sudut bibirnya sedikit dan mengangguk sambil tersenyum: "Tentu saja, aku tahu siapa aku sekarang, aku adalah suami Yuliana Jian, Ayah dari Melvin Jian, Melly Jian dan Michelle, mungkin kelak akan menjadi kakek dari seseorang di masa depan. Kalau dipikir-pikir, panggilanku ternyata tidak sedikit loh. "

Setelah mendengarkan kata-kata Wirianto Leng, Yuliana Jian tidak bisa menahan tawa: "Pikiranmu sungguh jauh, bahkan sudah berpikir sampai menjadi kakek? Tuhanku, memikirkannya saja sudah begitu mengerikan. Melly dan Melvin kita sepuluh tahun lagi sudah akan menjadi orang dewasa. Mungkin ada satu saja yang nakal, akan benar-benar membawa cucu untuk kita. Lalu, aku akan menjadi lebih tua satu generasi lagi. Aku merasa wajahku sudah banyak keriput, merasa diri ini sudah sangat tua. "

Wirianto Leng tersenyum dan memeluk Yuliana Jian, berbisik, "Jangan khawatir, aku akan menjadi tua denganmu, dan kemudian aku akan tetap memperlakukan kamu seperti anak kecil. Selama ada aku, akan ada yang menyayangimu layaknya kamu seperti anak kecil. "

"Kata-kata ini sungguh menjijikkan," Yuliana Jian mengerutkan hidungnya dengan ekspresi jijik, lalu tersenyum dan berkata, "Tapi aku suka itu, aku hanya suka dimanja seperti begini oleh orang."

Setelah mengatakan itu, Yuliana Jian bersandar di dada Wirianto Leng dan berkata sambil tersenyum: "Kalau begitu aku yang dimanjakan ini, akan tidur, kamu harus memelukku erat-erat. "

Tepat setelah Yuliana Jian selesai mengatakan kalimat ini, Wirianto Leng segera memeluk Yuliana Jian dan berkata sambil tersenyum: "Oke ... sudah ku peluk erat ..."

Yuliana Jian bersembunyi di pangkuan Wirianto Leng dan tersenyum, lalu menutup matanya. Meskipun Yuliana Jian banyak tidur sepanjang hari, ketika dia memejamkan mata dan siap untuk tidur, tetap saja dia tertidur sangat cepat, dia tidur sangat nyenyak malam itu, tidak memimpikan apa pun, hanya merasa lega dan bahagia. Ketika Yuliana Jian bangun, Yuliana Jian masih memiliki senyum di wajahnya. Yuliana Jian mengangkat tangannya dan membelai pipinya, berbisik pada dirinya sendiri, "Apanya yang salah? Bagaimana bisa terus tersenyum setelah tertidur?"

Tapi Yuliana Jian tidak membuang senyum di wajahnya, tetapi malah meregangkan badannya. Ketika Yuliana Jian sudah benar-benar terjaga, dia melihat bahwa Wirianto Leng tidak ada di rumah. Yuliana Jian mengerutkan kening dan segera berbalik untuk melihat ke luar jendela, dilihatnya Wirianto Leng yang sedang memotong kayu di luar jendela.

Yuliana Jian tidak bisa menahan tawa, dan tanpa sadar teringat adegan dia dan Wirianto Leng mencari kerang pantai. Yuliana Jian tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Sepertinya CEO Besar Leng ku tidak hanya ingin menjadi nelayan, tetapi juga sangat tertarik menjadi petani."

Selesai berkata, Yuliana Jian tersenyum dan bangkit. Baru saja menegakkan tubuh, Yuliana Jian melihat pakaian yang diletakkan di sebelahnya. Yuliana Jian mengambil pakaian yang diletakkan di samping dan tertawa ringan: "Tidak disangka pakaianku akan dikirimkan begitu cepat."

Setelah Yuliana Jian selesai berbicara, dia mengenakan pakaiannya. Pakaiannya sama seperti sebelumnya, hanya sweater tebal dan celana jeans. Setelah Yuliana Jian mengenakan pakaian itu, dia segera berjalan keluar rumah. Baru saja melangkah keluar dari pintu, Yuliana Jian menarik napas dalam-dalam dan tersenyum dan berkata, "Udara dingin ini baunya sangat enak."

Wirianto Leng, yang sedang memotong kayu, segera melambaikan tangannya, berjalan menghampiri Yuliana Jian, dan mendorong Yuliana Jian kembali ke rumah kayu. Wirianto Leng dengan wajah serius mengerutkan keningnya dan berkata dengan suara yang dalam, "Mengapa kamu keluar? Ini adalah Kutub Utara, pakai baju begitu sedikit, kamu tidak takut kedinginan lalu kena flu?"

Yuliana Jian tersenyum dan berdiri di dekat pintu: "Barusan keluar malah tidak merasakan apa-apa. Gara-gara mendengar kamu berkata begitu, aku baru merasa kedinginan. Kalau begitu aku akan kembali dan mengenakan jaket bulu."

Yuliana Jian mundur kembali ke rumah sambil berbicara, lalu dia mengenakan jaket dan sepatu kapas, membungkus dirinya seperti bola kapas, baru berjalan keluar. Dia menggerakkan dirinya ke samping Wirianto Leng, dengan tangan terlipat seperti bebek, dia tersenyum dan bertanya pada Wirianto Leng: "Bagaimana? Penampilanku sekarang sudah bolehkah? Apakah itu memuaskan kamu?"

Wirianto Leng mengangkat tangannya untuk membenarkan selendang Yuliana Jian dengan erat, tersenyum dan mengangguk: "Itu baru benar."

Yuliana Jian tersenyum dan berkata, "Tapi berjalan seperti ini sangat melelahkan. Aku seperti bola. Ketika aku hamil pun tidak merepotkan seperti sekarang."

Wirianto Leng tersenyum dan menoleh untuk melihat Yuliana Jian, dan berbisik, "Tapi ini sangat comel."

“Comelkah?” Yuliana Jian mengangkat tangannya dan mengusap pipinya, dan berkata sambil tersenyum, “Jika Kamu berpikir itu lucu, maka aku akan memakai seperti gini ketika kembali nanti. Hei, kamu memotong kayu untuk apa? Ada peralatan memasak di dalamnya. Ngapain kamu motong kayu? "

Wirianto Leng tersenyum dan berkata, "Aku ingin membuatkanmu sesuatu untuk dimakan."

Yuliana Jian mengerutkan kening dan bertanya dengan curiga, "Apa? Hidangan besar apa yang layak bagi CEO Besar Leng untuk memotong kayu bakar sepagi gini, secapek ini?"

Wirianto Leng berhenti, menoleh untuk melihat Yuliana Jian, tersenyum dan berkata, "Kamu bisa tebak ..."

Yuliana Jian mengerjapkan matanya, lalu menggelengkan kepalanya, mengerutkan kening dan berkata, "Aku tidak bisa tebak, aku tidak bisa memikirkan hidangan apa pun yang sepadan sehingga kamu harus secapek ini."

Wirianto Leng mengerutkan ujung mulutnya dan mengucapkan beberapa kata dengan pelan. Yuliana Jian segera mengerutkan kening dan bertanya, "Apa ... apa? Apa yang kamu katakan? Kenapa aku tidak mendengarnya?"

Wirianto Leng menoleh sedikit dengan malu-malu, melihat kembali Yuliana Jian, dan berbisik, "Kentang panggang."

Yuliana Jian mengerutkan kening, matanya melebar: "CEO Leng, kamu begitu susah payah hanya untuk memanggang kentang? Kenapa?"

Wirianto Leng bersandar pada kapak dan tersenyum sambil memandang Yuliana Jian: "Tadi malam sebelum tidur aku berpikir, hari ini mau masak apa untuk kamu makan. Aku memikirkannya untuk waktu yang lama. Tetapi ketika setengah tertidur dan setengah terjaga, tiba-tiba aku bermimpi ketika masih kecil dulu. Ketika aku masih anak-anak, keluargaku sangat ketat. Meskipun ada beberapa teman bermain untuk bermain bersama, tetapi aku tidak bisa menyentuh hiburan anak-anak di luar. Suatu hari, aku juga sudah lupa anak itu, dia membawa kentang panggang. Aku tidak pernah mencicipi rasanya. Dibandingkan dengan makanan yang dibuat oleh koki, kentang panggang yang dibawanya terlihat sangat kasar. Ketika aku memakannya, masih terasa ada pasir di kulitnya. Tapi itu sangat manis. Aku tiba-tiba mengingat rasa itu tadi malam dan ingin membuatnya untuk kamu. "

Yuliana Jian tersenyum dan menggelengkan kepalanya, menatap Wirianto Leng dan tersenyum berkata, "CEO Leng, apa kamu ketahui keadaan kamu sekarang seperti apa?"

Wirianto Leng tersenyum dan melihat ke arah Yuliana Jian: "Seperti apa?"

Yuliana Jian tersenyum dan berkata: "Kamu seperti seorang pensiunan veteran yang mengenang tentang makanan ringan yang dia miliki ketika dia masih kecil. Hei, perjalanan kita ini telah membangkitkan kenangan masa kecil kamu. "

Wirianto Leng yang mendengar Yuliana Jian mengatakan ini pun tidak bisa menahan tawa: "Ya, secara logis, tidak ada yang perlu diingat tentang masa kecilku. Aku tidak tahu mengapa, bagaimana bisa tiba-tiba teringat kejadian ini. "

Ketika Yuliana Jian mendengar kata-kata Wirianto Leng dan memikirkan apa yang disebut masa kecil Wirianto Leng, tanpa sadar mengerutkan keningnya. Meskipun Yuliana Jian segera mengangkat alisnya dan berkata sambil tersenyum: "Kalau begitu, tolong CEO Leng panggangkan untuk aku beberapa kentang panggang untuk ku cicipi. Aku juga ingat, aku sepertinya pernah memakannya dengan cara yang sama ketika masih kecil, tetapi tidak dibawa oleh anak-anak kepada saya. Ketika aku sekolah, aku membelinya di sisi jalan, begitu musim dingin, di sisi jalan akan ada banyak yang menjual ubi jalar panggang dan kentang panggang gitu. Di luar terlihat dingin, tetapi hanya kios mereka yang mengeluarkan uap panas, anak-anak yang mengelilingi di luar, menunggu kentang panggang selesai dipanggang, dan kemudian memegang kentang panggang di tangan mereka, dan mengigitnya sedikit demi sedikit. "

Novel Terkait

 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu