Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 319 Satu keluarga berkumpul

Yuliana Jian mendongkak untuk menatap Wirianto Leng lalu dia tersenyum dan berkata: "Kita bisa seperti ini benar-benar sangat baik."

Yuliana Jian berkata sambil memeluk Wirianto Leng dengan erat. Meskipun Yuliana Jian tidak pandai membuat kudapan manis dan spagheti, tapi Yuliana Jian sangat serius, meskipun menghabisakan banyak waktu, tapi dia tetap belajar dengan baik.

Ketika kue buatannya keluar dari dalam oven, dengan hati-hati Yuliana Jian memindahkan kue ke dalam kotak kue, lalu dia meletakkan spagheti yang sudah matang ke dalam kotak makan dan memasukkannya ke dalam tas kain. Setelah itu, Yuliana Jian meletakkan kotak kue di atas kotak makan siang, lalu dia mengeluarkan jus jeruk yang sudah dia peras, dan dengan hati-hati memasukkannya ke dalam tas kain.

Setelah Yuliana Jian memasukkan semuanya, dia menenteng tas kain itu. Karena ada begitu banyak barang yang di masukkan ke dalam tas kain itu, jadi barang-barang memenuhi tas kain itu, tapi tas kecil itu sangat kokoh. Yuliana Jian menggoyangkan tas kecil itu dengan lembut, setelah melihat tidak ada sup yang keluar, Yuliana Jian menghela nafas lega, lalu dia berteriak dengan keras: "Ace ... ayo sini ... bawa talimu, kita akan keluar rumah. "

Anak anjing yang sudah sepenuhnya terbiasa dengan namanya, langsung berlari menghampiri Yuliana dan berputar di sekitar kaki Yuliana Jian ketika mendengar Yuliana Jian memanggilnya. Setelah berputar satu putaran, dia mengangkat kepalanya dengan bersemangat.

Wirianto Leng tersenyum dan menyerahkan tali kekang anjing kepada Yuliana Jian. Yuliana Jian mengambil tali itu lalu dengan hati-hati memakaikannya ke leher anak anjing itu. Sambil memakaikan tali dia bergumam dengan suara rendah: "Ace ,hari ini ibu akan membawamu bertemu dengan dua orang. Kamu jangan terlalu gugup atau merasa takut. Mereka adalah anak-anak ibu, dan mereka adalah abang dan kakakmu ..."

"Ehem..." Wirianto Leng yang berdiri di samping berdeham lalu dia berkata dengan suara berat, "Aku tidak suka kamu menggambarkan hubungan kita seperti itu."

Yuliana Jian mengangkat kepalanya menatap Wirianto Leng, tadinya dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi akhirnya dia menarik napas dalam-dalam, lalu menundukkan kepalanya, dan dengan hati-hati mengikat tali kekang anjing. Sebenarnya Yuliana Jian bukan sepenuhnya berpesan pada anak anjing di depannya, tetapi dia juga mengatakannya kepada dirinya sendiri agar dia tidak terlalu gugup. Melihat kegugupan di wajah Yuliana Jian, Wirianto Leng mengangkat tangannya membelai kepala Yuliana Jian, lalu dia berkata sambil tersenyum, "Jangan terlalu gugup, ini adalah hal yang sangat wajar, kita pergi lihat-lihat di depan pintu rumah dulu. Kalau kamu mau masuk, kita baru masuk kedalam, tidak perlu memaksakan diri. "

Yuliana Jian mengatupkan bibirnya dengan erat, setelah itu dia mengangguk dengan kuat, lalu mengangkat kepalanya dan menatap Wirianto Leng. Setelah mengambil napas dalam-dalam, dia menundukkan kepalanya, dan berkata kepada anak anjing itu, "Sudah, ayo kita pergi."

Anak anjing itu segera berlari ke arah pintu dengan gembira, sebelah tangan Yuliana Jian mengenggam tali kekang anjing itu, tangannya yang satu lagi menenteng tas kain, ketika dia baru berdiri, dia diseret oleh anak anjing itu dan hampir tidak berdiri dengan stabil. Wirianto Leng langsung mengenggam Yuliana Jian dan berkata dengan khawatir: "Berikan makanannya kepadaku."

Yuliana Jian segera menggelengkan kepalanya, lalu dia berkata dengan suara rendah, "Tidak, aku harus menenteng sendiri makanan ini. Semua ini aku buat dengan susah payah, dengan tidak mudah aku berhasil membuatnya, kalau aku tidak membawakannya untuk mereka bukankah kerja kerasku sia-sia? "

Selesai berbicara, Yuliana Jian menggigit bibir bawahnya seolah-olah dia telah mengumpulkan segenap keberanian sebelum melangkah keluar dari pintu rumah. Setelah Yuliana Jian berjalan keluar dari pintu rumah, Wirianto Leng yang mengikuti di belakang Yuliana Jian juga berjalan keluar. Dia berjalan di belakang Yuliana Jian lalu memakaikan syal di leher Yuliana Jian sambil berkata dengan lembut: "Hari ini turun salju, jangan sampai masuk angin."

Yuliana Jian mengangguk lalu berjalan masuk ke dalam lift. Berbeda dengan anak anjing yang mengitari Yuliana Jian dengan gembira, Yuliana Jian terus menundukkan kepalanya, dia terlihat murung dan gugup. Wirianto Leng yang berdiri di samping Yuliana Jian, dengan lembut memegang tangan Yuliana Jian yang sedang memegang tali kekang anjing, tangan Yuliana sangat dingin, dan bahkan sedikit gemetar.

Wirianto Leng tidak tahu apakah kali ini Yuliana benar-benar akan masuk kedalam rumah, atau tiba-tiba berteriak di suatu jalan, lalu menghentikan mobil dan bergegas pergi, tapi mungkin juga kali ini akan lebih baik dari pada sebelumnya, mungkin dia bisa mendekati rumah mereka sekali dan bisa melihat pintu rumah mereka. Tetapi tidak peduli apakah kali ini Yuliana Jian benar-benar bisa berjalan melewati pintu rumah, Wirianto Leng tidak akan merasa kecewa. Dia tahu seberapa besar usaha Yuliana Jian untuk mendekati rumah itu.

Tetapi rasa bersalah di hati Yuliana Jian menjeratnya dengan erat. Kalau orang lain, Wirianto Leng mungkin tidak akan mengerti kenapa seseorang bisa merasa sangat bersalah, bagaimana sesuatu yang terjadi di masa lalu bisa membuat seseorang merasa sangat bersalah hingga membuatnya merasa dirinya tidak layak bahagia dan tidak pantas memeluk anaknya. Meskipun mengerahkan begitu banyak usaha dan menebus sebanyak apa pun, hanya bisa membuatnya mengambil satu langkah kecil ke depan.

Tetapi ketika orang ini adalah Yuliana Jian, Wirianto Leng paham dengan perasaannya, dia sangat jarang merasa bersalah atas apa yang telah dia lakukan, tetapi dia benar-benar bisa merasakan perasaan Yuliana Jian seolah-olah dia adalah Yuliana Jian.

Ketika lift berhenti, Yuliana Jian menatap nomor lantai yang tertera di layar, setelah itu dia mengambil napas dalam-dalam, dan berjalan keluar. Setibanya di luar, angin dingin bertiup ke arahnya, Yuliana Jian mengenggam tali kekang anjing lalu segera memeluk tas kain itu di dalam pelukannya.

“Aku ... kenapa aku memilih cuaca yang paling buruk?” Yuliana Jian mengerutkan kening sambil memeluk tas kain itu, dia terlihat kesal karena dia memilih cuaca yang sangat buruk.

Wirianto Leng memegang Yuliana Jian sambil tersenyum, lalu dia berkata dengan lembut: "Meskipun cuacanya tidak baik, tapi mungkin saja ini adalah waktu paling baik?"

Yuliana Jian mengatupkan bibirnya dengan erat, dia mendongkak menatap Wirianto Leng lalu mengambil napas dalam-dalam, dan berdiri diam di tempat. Saat ini, salju sedang berjatuhan. Mungkin itu karena Yuliana Jian terlalu gugup, jadi dia gugup hingga sekujur tubuhnya kedinginan. Ketika salju jatuh di wajah Yuliana Jian, salju itu masih belum mencair. Wirianto Leng mengangkat tangannya lalu dengan lembut menyeka butiran salju dari wajah Yuliana Jian. Setelah itu dia tersenyum dan berkata, "Apakah kita masih akan maju kedepan?"

Yuliana Jian benar-benar tidak ingin melanjutkan melangkahkan kakinya. Ada banyak hal di dunia ini yang membuat Yuliana Jian takut, tetapi dia tidak menyangka ada suatu hari dia akan paling takut kepada anak-anaknya. Dia takut melihat mereka lalu menyentuh mereka dengan tangannya, dia takut jika suatu hari anaknya tahu segalanya mereka akan jijik dan membencinya lalu tidak menginginkan ibu seperti dia.

Kalau harus menghadapi semua ini, mungkin melarikan diri adalah cara yang terbaik. Benar, kenapa dia tidak melarikan diri? Kalau melangkah mundur, dia bisa kembali menjalani kehidupan yang sebelumnya, bersama dengan pria yang sangat toleran terhadapnya dan memelihara anjing bersamanya, lalu menjalani kehidupan yang sederhana. Dia tidak perlu menghadapi badai dan hujan atau menghadapi hal-hal yang tidak disukainya.

Tapi...

Yuliana Jian menatap tas kain di tangannya sambil mengerutkan keningnya. Tapi, dengan tidak mudahnya dia berhasil membuat spagheti dan kue yang lezat, Yuliana Jian sangat takut kalau dia mundur, lain kali dia tidak akan seberuntung ini. Yuliana Jian tidak tahu apa yang diandalkan orang lain dalam memasak, tapi dia mengandalkan keberuntungan. Dia memerlukan banyak keberuntungan untuk membuat kue yang lezat. Kalau tidak menaruh terlalu banyak tepung maka dia akan menaruh terlalu banyak telur, dan rasanya sangat aneh.

Yuliana Jian memeluk tas kain sambil menatap Wirianto Leng, setelah itu dia menundukkan kepalanya dan mengangguk dengan penuh semangat, dia menggigit bibirnya, dan berkata dengan merendahkan suaranya: "Tidak ... aku bisa, aku ingin masuk ke dalam mobil, aku ingin pulang ke rumah. "

Wirianto Leng menunduk menatap Yuliana Jian, lalu dia tersenyum dan mengangkat tangannya untuk melindungi kepala Yuliana Jian, agar tidak terlalu banyak salju yang mengenai kepalanya. Setelah itu Wirianto Leng berjalan ke mobil,dan membukakan pintu, sambil tersenyum kepada Yuliana Jian lalu dia berkata, "Hmm, masuk ke dalam mobil."

Yuliana Jian melihat ke dalam mobil, dia mengatupkan bibir dengan erat, lalu mengangguk, dan berkata kepada anak anjingnya: "Masuk ke dalam mobil."

Anak anjing yang sudah terbiasa mengikuti instruksi Yuliana Jian, segera melompat ke dalam mobil, dan menarik Yuliana Jian segera masuk ke dalam mobil. Setelah masuk ke dalam mobil, Yuliana Jian memeluk tas kain di pelukannya, dia mengatupkan bibir, dan duduk dengan gugup di kursi belakang mobil. Wirianto Leng duduk di kursi pengemudi, setelah melirik Yuliana Jian sebentar, dia menyalakan mobil sambil tersenyum.

Yuliana Jian memejamkan matanya sebentar lalu dia menoleh untuk melihat ke luar mobil. Yuliana Jian sangat familer dengan pemandangan di luar, dia bahkan bisa memperkirakan berapa kilometer lagi dia bisa melihat villa yang pernah ditempatinya dulu. Yuliana Jian juga ingat jalan yang baru saja dilaluinya, adalah jalan dimana dia meminta Wirianto Leng untuk putar balik dan segera pulang.

Yuliana Jian memeluk tas kain itu dengan erat, aroma harum dan manis kue yang baru keluar dari dalam oven yang tercium dari dalam tas kain seakan menenangkannya, dan meyuruhnya bertahan dan terus berusaha, mungkin dia benar-benar bisa pulang.

Yuliana Jian menarik napas dalam-dalam, hujan salju diluar turun semakin lebat, dan menerpa kaca jendela mobil, suara yang terus terdengar seolah-olah ingin mengagalkan Yuliana Jian pulang ke rumah.

“Apakah turun hujan es?”Yuliana Jian bertanya dengan suara rendah.

Wirianto Leng tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Tidak ... Hanya saja hujan saljunya agak lebat dan butiran saljunya sedikit berat. Kamu tenang saja, tidak ada apa-apa."

“Kita belum pernah bersama-sama melihat hujan salju selebat ini ,” Yuliana Jian berkata dengan suara rendah.

Mendengar kata-kata Yuliana Jian, Wirianto Leng mengerutkan keningnya dengan perlahan, dia tahu apa maksud Yuliana Jian. Maksud Yuliana Jian mereka sekeluarga belum pernah bersama-sama melihat hujan salju selebat ini . Benar, waktu yang keluarga mereka habiskan bersama sangat singkat. Musim dingin yang mereka lalui bersama bisa dihitung jari. Mana mungkin bisa mengalami hujan salju lebat bersama-sama?

Wirianto Leng langsung tertawa: "Mungkin setelah salju berhenti, kita bisa membuat manusia salju bersama-sama. Melly sudah jauh lebih tinggi dari pada sebelumnya. Jelas-jelas dia adalah adik, tetapi dia lebih tinggi daripada Melvin."

“Anak perempuan tumbuh tinggi lebih cepat.” Yuliana Jian mengerutkan sudut bibirnya lalu dia berkata dengan suara rendah, “Ketika aku masih kecil, anak perempuan lebih tinggi, tetapi ketika aku SMP, anak laki-laki tiba-tiba terlihat seperti rebung yang tumbuh. Sebelumnya, kami bisa bermain bola basket bersama, tapi kemudian lapangan bola basket menjadi dunia anak laki-laki. "

Wirianto Leng tersenyum dan berkata: "Benar, kamu harus memberi tahukan hal ini kepada Melvin. Meskipun dia terlihat cuek, tapi aku rasa dia sangat peduli dengan hal ini. Bagi seorang pria tinggi badan adalah gerbang kehidupannya. "

Meskipun Wirianto Leng tidak pernah pulang, dia masih memperhatikan pertumbuhan kedua anaknya dan tahu bagaimana perubahan mereka sekarang. Setiap kali Yuliana Jian memutuskan untuk pulang, Wirianto Leng akan membahas soal anak-anak, untuk mencoba menenangkan Yuliana Jian.

Novel Terkait

Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu