Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 153 Cuman Mau Sedikit

Odelia Ye melihat Yuliana Jian dan langsung berkata: “CEO Leng sungguh sangat suka denganmu.”

Yuliana Jian menatap Odelia Ye dan tertawa: “Aku juga sangat mencintai dia, tapi cinta akan habis diasah suatu hari. Dia sudah menikah dan punya anak, masih bilang suka apanya denganku? Sekarang Mellyku masih tidak tahu siapa ayahnya, anakku yang satu lagi, bahkan aku……”

Berkata sampai di sini, air mata Yuliana Jian langsung menetes, tidak tahan dan menangis, dia berkata dengan mengisak-isak: “Bahkan aku tidak bisa menemukan mayatnya, ayahku juga meninggal di tengah perebutan kekuasaan Keluarga Leng. Adikku juga, walaupun dia terkena akibat sendiri, tapi kalau aku tidak menyukai Wirianto Leng, sekarang dia cuman adalah orang menyebalkan yang angkuh dan bertindak semaunya saja. Sudah cukup, sebelum aku berpisah dengan dia, dia selalu bilang denganku harus kuat. Aku sudah cukup kuat, sekarang aku masih hidup, tidak bunuh diri, ini sudah merupakan hal paling kuat. Namun aku bisa bertahan, tapi kasih sayang sudah tidak bisa bertahan. Kamu teruskan padanya, aku mau memutus hubungan dengannya.”

Odelia Ye langsung berdiri dan melihat Yuliana Jian dengan melotot: “Yuliana, kamu……”

Sebenarnya Odelia Ye mau mengatakan sesuatu, tapi dia melihat dengan mata sendiri bagaimana Yuliana Jian berjuang sampai sekarang, semua perkataan menasihati sudah tidak bisa terucapkan. Odelia Ye berpikir dari posisi Yuliana Jian, kalau dia adalah Yuliana Jian, mungkin dirinya sudah menyerah sejak awal.

Yuliana Jian mengambil nafas dalam, memejamkan mata dengan kuat dan berkata sambil tersenyum: “Bilang dengan dia, aku masih berterima kasih dengannya, terima kasih sudah membawakan Melly padaku. Beritahu dia, tidak peduli apa rencananya, aku tidak sekuat itu. Kalau sungguh mau melindungi aku dan Melly, benar-benar lepaskanlah, biarkan aku dan Melly bisa meneruskan kehidupan kami. Biarkan aku punya kesempatan untuk mencintai pria lain, agar Melly ada seorang Ayah yang benar-benar bisa menemani dia. Tapi bukan terus menunggu dia balik badan dan melihat kami, bukan pria yang selalu menyuliti kami dan malah bilang melindungi kami.”

“Apa lagi yang mau dibicarakan ya?” Yuliana Jian membuka mata, menghela nafas dan berkata sambil tersenyum: “Oh, masih ada, kalau yang waktu itu dia pilih bukan cara melindungi seperti ini, tapi meninggalkan aku di sisinya dan membiarkan aku berjuang bersamanya. Bahkan kalau aku mati, mungkin pandangan terakhir aku masih melihat dia, hatiku masih mencintai dia. Aku mungkin bisa terluka, bisa mati, tapi cintaku padanya tidak akan menghilang. Aku lebih memilih mati bersamanya, juga tidak mau hidup dan menderita seperti ini. Sayangnya, tidak ada kata jika.”

Odelia Ye mengerutkan dahi, mengecap bibir dan menatap Yuliana Jian: “Kamu sudah yakin?”

Yuliana Jian mengangguk dan berkata sambil tersenyum: “Aku tidak pernah seyakin ini, Odelia Ye, sampai jumpa.”

Mendengar perkataan Yuliana Jian, Odelia Ye merasa sedih dan tidak berdaya. Dia mengambil bajunya, menoleh ke Yuliana Jian dan tersenyum: “Semoga bisa bertemu kamu lagi.”

Yuliana Jian berkata sambil tersenyum: “Jaga dirimu.”

Mendengar suara Odelia Ye menutup pintu, Yuliana Jian duduk di sofa, menyimpan kembali senyumannya dan berkata dengan suara pelan: “Maaf, aku sama sekali tidak kuat.”

Berkata sampai di sini, Yuliana Jian memejamkan mata, air mata langsung menetes dari sudut mata Yuliana Jian.

Odelia Ye pertama kali bertemu Wirianto Leng, CEO Leng yang ada di dalam legenda itu hanya pernah menelepon dia, atau kadang-kadang dia melihat wajah CEO Leng dari televisi.

Pertama kali melihat Wirianto Leng, Odelia Ye langsung merasa ngeri, benar-benar merasa takut. Di tubuh pria ini ada aura mengerikan, membuat dia merasa takut.

“Perkataan-perkataan itu, dia yang bilang semua?” tanya Wirianto Leng dengan suara rendah.

Suara dia datar, tidak terdengar ada emosi apapun. Odelia Ye langsung mengangguk: “Iya, dia yang bilang.”

Wirianto Leng mengecap bibir dengan kuat, lalu menghela nafas dengan gemetaran: “Oke, aku buatkan identitas baru untukmu, kamu keluar negeri saja.”

Odelia Ye mengerutkan dahi dan menatap Wirianto Leng, setelah ragu sebentar, dia baru bertanya: “CEO Leng, Anda tidak mau menyuruh aku terus melindungi Yuliana……oh bukan, Nona Yuli?”

Wirianto Leng menggeleng-geleng kepala: “Tidak perlu, dia tidak ada ancaman apa-apa. Tidak akan ada orang yang melukai dia lagi……dia sungguh bodoh, sampai……”

Berkata sampai di sini, Wirianto Leng mengangkat tangan dan memegang dadanya, berkata dengan suara pelan yang hanya bisa didengar dirinya: “Sampai sekarang baru menyadari, sebenarnya ancaman terbesar dia, adalah aku kan? Karena aku mencintai dia, dia juga mencintai aku, baru membuat satu sama lain menjadi ancaman terbesar masing-masing!”

Wirianto Leng mengambil nafas, mengangkat kepala dan melihat ke Odelia Ye: “Sebelum kamu pergi, biarkan aku melihat anak itu……anak perempuan yang bernama Melly Jian itu, hari ini dia mengatakan nama itu, anak……”

Berkata sampai di sini, Wirianto Leng menggerakkan bibir dan menutup mulut. Dia tidak tahu, dia masih tidak pantas menyebut anak perempuan yang bernama Melly Jian itu sebagai “anak”.

Odelia Ye mengangguk: “Oke, aku bisa bilang dengan Yuliana Jian mau bawa Melly Jian main ke taman, dia tidak akan menolak.”

Wirianto Leng mengangguk, menurunkan kelopak mata dan berkata dengan bengong: “Lebih berhati-hati, jangan sampai ketahuan orang. Lebih baik tidak bertemu, juga tidak mau ketahuan orang lain aku pergi menemui anak itu.”

Odelia Ye mengangguk dan keluar. Wirianto Leng duduk di kursi, saat itu cuaca sudah menjadi hangat, cahaya matahari yang hangat masuk dari jendela, tapi Wirianto Leng malah merasa dirinya perlahan-lahan menjadi dingin seperti mati.

Karena Odelia Ye minta untuk membawa Melly Jian pergi bermain untuk terakhir kalinya, Yuliana Jian langsung mengizinkan, dia masih memiliki kepercayaan dengan Odelia Ye. Kalau bukan karena Odelia Ye yang waktu itu, sangat mungkin dia dan Melly Jian sudah meninggal sejak awal.

Odelia Ye membawa Melly Jian ke kursi panjang di sudut taman, lalu berkata sambil tersenyum: “Melly, kamu duduk diam, Ibu Odel belikan gula kapas untuk kamu.”

Sebenarnya Melly Jian mau ikut, tapi melihat Odelia Ye pergi, Melly Jian duduk kembali ke kursi. Saat ini seorang pria yang memakai mantel hitam dan topi hitam berjalan ke arah Melly Jian, pria itu memakai topi dengan sangat rendah, Melly Jian sama sekali tidak bisa melihat wajah pria itu dengan jelas.

Melly Jian yang kecil masih ingat dengan hal yang diajari ibunya, dia berdiri dengan waspada dan mau berjalan ke tempat yang ramai. Tapi pria itu sudah duduk di sampingnya dan menghalang jalan dia pergi. Melly Jian langsung ketakutan sampai matanya merah, dia mengecap bibir, balik badan dan membelakangi pria berpakaian hitam itu.

“Kamu sendirian?” Pria itu bertanya pada Melly Jian dengan suara rendah.

Melly Jian melirik pria itu, dia sedang ragu apakah mau menjawab pertanyaan pria itu atau tidak. Kalau dijawab, dia sangat takut. Kalau tidak dijawab, dia tidak sopan.

Melly Jian mengedipkan mata, pada akhirnya juga memutuskan berkata dengan suara pelan: “Aku……aku masih punya Ibu Odel, sangat cepat dia akan kembali, dia sangat hebat. Dia bisa langsung mengalahkan orang seperti kamu dengan satu pukulan.”

“Uhuk……” Pria berbaju hitam tidak tahan dan tertawa, lalu batuk.

Melly Jian mengerutkan dahi dan menatap pria berbaju hitam itu, lalu bertanya dengan suara pelan: “Kenapa, kamu sakit?”

Pria berbaju hitam menoleh ke Melly Jian dan mengangguk: “Iya, penyakit sakit hati.”

Melly Jian baru melihat mata pria berbaju hitam itu, dia tidak tahan dan memuji: “Wah……cantik sekali……”

Melly Jian tidak pernah melihat mata yang secantik ini, tapi dilihat-lihat sangat tidak asing. Melly Jian memiringkan kepala, berpikir sebentar dan berkata sambil tersenyum: “Mata kamu sangat mirip dengan Melly! Mata Melly paling cantik!”

Karena kemiripan mata, membuat Melly Jian tiba-tiba merasa dekat dengan pria asing yang di hadapannya ini, dia langsung balik badan dan memetik sebuah bunga liar kecil warna biru di samping, lalu memberikan kepada pria di hadapannya dan berkata sambil tersenyum: “Hadiah untukmu!”

Pria itu melihat bunga liar itu beberapa lama, lengan Melly Jian sudah sedikit pegal, pria itu baru mengambil bunga liar kecil warna biru itu dan berkata dengan suara rendah: “Terima kasih.”

Melly Jian berkata sambil tersenyum: “Sama-sama, tapi kamu sudah sakit, suruh ibu kamu rawat kamu dengan baik. Saat aku sakit, ibuku merawat aku dengan baik, aku jadi sembuh dengan sangat cepat.”

“Aku sudah tidak punya Ayah dan Ibu.” Pria itu menaruh bunga liar kecil itu di telapak tangannya dengan hati-hati dan berkata dengan suara rendah.

Melly Jian mengerutkan dahi dan menatap pria di hadapannya, dia merasa pria ini semakin kasihan. Melly Jian berkata dengan suara kecil: “Melly cuman tidak punya Ayah, tapi kamu, Ibu saja tidak punya ya. Kalau begitu kamu kasihan sekali, kamu punya anak tidak? Orang dewasa yang seperti kamu, semuanya seharusnya punya anak, punya……punya……”

Berkata sampai di sini, Melly Jian berpikir dengan sungguh-sungguh, baru lanjut berkata: “Oh, punya Istri.”

“Ehmm……” Dia terdiam, lalu menatap Melly Jian dan berkata: “Punya, tapi aku tidak pantas memiliki mereka, karena aku masih terlalu lemah, tidak bisa melindungi mereka dan malah melukai mereka terus-menerus……”

Melly Jian tidak mengerti dengan perkataan pria di hadapannya ini, tapi dia masih bisa mengerti apa arti “lemah”. Melly Jian langsung berkata: “Kalau, kalau begitu kamu harus semangat loh. Karena takut Ibu sedih, jadi Melly tidak pernah bilang, tapi Melly sangat mau punya Ayah. Anak kamu pasti juga sangat mau punya Ayah. Kamu harus berusaha, jangan terlalu lemah, berusaha melindungi mereka, berkumpul dengan mereka. Kalau begitu, seorang anak bisa punya Ayah, Melly merasa sangat senang. Ada Ayah sangat enak loh, Ibu tidak bisa mengambil barang di atas rak, Ayah akan ambilkan untuk Ibu. Kalau Ibu diganggu, Ayah akan memukul dan mengusir orang jahat.”

Wirianto Leng menatap Melly Jian, beberapa lama kemudian, dia baru mengelus kepala Melly Jian: “Sungguh anak yang baik.”

Melly Jian langsung tertawa, dia mendengus dan berkata dengan bangga: “Tentu saja……karena Melly adalah anak Ibu, ibuku adalah Ibu terbaik di dunia ini, tentu saja Melly anak yang sangat baik.”

Berkata sampai di sini, Melly Jian melihat Wirianto Leng dengan sedikit malu dan berkata dengan suara kecil: “Sebenarnya……sebenarnya kamu mau bertemu dengan ibunya Melly tidak? Ibunya Melly sangat cantik, Melly juga patuh. Aku tidak berebut Ayah dengan anak kamu, cuman mau sedikit……”

Melly Jian mengulurkan jari kecilnya: “Cuman mau sedikit untuk Melly……”

“Sedikit saja……” Melly Jian mengulurkan jari kelingkingnya dan berkata dengan suara kecil: “Kalau kamu tidak suka, Melly bisa minta lebih sedikit.”

Wirianto Leng menurunkan mata dan melihat Melly Jian, dia mengerutkan dahi dengan erat dan tidak bisa berkata apapun. Sampai ponsel dia berdering, dia baru bangun dan berkata pada Melly Jian dengan lembut: “Turuti kata ibumu dengan baik.”

Novel Terkait

Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu