Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 36 Kembalikan Anakku

Yuliana pun pingsan setelah meneriakan beberapa kata ini. Pada saat Yuliana pingsan, dia samar-samar merasa ada orang yang berjalan ke arahnya, Yuliana berkeinginan untuk melihat siapa orang itu, tapi apa daya untuk mengangkat kepalanya saja dia sudah tidak mempunyai tenaga, dia hanya bisa menundukkan kepalanya dengan lemah, dan menutup matanya.

Yuliana kemudian jatuh ke dalam mimpi, mimpi yang gelap, di tengah kegelapan mimpi itu dia melihat ada sebuah cahaya. Tetapi Yuliana tidak mampu untuk berjalan ke arah cahaya tersebut, kemudian cahaya itu berubah menjadi sebuah pintu. Yuliana meletakan tangannya di pegangan pintu itu dan pelan-pelan memutarnya, jantungnya juga ikut bedetak dengan cepat, seperti ada sesuatu yang sedang menunggunya.

Pintu terbuka, Yuliana berjalan memasuki sebuah kamar, di kamar itu kosong hanya ada sebuah buaian. Di dalam buaian anak kecil itu ada seorang bayi yang memakai baju berwarna pink, bayi itu memilik sepasang mata seperti anggur hitam, pipinya kemerah-merahan dan lembut. Pada saat dia melihat Yuliana masuk ke dalam, bayi itu langsung mengulurkan tangannya dan menangis dan memanggil Yuliana dengan sebutan: “Ibu……peluk……”

Yuliana tidak tau kapan dirinya melahirkan seorang anak. Pada saat itu, Yuliana melihat bayi itu dan langsung tau bahwa bayi itu adalah anaknya sendiri. Yuliana dengan cepat bergegas berjalan ke arah bayi itu, tetapi saat dia menyentuh bayi itu, dia ternyata memeluk udara kosong, dan anak itu hilang seketika, hanya tersisa buaian kosong.

“Tidak, Bagaimana dengan anakku? Anakku……”Yuliana berteriak dengan keras.

Kemudian mereka semua menghilang bersama, Yuliana kembali jatuh ke dalam kegelapan tanpa batas.

“Anakku……” Yuliana tiba-tiba membuka matanya dan duduk.

Saat Yuliana terbangun, dia melihat bahwa dirinya terbaring di ranjang rumah sakit, tadi ternyata hanya sebuah mimpi buruk yang begitu mengerikan. Dia dengan cepat mengangkat tangannya untuk menyentuh perutnya. Lalu segera mebelalakkan matanya, Yuliana dengan matanya yang melotot pelan-pelan menundukan kepalanya, dan menyadari bahwa perutnya sudah berubah menjadi sangat rata. Yuliana buru-buru mengangkat tangannya untuk memegang perutnya, air matanya tidak berhenti mengalir keluar.

Yuliana memeluk perutnya yang rata dengan menangis dia berkata: “Perutku……perutku……Bagaimana dengan anakku yang di dalam perut? Tolong, tidak ada lagi anak di dalam perutku, Apakah ada orang di sana? Cepat kembalikan anakku!”

Pada saat ini ada seorang perawat yang memasuki kamar, dia melihat Yuliana memengang perutnya, dengan cepat dia berkata: “Kamu sudah bangun, kamu sungguh sangat beruntung, di tengah keadaanmu yang kritis ini kamu masih bisa menyelamatkan nyawa dan rahimmu. Apakah kamu tau? Kalau telat sedikit saja kamu akan kehilangan rahimmu. Untungnya, suamimu memutuskan untuk membuang bayi itu”.

“Apa? Suami apa? Bagaimana anakku?” Yuliana menatap perawat itu, bertanya sambil menangis.

Wajah perawat itu merah dan suarannya merendah: “Suamimu benar-benar adalah seorang yang tampan, aku tidak pernah melihat orang yang tampan seperti itu sebelumnya, meskipun anakmu sudah tidak ada tapi kamu tidak perlu khawatir, tunggu badanmu sudah pulih kembali, kamu bisa melakukannya lagi”.

Yuliana menatap perawat itu dengan matannya yang lebar, dan dengan bodoh bertanya: “ Anakku sudah tidak ada?”

Ekspresi wajah perawat itu pucat, dia mengangguk, berbisik dan berkata: “betul, pada saat itu kamu mengalami pendarahan yang hebat, anakkmu tidak bisa terselamatkan lagi, kami hanya bisa merelakannya, kalau tidak nyawamu terancam”.

“Aku yang menyuruhnya”. Wirianto tiba-tiba masuk dari pintu.

Yuliana pada akhirnya mengetahui mengapa perawat ini menyebut suaminya, ternyata Wirianto berada di luar ruangan. Yuliana menatap Wirianto dan mengerutkan kening: “Mengapa kamu disini? Siapa yang memberimu kuasa untuk membuang anakku?

Wirianto membalikan kepalannya menatap perawat itu dengan dingin dan berkata: “Kamu keluar dulu”.

Meskipun sikap Wirianto dingin terhadap perawat itu, tetapi perawat muda itu melihat Wirianto wajahnya langsung memerah, dia pun segera keluar dari kamar pasien.

Wirianto menatap Yuliana yang berderai air mata di wajahnya, sambil mengerutkan kening: “ Bukankah aku mengatakan kamu tidak boleh menangis di depanku?”

Yuliana menghapus air mata di wajahnya, dan berkata dengan cepat: “Aku tidak menangis, Aku sudah tidak menangis, aku mohon kepadamu untuk memberitahuku, sebenarnya dimana anakku?”

“Anakmu……”Wirianto berkata, lalu diam sejenak, kemudian merendahkan suarannya dan berkata: “Anakmu, dia sudah mati……”

Yuliana seperti mati seketika, nafasnya seperti berhenti, badannya mulai bergetar.

Wirianto mulai menyipitkan matanya dan berbisik: “Kemarin malam setelah kamu pergi, nenekku khawatir kalau terjadi apa-apa denganmu dan menyuruhku untuk mengikutimu. Aku sampai di rumah sakit dan menemukanmu sudah jatuh di depan tangga, dan kemudian memanggil dokter. Tapi pada saat itu sudah terlambat, anakmu sudah tidak bisa di selamatkan, hanya kalau terus menundannya, tubuhmu juga akan mengalami masalah yang besar. Meskipun aku……”

Wirianto berkata sampai disini dan berhenti, dia menyipitkan matanya dan dengan suara rendah berkata: “Meskipun aku bosan denganmu, tapi belum sampai tahap untuk tidak menyelamatkanmu di ujung kematian, aku sekarang masih suamimu yang sah, aku pasti harus memutuskan operasi semacam ini untukmu”.

Yuliana menggelengkan kepalanya, dengan menangis berkata: :Aku tidak percaya, anakku pasti masih ada …… kamu sengajakan? Kamu tidak pernah menyukai anak ini, tidak ingin bertemu dengan anak ini, sekarang anak ini sudah meninggal, Wirianto pasti kamu sangat senang!”

Wirianto menatap dingin ke arah Yuliana: “Aku tidak mungkin melakukan hal seperti ini, meskipun aku memang tidak menginginkan anak ini, tapi dia masih keturunanku, aku tidak bisa memakai cara sekejam ini untuk menghilangkannya. Kamu masih berpikir tentang siapa yang melukaimu pada awalnya, kamu itu terguling dari atas tangga. Kamu begitu hati-hati, kalau bukan ada orang yang sengaja mendorongmu, kamu tidak mungkin terjatuh dari tangga. Anak ini masih keturunan dari keluarga Leng, keberadaannya ada di tanganku. Aku belum melakukan apapun untuk menyingkirkannya. Jika orang luar berani menyakitnya, aku tidak akan melepaskannya.

Yuliana mengigit bibirnya, mengingat bayangan bagian belakang orang itu, dan berbisik berkata: “Orang yang mencelakakanku? Apakah Silvia?

“Apakah pacar Michael Chu?” Wirianto berbisik.

Yuliana mendengar kata-kata Wirianto dan langsung menatap Wirianto: “Bagimana kamu tahu?”

“Kamu adalah istri sahku, Bagaimana mungkin aku tidak tau apa-apa tentangmu?” Wirianto berdiri: “aku tau masalah ini, aku akan membuatnya mendapatkan hukuman yang sepantasnya”.

Yuliana dengan berbisik berkata: “ Aku juga pergi denganmu, aku ingin bertanya kepadanya, dia juga akan menjadi ibu, kenapa dia melakukan hal sekejam ini, membunuh anakku!”

Tapi ketika Yuliana bersiap turun dari ranjang, kakinya tidak berdaya dan dia jatuh ke bawah.

Wirianto segera mengulurkan tangannya untuk membantu Yuliana, Melihat Yuliana yang tertegun: “badanmu saat ini belum bisa terlalu banyak bergerak, lebih baik kamu istrihat dengan baik dan pikirkan cara untuk menjelaskan kepada nenek? Tanpa anak ini, Apakah kamu masih perlu untuk tinggal di rumah keluarga Leng?”

Yuliana menurunkan matanya, bulu matanya bergerak sedikit, dan menatap Wirianto. Wirianto melihat mata Yuliana, dan segera melepaskan gengaman tangannya, tidak lagi menatap Yuliana.

Wirianto sudah berjalan keluar dari kamar pasien, sekali lagi menoleh ke kamar pasien Yuliana, dia melihat ke bawah dan melihat darah yang ternoda di tangannya, tadi dia menggunakan tangan ini untuk menandatangani namanya sendiri. Wirianto telah menandatangani banyak nama di dalam kehidupannya, banyak kontrak yang melibatkan ratusan juta dollar, dia tidak pernah peduli. Tapi sekarang dia menyadari salah satu dari tangannya, ternyata berhubungan dengan hidup dan mati istri dan anaknya, ketika dia sedang tanda tangan, tangannya juga ikut bergetar.

Yuliana duduk termenung di ranjang rumah sakit, dia sangat sulit ketika hamil, dia tidak boleh banyak bergerak dan hanya boleh berada di tempat tidur saja, dia masih harus mengalami muntah sangat kehamilan, dan juga harus memakan makanan hamil yang tidak enak, karena radiasi, dia juga sangat jarang menggunakan handphone, bahkan juga jarang menonton televisi.

Tapi dia……dengan usahannnya yang begitu keras, juga tidak mempunyai cara untuk mempertahankan anaknya.

“Kamu harus mengganti obat.”suster dari luar jalan masuk ke dalam.

Yuliana berbisik kepada perawat dengan polos: “Aku ingin bertemu dengan anakku”.

Perawat itu menggerutkan kening, dengan merasa tidak enak berkata: “ Nona, keadaanmu saat ini tidak memungkinkan, tidak leluasa untuk melihat anak ini”.

Yuliana matanya memerah, menatap suster: “ Aku ingin melihat anakku, aku ingin melihat bagaimana sekarang keadaannya, apakah dia laki-laki atau perempuan”.

“Baiklah”. Suster itu membalikan tubuhnya berjalan keluar, lalu mengerutkan kening dan kembali masuk ke kamar pasien dengan mengambil sebuah botol kaca. Di dalamnya ada darah berwarna merah terang, janin yang rusak tidur di dalamnya.

Yuliana mengangkat tangannya dengan lembut menyentuh botol kaca itu, dia menatap bayi di dalam botol kaca itu, janin itu sudah terbentuk dan sudah menjadi seseorang. Yuliana berkedip dan bertanya dengan gemetar: “anak ini, apakah dia laki-laki atau perempuan, Apakah bisa di lihat?”

“Bisa……adalah perempuan”. Suster itu berbisik

Yuliana segera berteriak: “Perempuan? Rupanya perempuan? Rupanya anakku adalah perempuan……”

Yuliana terus membelai botol kaca, tetapi hanya menyetuh hawa dingin. Kenapa anaknya bisa tidur di tempat sedingin ini? anaknya sekarang seharusnya sedang berbaring di dalam perutnya, masih ada detak jantungnya, dan sesekali ada gerarakan janin. Anaknya seharusnya pelan-pelan bertumbuh, sampai pada waktunya dia harus lahir, barulah mereka bertemu.

“Maaf……” Yuliana memeluk botol beling itu, dengan mengulang berkata: “Maaf…… Aku tidak menjagamu……”

Tapi orang yang melukaimu, pasti akan membayar harga yang pantas!”

Silvia menuang secangkir air panas untuk dirinya sendiri dalam kepanikan, dia menyesap gelas dan buru-buru bangkit dan berjalan mondar-mandir di kamar. Tiba-tiba pintu terbuka, Silvia melihat pintu dengan panik, dan melihat Michael Chu datang dari arah luar, Silvia segera bersembunyi sebentar dan dia tersedak, “Michael Chu kamu kembali, aku pikir kamu akan berada di rumah sakit”.

Michael Chu tersenyum dan memeluk bahu Silvia, berbisik dan berkata: “tidak melihat Rishendy Jian, untuk apa aku tetap berada di sana? Justru kamu, mengapa kamu pergi dengan panik. Aku tidak dapat menemukanmu dimanapun!”

“Oh, sayang sekali kamu tidak melihat pertunjukan yang bagus”. Michael Chu tersenyum: “Apakah kamu tau? Anaknya Wirianto, sudah tidak ada……”

Novel Terkait

The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu