Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 185 Pelanggan Misterius

Yuliana Jian berjalan kembali ke rumahnya, baru tiba di pintu depan, dia melihat segerombolan anak muda yang mengenakan pakaian moderen berjalan sambil tertawa. Yuliana Jian melihat salah satunya adalah anak muda yang tadi pagi menemukan kalung, Yuliana Jian mengangkat tangannya dan menyapanya.

Tetapi baru saja Yuliana Jian tersenyum mau berbicara, dia melihat anak muda itu membuang wajahnya, seperti sama sekali tidak mengenali Yuliana Jian. Yuliana Jian merasa sedikit aneh, tetapi dia pikir tidak apa-apa, mungkin sedang bersama teman-temannya, mungkin merasa malu berbicara dengan dirinya yang hanya seorang petani. Anak muda sekarang pasti memiliki rasa gengsi.

Yuliana Jian menurunkan tangannya dengan tersenyum menundukkan kepala dan berjalan kembali ke perkarangan rumahnya.

"Hei, kakak, kamu adalah orang desa ini?" seorang wanita dengan wajah bulat dari kelompok tersebut tiba-tbia berhenti dan tersenyum kepada Yuliana Jian.

Yuliana Jian mengangukan kepala dan tersenyum berkata: "Betul, ada apa?"

Wanita yang berwaha bulat itu langsung mengambil kameranya: "apakah aku boleh memotretmu? tadi ketika kamu berjalan terlihat sangat cantik! kelihatannya sangat tenang dan bahagia."

Yuliana Jian melihat kamera, lalu mengelengkan kepala: "Maaf, aku tidak mau."

Yuliana Jian berkata lalu melanjutkan berjalan. Wanita berwajah bulat itu langsung menahan Yuliana Jian, dengan bibir di monyongkan berkata: "Hanya memotret sekali, tidak apa-apa. Belakangan ini di sekolah kami akan mengadakan pameran foto, akan melakukan lelang. Bila ada orang yang membeli foto ini, maka uangnya akan di sumbangkan kepada sekolah miskin, kamu juga melakukan kebajikan?"

Yuliana Jian menggelengkan kepala dan tetap berkata: "Maaf, aku tidak mau, mohon anda pergi!"

Wanita berwajah bulat melihat Yuliana Jian dan terus berkata: "mengapa kamu sangat egois, jelas-jelas hal baik, hanya sebuah foto, mengapa tidak bersedia? Awalnya melihat dirimu dan penduduk lain tidak sama, tetapi mengapa sifatmu sangat buruk? orang lain saja bersedia kami foto, mengapa kamu sangat pelit?"

Yuliana Jian mentap wanita berwajah bulat itu dan berkata: "Aku rasa aku memiliki hak untuk menolaknya, bila dengan keadaan seperti ini, tidak akan mendapatkan foto dengan baik, dan juga apakah lelang ini akan di tulis di dalam CV?"

Wanita berwajah bulat berkata: "Koq kamu tahu?"

Yuliana jian tersenyum berkata: "mempersiapkannya untuk apa? untuk sekolah ke luar negeri, atau untuk mencari kerja? Lelang juga berfungsi untuk mendapatkan keuntungan untuk diri sendiri. Lelang adalah hal baik, tetapi tidak di letakan atas nama moral. bila aku tidak bersedia ya tidak bersedia, kamu tidak mempunyai hak untuk memaksaku."

Selesai berkata Yuliana Jian mengerutkan alisnya. Yuliana Jian sudah sangat jarang marah seperti ini, dia mengira sifatnya telah berubah karena kehidupan yang damai di sini, tetapi tidak disangka sifatnya masih begitu keras, di umurnya sekarang, ternayata bisa ribut dengan anak kecil juga.

Mata wanita berwajah bulat itu langsung merah dan dengan suara menangis berkata: "mengapa kamu berkata seperti ini?"

Para anak muda yang berjalan di depan mendengar suara tangis wanita itu, langsung berbalik dan menghampiri: "Ada apa? Lindi mengapa menangis? apa yang terjadi?"

Pria muda yang menemukan kalung itu berkata, meliahat Yuliana Jian lalu memutar kepalanya melihat wanita yang bernama Lindi itu.

Wanita yang bernama Lindi itu langsung menariknya, dengan menagis berkata: "Aldo Mo, bibi ini tidak masuk akal. Aku mau memotretnya dia menolaknya ya sudah, masih mengatakan mengambil keuntungan untuk sendiri!"

Yuliana Jian baru mengetahui bahwa pria muda itu bernama Aldo Mo, dia melihat Aldo Mo lalu melihat wanita yang bernama Lindi tersebut, dia sama sekali tidak tertarik masuk kedalam urusan anak muda.

Yuliana Jian dengan wajah muram berkata: "mohon kalian menyingkir, aku mau pulang. Kalian telah menutupi jalanku, mau apa?"

Wajah Aldo Mo langsung terlihat cangung, lalu dia memutar tubuhnya dan berkata kepada wanita yang bernama Lindi itu: "Dia tidak mau di foto, tidak usah di foto, ayo kita pergi."

Lindi menangis dan berkata: "tetapi mengapa dia berkata seperti ini kepadaku? sangat keterlaluan! setidaknya dia harus meminta maaf padaku."

Aldo Mo menatap Yuliana Jian, mengerutkan kening dan terdiam. Tetapi dia tidak berbicara, orang yang berada di sisinya segera berkata: "betul, kita ini demi berbuat kebaikan, tidak mau bekerja sama ya sudah, tetapi masih memarahi kami, sungguh kelewatan. Ayo minta maaf, Lindi adalah seorang wanita, dengan susah payah datang kemari untuk memotret, juga demi melakukan kebaikan."

Yuliana Jian mengerutkan kening, memicingkan mata melihat anak muda tersebut, tatapan matanya jatuh pada Aldo Mo sesaat, lalu menundukan kepala dan tersenyum: "Oh, kalau begitu maaf, aku minta maaf."

Apa yang di ributkan? Hanya kekesalan sesaat. Walaupun ribut dengan para anak muda ini, tidak ada baiknya untuk dirinya. Dan juga beberapa tahun ini Yuliana Jian sudah terbiasa mengalah, di desa ini bukannya tidak ada gesekan, menahannya maka semuanya akan lewat. Keadaannya tidak cocok menghadapi maslah.

Lindi menghisap hidungnya lalu dengan suara tangis berkata: "bila sejak awal kamu begitu ya sudah。“

Yuliana Jian mengangkat kepalanya dan menatap Lindi, perlahan dia menganggukan kepala dan tersenyum: "tadi sifat ku terlalu keras, sungguh maaf."

Ketika tadi Yuliana Jian tersenyum terlihat sedikit lesung pipit di wajahnya , matanya melengkung. Walaupun sudah berusa 30 tahun, tetapi karena beberapa tahun ini kehidupan Yuliana Jian sangat lancar, kulitnya tetap putih dan mulus, tidak beda jauh seperti dia ketika berusa 20 tahun. Cahaya matahari yang hangat jatuh di wajahnya, seperti terlihat cahaya lembut.

Para anak muda itu terdiam, hingga ketika Yuliana Jian pergi, mereka baru tersadar, dan saling bergumam.

"Pantas saja Lindi ingin memotretnya, sungguh sangat cantik."

"Tidak seperti orang desa?"

Tadi yang ribut ingin memotret, Lindi sekarang berteriak: "mengapa aku merasa dia biasa saja, tadi aku melihat dia berdiri di samping bunga itu, terlihat sangat bagus. Sekarang rasanya tidak ada yang spesial, hanya seorang wanita desa, kelihatannya juga sudah tua. Kita jalan saja, datang kesini untuk memotret hal yang spesial, yang ada bau desanya. Yang seperti dia, di kota banyak, apa yang perlu di potret?"

"Betul, seharusnya memotret yang sepsial."

"Ke sana foto orang tua saja, dua hari yang lalu aku melihat sebuah foto, lalu memtoret seorang nenek tua yang ompong. Hehe, hasilnya sangat bagus, itu baru namanya seni."

"Hei, Aldo Mo ayo jalan, mengapa berdiri di sini? lihat apa?"

Aldo Mo yang sedari tadi melihat bayangan Yuliana Jian, mendengar ada yang memangilnya, dia segera membalikan kepala dan berjalan mengejar mereka.

Ketika Yuliana Jian berjalan kembali kerumahnya, dia menerima sebuah telepon, mengatakan bahwa ada yang memiliki sayuran segar, sekarang tidak ada orang yang mengantarnya, menyuruh Yuiana Jian untuk mengantarnya. Yuliana Jian dengan tersenyum menyetujuinya, dia sedang pusing tidak ada hal yang di kerjakan. Walaupun Melly Jian nakal, tetapi ada dia, rumah terasa ramai, waktu cepat berlalu. Tetapi ketika Melly Jian pergi ke sekolah, rumah terasa sepi, dan waktu berjalan sangat lambat.

Yuliana Jian menaiki sepeda, pergi ke ladang sayur mengambil sayur. Sayur-sayur tersebut di taruh di atas sepeda, Yuliana Jian mendapatkan alamat yang dituju. Dengan penasaran, ternyata alamatnya di vila di atas gunung. Vila dan seluruh desa kecil itu tampak tidak cocok. Vila itu dibangun sebelum Yuliana Jian tinggal desa. Tidak ada seorang pun di desa yang tahu itu dibangun. Mereka semua mengatakan bahwa itu pastilah orang yang luar biasa.

Tetapi beberpa tahun ini tidak ada orang yang tingal di sana, selalu kosong, apakah sekarang ada orang yang tinggal di sana?

Yuliana Jian mendapatkan alamat, tersenyum dan bertanya: "siapa yang tinggal di sana? orang kaya mana yang dapat membangun vila di pedesaan?"

Orang yang berada disampingnya tersenyum dan mengelengkan kepala: "tidak jelas juga..."

Sambil berkata, orang tersebut berbisik berkata: "bila ada bahaya, maka cepatlah kembali."

Yuliana Jian tersenyum dan mengangukan kepala berkata: "tenang saja, aku tahu."

Yuliana Jian berkata, lalu menaiki sepedanya dengan cepat berjalan ke arah vila tersebut. walapun perjalanan tidak terlalu jauh, tetapi karena matahari sangat panas, ketika tiba di vila tersebut Yuiana Jian penuh dengan keringat.

Yuliana Jian menghapus keringat di dahinya, menatap tembok tinggi tersebut, secara samar dia dapat melihat bagian lain dari vila tersebut. Yuliana Jian megnira di dalam desa membangun vila seperti ini pasti seorang desa yang sangat kaya. Tetapi setelah melihat vila tersebut di bangun dengan sangat bagus, sama sekali tidak terliaht kuno, vila tersebut terlihat cantik dan elegan.

Siapa yang tinggal di sini? apakah seorang penulis ataukah pelukis, datang ke sini untuk mencari ide?

Yuliana Jian berpikir sesaat, lalu menekan bel. Bel tersebut berbunyi sebentar, lalu pintu terbuka, seseorang tua yang terlihat ramah membuka pintu dan terseyum: "oh, yang mengantarkan sayur?"

Yuliana Jian mengangukan kepala: "Ehm, betul, mau di taruh di mana sayur ini?"

Orang tua tersebut menunjuk: "bawa ke dapur, sini , kamu masuk, aku akan membawamu ke sana."

Yuliana Jian membawa keranjang, lalu mengikuti orang tua tersebut, memasuki pintu utama. Begitu masuk ke pintu utama, Yuiana Jian melihat sebuah perkarangan yang bersih dan rapi, kelihatannya sangat luas. Melewati perkarangan tersebut, Yuliana Jian melihat sebuah pintu samping dan langsung berjalan ke dapur.

Orang tua itu terseyum dan berkata: "Letakan di sini saja sayurnya....oh, tidak tahu apakah kamu ada waktu, bisakah mencuci sayur ini. Kami baru pindah ke sini, kekurangan orang. Aku pun sudah tua, ada penyakit rematik, tidak dapat terkena air dingin. Bila kamu bisa mencucinya, aku akan memberikan uang lebih."

Yuliana Jian tersenyum dan berkata: "hanya mencuci sayur, tidak seberapa. Tidak apa-apa tidak perlu memberikan ku uang lebih. Bila anda merasa sayur ini enak, sering seringlah memesannya dengan kami."

Orang tua tersebut langsung tersenyum dan menganggukkan kepala: "Kamu benar-benar orang yang pintar berjualan."

Yuliana Jian tersenyum: "kalau begitu mohon bantuannya."

Orang tua tersebut tersenyum dan mengangukan kepala: "pasti, kamu tenang saja!"

Selesai berbicara dengan orang tua tersebut, Yuliana Jian segera meletakan sayur tersebut di air, perlahan dia mencucinya dengan serius. Karena sayur yang di pesen oleh mereka cukup banyak, Yuliana Jian selesai mencuci sayur, pinggangnya tersa sedikit pegal. Ketika Yuliana Jian mau bangkit berdiri, terliahat orang tua tersebut bersiap mengodok obat, keika orang tua tersebut dengan susah payah memindahkan panci tanah liat ke atas tungku. Yuliana Jian segera menghampiri membantu orang tua tersebut.

Yuliana Jian melihat panci tanah liat tersebut, tersenyum dan bertanya: "Ada apa? apakah anda yang memakan obat?"

Orang tua tersebut mengelengkan kepala dan menghelakan napas: "Bukan, tuan rumah kami yang makan. Ah, masih muda tetapi banyak penyakit. Melihat pemandangan disini sangat bagus, seharusnya dapat menyembuhkan penyakitnya.

Ternyata datang ke sini untuk berisitrahat, kalau begitu semuanya sudah jelas. Yuliana Jian tersenyum dan berkata: "udara disini bagus, seharusnya bisa cepat sembuh. Bila tidak ada hal lainnya, maka aku akan jalan dulu."

Orang tua tersebut meliaht jam, lalu berkata: "sudah jam segini, makan dulu baru pergi."

Yuliana Jian tersenyum dan mengelengkan kepala: "tidak usah, tidak baik. AKu pergi dulu, bila anda mau sayur lagi, langsung telepon aku saja. aku akan mengantarkannya."

Yuliana Jian selesai berkata, dan segera keluar dari pintu. Ketika keluar ke halaman, Yuliana Jian merasa ada seseorang yang melihatnya. Tetapi ketika Yuliana Jian membalikan kepala, hanya terlihat jendela, selain tirai sama sekali tidak ada orang.

Yuliana Jian mengerutkan alis, hatinya merasa aneh. Yuliana jian menambah kecepatan kakinya, dan segera keluar dari Vila, ketika tiba di luar Vila, Yuliana Jian menaiki sepeda dengan cepat berjalan kembali.

Mungkin karena Yuliana Jian terlalu gugup, dia terlalu mengunakan tenanga menginjak pedal sepeda, akhirnya rantai sepeda terputus. Yuliana Jian melihat rantai itu terputus dia segera turun dari sepeda dan melihatnya. Dia juga baru beberpa tahun ini bisa mengendarai sepeda, mengendarai sepeda dia bisa, tetapi sama sekali tidak mengerti cara membetulkan sepeda.

Melihat rantai putus, Yuliana Jian menghelakan napas, dan tidak tahu harus bagaimana.

"Sepedamu rusak?" tiba-tiba terdengar suara seorang pria muda.

Yuliana Jian mengerutakn kening da nmemutar tubuhnya untuk melihat, terlihat Aldo Mo di belakang tubuhnya. Yuliana Jian menghelakan napas melihat Aldo Mo dan mengangukan kepala, dengan tersenyum berkata: "betul, sepeda rusak."

Aldo Mo mendekatinya dan berkata: "kalau begitu bolehkah aku membantumu untuk memperbaikinya?"

Yuliana Jian melihat Aldo Mo dengan aneh berkata: "kamu bisa membetulkan sepeda?"

Lalu, Yuliana Jian tidak dapat menahan diri untuk bertanya: "ternyata kamu tidak gagap?"

Yuliana Jian ingat kemarin ketika Aldo Mo berbicara dengan nya, dia gagap, dan sekrang mengapa baik-baik saja? baru bertanya, yuliana Jian merasa tidak sopan, dia segera berkata: "maaf, aku salah berbicara, sangat tidak sopan."

Wajah Aldo Mo langsung merah, dia nmengagukkan kepala, dengan terbata-bata berkata: "aku.....sebenarnya aku......ga...gagap...."

Selesai berkata, wjaah Aldo Mo semakin merah, dan berkata: "aku sedikit gugup."

Yuliana Jian tidak dapat menahan dirinya untuk tertawa: "kamu ini sangat menarik."

Melihat senyuman di wajah Yuliana Jian, perlahan dia pun tersenyum dan tertawa.

Novel Terkait

Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu