Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 241 Sangat Memalukan

Kalau tidak mengalami sebuah pelajaran yang mengerikan, ada beberapa orang yang tidak mengerti, jangan sembarangan menggoda pria, terutama pria seperti Wirianto Leng.

Yuliana Jian berbaring di atas ranjang, bahkan tidak ada tenaga untuk menggerakan bola matanya. Ketika dia mendengar suara Wirianto Leng berdiri, dia baru menatap Wirianto Leng dengan tatapan memberontak. Wirianto Leng memakai baju lalu berkata sambil tersenyum kepada Yuliana Jian, "Aku buatkan sup untukmu ya, kamu perlu menambah vitamin."

Yuliana Jian menatap Wirianto Leng sekilas, lalu dengan wajah yang kasihan dan suara serak berkata, "Kenapa kamu begitu bugar tapi aku malah begitu lemas?"

Wirianto Leng berjalan ke samping Yuliana Jian sambil tersenyum, mengelus kepala Yuliana Jian dan berkata, "Karena kemarin malam sudah dibilang, aku adalah rubah pria, dan kamu adalah pendeta wanita. Bukankah aku sudah berhasil menangkapmu dan menyerap habis energimu?"

Mendengar perkataan Wirianto Leng, Yuliana Jian berkata sedih, "Apa? Tidak disangka kamu benar-benar siluman rubah. Kelihatannya kamu mendekatiku karena ada tujuan lain. Kasihan sekali aku! Aku dimanfaatkan orang!"

Wirianto Leng tertawa dan menganggukan kepala, "Iya, tapi aku adalah siluman yang berperasaan. Karena sudah menyerap habis seluruh energimu, aku juga mau mengisinya kembali. Katakan saja, apa yang ingin kamu makan?"

Yuliana Jian melihat kaki Wirianto Leng sekilas lalu berkata, "Apa kakimu bisa berdiri begitu lama? Kamu jangan sibuk lagi, berbaring denganku saja di sini."

"Kalau aku berbaring, takutnya kamu selamanya tidak bisa berdiri lagi." Wirianto Leng mendekat ke telinga Yuliana Jian dan berkata dengan serak.

Yuliana Jian dibuat bergetar ketakutan. Dia langsung masuk ke dalam selimut, menariknya sampai menutupi setengah wajah dan berkata kecil, "Aku mau makan sup iga babi dan melon."

Wirianto Leng menyentuh wajah Yuliana Jian dengan ringan dan berkata sambil tersenyum, "Kamu lanjut tidur saja."

Yuliana Jian mengangguk, "Kalau kamu merasa lelah, suruh orang lain buat saja."

Wirianto Leng berkata, "Aku tahu batasannya. Sekarang bisa membuatkan makanan untukmu, aku merasa sangat senang. Selain itu hari ini kondisi tubuhku sangat baik, jadi tenang saja."

Yuliana Jian baru menganggukan kepala dan menutup mata. Yulliana Jian benar-benar sangat lelah. Begitu dia memejamkan mata, dia langsung tertidur. Yuliana Jian juga tidak tahu tertidur beberapa lama, ketika dia mencium wangi harum baru membuka mata. Mengikuti wangi harum, Yuliana Jian melihat meja di samping ranjang, sudah terletak sup yang masih panas.

Yuliana Jian lelah dan lapar. Begitu mencium wangi harum, dia langsung berdiri, mengangkat mangkok sup dan langsung meminum dengan lahap. Setalah meminum habis sup, dia juga memakan iga babi. Iga babi dimasak sampai hancur. Hanya dihisap dengan mudah saja, sudah bisa memakan habis semua daging ke dalam mulut. Meskipun sup ini dimasak kurang sempurna, tapi daging ini memiliki rasa yang spesial, jadi Yuliana Jian tetap mempunyai rasa puas yang sulit dideskripsikan. Setelah memakan habis isi mangkuk itu, Yuliana Jian masih tidak hentinya menjilati piring.

"Kamu sekarang seperti orang miskin." Wirianto Leng tanpa bisa ditahan tertawa di samping.

Yuliana Jian melihat sekilas Wirianto Leng dan mendengus, "Aku sekarang berubah menjadi seperti ini karena siapa?"

Setelah selesai berkata, Yuliana Jian menyerahkan mangkuk itu kepada Wirianto Leng dan meminta dengan kasihan, "Aku masih mau,tolong isi semangkuk lagi padaku."

Wirianto Leng tersenyum sambil mengambil mangkuk, "Iya, nanti aku baru ambilkan beberapa sayuran kecil."

Yuliana Jian langsung menganggukan kepala, "Aku mau makan lebih banyak, nanti bawakan dua mangkuk nasi kepadaku. Kamu bersikap seperti ini padaku, aku bertujuan membalasmu, makan sampai membuatmu bangkrut."

Wirianto Leng tertawa dingin, melihat ke arah Yuliana Jian dan berkata, "Kalau ini adalah balasanmu, maka aku benar-benar bersedia kamu lebih banyak membalaskan dendam padaku."

Setelah Wirianto Leng selesai berkata, dia tertawa lalu berjalan keluar. Yuliana Jian mendengus dingin tidak terima dan menoleh menatap sekitar. Sebelumnya Yuliana Jian terus tertidur dengan kabur, sama sekali tidak memperhatikan lingkungan di sekeliling. Sekarang melihat keadaan sekitar, Yuliana Jian dibuat terkejut sampai membelalakan mata.

Ini, bagaimana bisa seperti ini? Apa dia dan Wirianto Leng menghancurkan kamar kemarin malam?

Yuliana Jian menatap kamar ini sambil mengerutkan dahi. Melihat tirai yang ditarik sampai berantakan, baju-baju berserakan di atas lantai, lemari buku juga terjatuh, buku-buku di atas lemari jatuh semua ke atas lantai. Juga ranjang yang dia tiduri sekarang, selimutnya ditarik-tarik sampai sangat berantakan.

"Ok, aku sudah membawakan sayurannya ke sini." Wirianto Leng tersenyum sambil membawakan sayuran ke atas meja, lalu meletakkan meja di atas ranjang, meletakkan satu per satu sayuran ke atas meja ranjang, terakhir memberikan sumpit kepada Yuliana Jian.

Yuliana Jian mengambil sumpit itu dan bertanya sambil mengerutkan dahi, "Ada apa dengan kamar ini? Jangan bilang itu karena kita kemarin?"

Wirianto Leng mengangguk dan berkata sambil tersenyum, "Memangnya dia sendiri yang jatuh?"

"Ah?" Yuliana Jian membelalakan mata, "Aku dan kamu mana mungkin mempunyai daya rusak yang begitu besar? Wajar kalau ranjang berantakan, tapi bagaimana bisa sampai lemari buku juga ..."

Wirianto Leng tersenyum sambil menatap Yuliana Jian, "Kelihatannya kemarin malam kamu benar-benar kelelahan. Kita melakukannya bukan hanya di atas ranjang saja."

Yuliana Jian membuka mulut lebar-lebar, mengedipkan mata pelan, dan kenangan kemarin muncul di benaknya. Yuliana Jian juga tersenyum tidak berdaya, "Kemarin malam benar-benar sangat gila. Aku kira hanya aku saja yang menderita, tidak terpikir, ternyata kamar ini juga ikut menderita bersamaku, dihancurkan dengan sangat kasihan."

Berkata sampai sana, Yuliana Jian langsung menundukkan kepala dan makan dengan lahap. Wirianto Leng tersenyum dan berkata, "Kenapa kamu sepertinya tidak terlalu senang? Melihat performaku kemarin, kamu seharusnya tahu beberapa tahun ini aku tidak memiliki wanita lain bukan?"

Yuliana Jian sambil makan sambil mengangguk kencang, "Aku tahu. Meskipun mempunyai wanita lain, juga pasti tidak bisa tahan dan pergi. Kulitku kuat, terserah kamu mau menyiksanya bagaimana."

Wirianto Leng tersenyum ke arah Yuliana Jian, ingin lanjut mengobrol dengan Yuliana Jian, tapi untuk sesaat tidak tahu harus berkata apa. Dia hanya bisa tersenyum. Sampai Yuliana Jian memakan habis semua makanan dan bersendawa, Wirianto Leng baru mengambil tisu, memberikan kepada Yuliana Jian dan berkata sambil tersenyum, "Pergi mandi dan ganti bajulah. Aku suruh orang bersihkan kamar ini dulu ..."

Mendengar perkataan Wirianto Leng, Yuliana Jian langsung mengerutkan dahi dan bertanya, "Aku, aku tiba-tiba teringat satu hal. Bukankah di sinni ada CCTV? Kalau begitu kemarin malam ...."

Wirianto Leng berkata sambil tersenyum, "Tenang saja, aku sudah beritahu mereka untuk pergi."

Yuliana Jian mengerutkan dahi, "Tapi kamu kemarin tidak telepon."

Wirianto Leng tersenyum dan mengangkat jempolnya, "Juga tidak perlu telepon. Aku sebelumnya sudah berpesan, selama mereka mendapatkan sinyal dariku, mereka sudah bisa pergi."

Yuliana Jian baru menghela napas dan menganggukan kepala, "Bagus kalau begitu, bagus kalau begitu ...."

Berkata sampai sana, Yuliana Jian tanpa bisa ditahan menatap Wirianto Leng, "Kamu mempersiapkan begitu lengkap, apakah kamu sudah mempunyai persiapan sejak awal?"

Wirianto Leng berkata sambil tersenyum, "Memang sudah mempersiapkan dari beberapa waktu yang lalu, tapi tidak terpikir ..."

"Tidak terpikir apa?" Yuliana Jian memiringkan kepala menatap Wirianto Leng dan bertanya sambil mengerutkan dahi.

Wirianto Leng mendekat dan mencium ujung bibir Yuliana Jian, "Tidak terpikir kamu begitu lucu."

Wajah Yuliana Jian langsung merona. Meskipun kadang kada dia agak tidak tahu malu, tapi menghadapi pujian mendadak dari Wirianto Leng, dia tetap bisa malu. Yuliana Jian segera menggelengkan kepala, membungkus dirinya dengan selimut, lalu turun dari ranjang, "Aku mandi dulu, kamu ... kamu lihat anak-anak saja ..."

Selesai berkata, Yuliana Jian langsung berlari masuk ke dalam kamar mandi. Meskipun tubuhnya masih sedikit sakit, tapi karena sudah makan sampai kenyang, Yuliana Jian masih bisa bertahan sampai selesai mandi. Setelah mandi, Yuliana Jian bercermin. Ketika melihat dirinya, dia langsung mengerutkan dahi, "Ya Tuhan, Wirianto benar-benar bukan manusia ..."

Yuliana Jian melihat jelas bekas ciuman di sekujur tubuhnya. Karena kulitnya putih, bekas ciuman semakin terlihat jelas. Yuliana Jian tanpa bisa ditahan berkata kecil, "Hanya aku saja yang bisa bertahan, kalau ini orang lain, pasti sudah sejak awal meninggalkannya."

"Baju ada di sini." Wirianto Leng tiba-tiba membuka pintu dan berkata sambil tersenyum pada Yuliana Jian, "Aku juga sangat berterima kasih kamu tidak meninggalkanku."

Yuliana Jian segera menutupi dadanya dengan tangan dan berkata panik, "Kamu, kamu, kamu jangan masuk. Tidak boleh mengintipku!"

Wirianto Leng mengangguk sambil tersenyum, "Iya, lain kali aku tidak akan mengintip lagi."

Wirianto Leng kemudian menutup pintu kamar mandi. Yuliana Jian mengerucutkan bibir, menggelengkan kepala dan mengeluh, "Benar-benar pria yang sangat mengerikan."

Setelah Yuliana Jian selesai memakai baju dan keluar, dia melihat dua orang pelayan wanita di dalam kamar. Ini adalah pertama kalinya Yuliana Jian melihat pelayan wanita setelah datang ke villa ini. Melihat dua pelayan wanita berdiri di dalam kamar miliknya dan Wirianto Leng yang berantakan, seketika dia merona dan berkata dengan panik, "Kalau begitu kamu bereskan kamar ini, aku turun dulu."

Setelah selesai berkata, Yuliana Jian seperti kabur dan turun ke lantai bawah. Berjalan di ruang tamu, Wirianto Leng yang sedang bermain puzzle dengan anak-anak langsung menengadahkan kepala, "Sudah turun?"

Yuliana Jian mengangguk ringan dan berkata, "Iya, aku sudah turun."

Ketika melihat Yuliana Jian, Melly Jian langsung memeluk kaki Yuliana Jian dan berkata sambil tersenyum, "Ibu, apa ibu dan ayah sudah selesai tidur?"

Yuliana Jian langsung merona dan menatap Melly Jian dengan panik. Setelah itu dia melihat ke arah Wirianto Leng dan pada akhirnya menatap Malvin. Melihat wajah Wirianto Leng yang tenang, Malvin sedikit penasaran. Wajah Yuliana Jian sudah merona sampai sedikit merah, apa dia bisa lebih memalukan lagi?

"Ibu, ada apa? Kenapa menangis? Apa ibu menindasmu lagi?" Melly Jian memiringkan kepala menatap Yuliana Jian dengan penasaran.

Malvin mengerutkan dahi menatap Yuliana Jian, "Tidur apanya? Apa terjadi sesuatu pada kalian?"

Yuliana Jian benar-benar ingin langsung pingsan sekarang juga. Kelihatannya dia masih bisa lebih memalukan lagi!

Tapi malah di saat ini Wirianto Leng mengangguk ke arah Malvin dan berkata sambil tersenyum, "Iya."

"Wirianto!" Yuliana Jian menatap Wirianto Leng dengan mata merah dan berteriak kencang.

Novel Terkait

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu