Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 308 Semua Kenyataan

Yuliana Jian yang biasanya tidak suka asal menyentuh barang orang lain, terlebih ponsel yang merupakan alat sangat pribadi. Tetapi Yuliana Jian benar-benar penasran pada ponsel ini dan ingin mencari tahu apa sebenarnya barang ini.

Yuliana Jian melihat sekilas ke arah Wirianto Leng lalu memeluk ponsel tersebut dan melihatnya di pinggir ranjang. Begitu melihat ada kata sandi yang diperlukan untuk membuka ponsel terebut, Yuliana Jian mengerutkan keningnya dan menatap Wirianto Leng yang sedang tertidur pulas berkata: "mengapa ada kata sandi? Apa ada yang disembunyikan dariku?"

Kerutan kening Yuliana Jian semakin terlihat begitu dia berpikir hingga ke tahap ini. Sebenarnya semua peristiwa masa lalu dan hilang ingatan merupakan Wirianto Leng yang memberitahu dia. Meskipun semua masalah yang diberitahukan Wirianto Leng membuat dia merasa sangat tepat, tetapi dia yakin sebelum dia hilang ingatan dia juga merasa ingatan dia ketika bersama August Leng juga nyata.

Yuliana Jian merasa mungkin tidak seharusnya dia terus mengandalkan Wirianto Leng. Semua ucapan Wirianto Leng masih perlu diselidiki lebih dalam. Dia harus mencari bukti lainnya untuk membuktikan perkataan Wirianto Leng dan perasaan dia.

Yuliana Jian menunduk melihat ke arah ponsel begitu berpikir hingga ke tahap ini dan berkata: "jika semua ini adalah kenyataan, seharusnya tidak ada yang perlu ditakutkan untuk memperlihatkannya kepada aku bukan?"

Yuliana Jian menyipitkan matanya sambil tersenyum menekan layar ponsel: "1234.............."

Tetapi pada layar segera memunculkan tulisan bahwa kata sandi yang dimasukkan salah. Yuliana Jian berpikir sejenak lalu memasukkan tanggal ulang tahun dirinya sendiri, rupanya benar, dia berhasil membukanya. Yuliana Jian melihat gambar tema pada layar utama dan tersenyum menatap Wirianto Leng berkata: "tidak menyangka kamu begitu setia kepadaku hingga menggunakan tanggal ulang tahunku sebagai kata sandi. Aku sangat terharu, tunggu ketika kamu sadar, aku akan memberikan hadiah kepadamu."

Yuliana Jian berbicara sambil tersenyum, dia bergegas membuka kontak telepon dan melihat setiap tengah malam, Wirianto Leng pasti akan menghubungi seseorang. Hal ini membuat Yuliana Jian merasa curiga dan mengerutkan keningnya: "siapa dia? Apakah wanita simpanan? Tidak mungkin, dia sudah begitu setia membuang semuanya dan menemaniku ke sebuah pulau. Jika memang ada wanita lain, bagaimana mungkin dia bisa begitu setia kepadaku? Apakah mungkin anak-anak? Tapi apakah perlu semalam itu jika benar anak-anak? Benar-benar aneh!"

Tetapi Yuliana Jian tidak berani menghubungi nomor tersebut. Dia langsung membuka kontak pesan untuk melihat apakah ada pesan dari nomor tersebut. Ketika sedang membuka pesan ponsel milik Wirianto Leng, tiba-tiba masuk sebuah pesan baru, dan kebetulan nomor ini juga yang mengiriminya pesan. Yuliana Jian melihat ke arah Wirianto Leng dengan merasa bersalah, lalu mengigit bibirnya, menekan pesan dan pesan tersebut terbuka.

Lalu Yuliana Jian melihat isi pesan tersebut: "Direktur Leng, untuk mencegah memancing emosi Nona Yuli, perbuatan Anda sangat tepat dengan menutup kematian ayahnya.

Setelah Yuliana Jian melihat pesan tersebut, dia tertegun. Dia pun menggosok-gosokan matanya untuk meyakinkan diri apakah dia ada salah melihat atau tidak. Lalu tiba-tiba dia tertawa berkata: "konyol.....konyol........ini pasti mimpi buruk lagi. Benar-benar, aku merasa aneh selama beberapa hari ini aku terus bermimpi buruk, bagaimana mungkin tiba-tiba aku tidak lagi bermimpi buruk? Ternyata aku masih sedang di dalam mimpi ya. Aku hanya perlu kembali berbaring, menutup mata dan tidur sejenak. Lalu tunggu hingga aku terbangun saja............"

Begitu Yuliana Jian selesai berbicara, dia segera membuang ponsel Wirianto Leng, menaiki ranjang dan dengan panik membuka selimut dan menyelimuti seluruh dirinya. Yuliana Jian memejamkan matanya dengan kuat berkata: "sudah, sudah aman sekarang, sekarang aku sudah dapat tidur dan menunggu hingga aku terbangun dari mimpi ini."

Setelah Yuliana Jian selesai berbicara, dia kembali menyelimuti dirinya dengan kuat. Pergerakan Yuliana Jian ini terlalu besar sehingga membuat Wirianto Leng terbangun dari tidurnya. Wirianto Leng bergegas membuka matanya dan melihat seluruh badan Yuliana Jian berada di dalam selimut serta ponselnya yang tergeletak di lantai. Dia segera mengerutkan keningnya, berjalan ke arah samping ponsel dan mengambilnya. Dia melihat isi pesan. Wirianto Leng langsung memijat dahinya, beberapa hari ini dia benar-benar kelelahan. Begitu melihat Yuliana Jian tertidur dengan pulas karena obat tidur pun juga membuat dia tertidur dengan pulas. Saking pulasnya membuat Yuliana Jian bangun terlebih dahulu.

Wirianto Leng menarik nafas dengan dalam, mengerutkan keningnya dan menghampiri Yuliana Jian, dia menjulurkan tangannya ke arah Yuliana Jian berkata: "Yuliana.........."

Yuliana Jian menghindar dengan panik, dengan gugup berkata: "aku tahu semua ini bukan kenyataan. Saat ini aku masih bermimpi buruk, semua ini palsu, aku tahu, kamu tidak perlu menjelaskannya kepadaku, aku dapat memahaminya dan mengerti......ayahku masih menungguku di rumah, jika aku pulang aku pasti dapat bertemu dengan ayahku. Dia pasti akan membelikan aku kue ketika aku berulang tahun. Ulang tahunku sudah dekat, bagaimana mungkin dia mati? Bagaimana mungkin dia tega meninggalkan aku? Jelas-jelas dia tahu aku sudah tidak memiliki ibu, bagaimana mungkin dia meninggalkan aku dan pergi sendirian?"

Wirianto Leng menjulurkan tangannya dan menaruhnya pada pundak Yuliana Jian berkata: "Yuliana.........."

Wirianto Leng masih ingat beberapa tahun yang lalu, dialah yang memberitahukan informasi bahwa dia sudah menemukan jasad ayahnya pada Yuliana Jian. Dialah yang memberitahukan kepada Yuliana Jian bahwa ayahnya sudah meninggal. Wirianto Leng tidak menyangka selama bertahun-tahun terlewati, masih saja harus dirinya yang memberitahu Yuliana Jian mengenai semua ini.

Tetapi karena Yuliana Jian sudah menemukannya, dia tidak perlu terus menyembunyikannya dan kemungkinan akan membuat Yuliana Jian menjadi kebingungan.

"Ini benar....." Wirianto Leng berkata: "Yuliana, ayahmu benar-benar sudah meninggal, itu sudah terjadi beberapa tahun yang lalu. Pada saat itu kita baru saja berjadian, masih belum menikah serta kedua anak tersebut belum lahir dan dia sudah meninggal."

Yuliana Jian berteriak memotong pembicaraan Wirianto Leng: "tutup mulutmu! Aku tidak ingin mendengar suaramu, sebelumnya baru saja kamu mengatakan ayahku masih hidup dan mengatakan jangan menghubungi dia karena takut dia akan khawatir. Ternyata semua ini adalah kebohonganmu bukan?"

Begitu Yuliana Jian selesai berbicara, dia semakin mempererat selimut yang membungkus dirinya. Dia seperti seekor siput yang takut menghadapi dunia dan berusaha untuk menyembunyikan dirinya, agar dia dapat menjauhi semua ingatan menakutkan, agar dia dapat dengan tenang berada di suatu tempat tanpa adanya gangguan dari dunia luar. Yuliana Jian sambil menggelengkan kepala sambil menangis berkata: "aku tidak mendengar apa pun, aku tidak melihat apa pun. Intinya ayahku masih hidup, jika aku pulang, aku pasti dapat melihat dia."

Wirianto Leng menatap Yuliana Jian seperti melihat Yuliana Jian beberapa tahun yang lalu. Beberapa tahun yang lalu, ketika Yuliana Jian mengetahui kematian ayahnya, dia juga lari seperti ini. Wirianto Leng tidak menyangka beberapa tahun kemudian hal ini akan terulang kembali.

Wirianto Leng tidak tega memberitahukan kepada Yuliana Jian mengenai kenyataannya, tetapi seperti beberapa tahun yang lalu, meskipun dia tidak tega, Wirianto Leng juga tahu bahwa dia harus memberitahukan semuanya kepada dia karena dirinya adalah orang terdekat dia, karena dia terluka karena dirinya.

Wirianto Leng duduk secara perlahan-lahan di pinggir ranjang Yuliana Jian berkata: "karena kamu sudah mengetahuinya, aku pun akan memberitahukan semuanya kepadamu. Sebelumnya aku tidak berani memberitahumu karena takut kamu tidak dapat menerimanya. Tetapi karena sekarang kamu sudah mengetahuinya, jika aku tidak memberitahu dengan jelas, kamu juga akan merasa sedih."

"Tidak.." Yuliana Jian menangis di dalam selimut sambil menggelengkan kepalanya berkata: "aku tidak merasa sedih, aku tidak ingin mengetahui kenyataannya, aku tidak ingin tahu..........kamu jangan beritahu aku.......aku mohon padamu....."

Hati Wirianto Leng bukannya tidak melunak begitu mendengar permohonan Yuliana Jian. Dia sangat ingin menghentikan semua ini, memeluk Yuliana Jian sambil tersenyum berkata: "tidak apa-apa, semua ini hanyalah sebuah lelucon, sebenarnya ayahmu masih hidup, semua penderitaan belum dimulai." Lalu? Lalu apakah membiarkan begitu saja Yuliana Jian terus berada di dalam mimpi? Lalu membuat Yuliana Jian tidak sadar selamanya dan bersembunyi terus-menerus?

Wirianto Leng mengerutkan keningnya lalu menoleh dan menatap Yuliana Jian dengan serius berkata: "Yuliana........jangan bersembunyi lagi. Meskipun kamu bersembunyi di dalam selimut, aku juga akan memberitahukan semuanya kepadamu. Ayahmu sudah tiada, dia dibunuh.........."

Setelah Wirianto Leng selesai berbicara, dia memberitahu semua kejadian dia dengan Yuliana Jian kepadanya. Wirianto Leng menyembunyikan bagian dimana Yuliana Jian dikontrol oleh August Leng untuk membunuh orang. Wirianto Leng hanya memberitahukan bahwa setelah Yuliana Jian diculik oleh August Leng, dia mendapatkan pukulan begitu besar sehingga membuat keadaan psikisnya menurun. Selain itu, Wirianto Leng menyembunyikan semuanya.

Tetapi hanya segitu saja sudah menjadi pukulan yang cukup besar bagi Yuliana Jian. Dia gemetar sambil menangis berkata: "tidak........tidak benar.........semua yang kamu katakan tidak benar. Kamu pasti sedang membohongi aku........tidak benar...........ini semua berbeda, tidak benar.........."

Wirianto Leng tidak menghalangi kata sanggahan Yuliana Jian. Dia hanya berbaring di samping Yuliana Jian dan menghela nafas dengan panjang berkata: "aku tahu saat ini kamu pasti lebih mempercayai bahwa kamu dan August Leng saling mencintai satu sama lain. Serta ayahmu masih hidup di dunia ini. Tetapi dunia ini sangat kejam, semua ini adalah kenyataan, kamu bukan hanya seorang putri, kamu juga seorang ibu dan seorang istri. Jika kamu terus bersembunyi di dunia asal milikmu, kamu bukan hanya tidak dapat memeluk ayahmu, kamu juga akan kehilangan anak-anak dan aku......."

Setelah Wirianto leng selesai berbicara, dia menjulurkan tangan menaruhnya di atas pundak Yuliana Jian berkata: "jangan lari kembali ya? Apakah bisa memberikan kita sebuah kesempatan untuk kembali menghadapi semua ini? Dulu kita bisa melewatinya bersama-sama, mengapa sekarang tidak bisa?"

Yuliana Jian dengan diam bersembunyi di balik selimut. Tetapi meskipun terhalangi oleh selimut, Wirianto Leng juga dapat merasakan tubuh Yuliana Jian sedang bergetar. Dia dapat dengan jelas merasakan semua penderitaan Yuliana Jian. Wirianto Leng perlahan-lahan membalikkan badannya dan memeluk Yuliana Jian berkata: "kamu tidak perlu harus segera menerima semua ini, kamu boleh lakukan dengan perlahan-lahan, kamu jangan takut, tidak akan ada orang yang akan memaksa kamu. Aku sangat sabar, aku bisa menunggumu dalam waktu yang panjang, aku dapat terus menunggumu...........menunggu hingga kamu bersedia untuk keluar dan menghadapinya....."

Yuliana Jian memejamkan matanya dengan sekuat tenaga sambil mengerutkan keningnya. Dia terus terdiam dalam keadaan seperti ini, dia mencoba untuk kabur, dia ingin kembali ke cangkangnya kembali. Selama bisa kembali, dia tidak perlu menghadapi semua masalah ini, dia dapat terus hidup di dunia dimana ayahnya masih hidup. Tetapi pelukan Wirianto Leng dari belakang membuat dia tidak dapat kabur, dia mengerutkan keningnya dan menghapus air mata dengan kasar berkata: "aku tahu.........."

Lalu Yuliana Jian membuka selimut dengan perlahan-lahan, dia menoleh menatap Wirianto Leng sambil terisak dia berkata: "mengapa begitu kejam? Kenapa? Mengapa semua yang dulu bukan kenyataan?"

Wirianto Leng memeluk Yuliana Jian berkata: "karena dia adalah kenyataan sehingga sangat kejam. Karena yang dulu merupakan semua karangan sehingga itu adalah sebuah kepalsuan."

Setelah Wirianto Leng selesai berbicara, dia memeluk Yuliana Jian dengan erat. Yuliana Jian tidak dapat menahan air matanya untuk tidak turun. Ketika semua luka dan penderitaan dibuka di saat yang bersamaan pada saat ini, Yuliana Jian merasa dua kali lipat lebih sakit. Yuliana Jian sudah tidak dapat mengontrol tubuhnya sendiri, dia terus menangis dan gemetar.

Wirianto Leng tidak dapat menghadapi situasi ini. Dia pernah memanggil banyak dokter ke pulau ini, setelah selesai memeriksa seluruh tubuh Yuliana Jian dan karena psikisnya yang bermasalah. Serta keadaan Yuliana Jian yang sekarang juga membuat dokter psikolog tidak tahu harus berbuat apa. Psikolog dapat membetulkan hati yang rusak tetapi dia tidak dapat membetulkan hati yang sudah mau mati.

Sehingga Wirianto Leng tidak lagi mengizinkan para dokter itu untuk datang ke pulau. Dia mulai menjaga Yuliana Jian. Setiap harinya dia terus membicarakan masa lalu mereka dan menceritakan kisah usil Melly Jian dan Melvin Jian yang dulu, dia tidak berhenti-hentinya untuk bercerita tanpa merasa lelah.

"Kamu hanya belajar memasak Spaghetti, masih ada makanan manis dan beer braised duck yang belum kamu pelajari. Meskipun ayahmu sudah tiada, tetapi kita dapat sering menjenguknya. Pada saat itu kita dapat membawanya ke sana. Oh iya, pemakaman ayah dan ibumu digabung. Di samping pemakaman mereka ada sebuah batang pohon. Pohon tersebut sudah ditanam sejak kepergian ayah. Hidup pasti ada akhir dan kehidupan baru. Pohon itu sangat kuat tetapi hanya dalam beberapa tahun saja, pohon tersebut menjadi kasar. Terakhir kali kamu menjeguk ayahmu, kamu masih menertawakan pohon tersebut sangat bulat seperti perut ayahmu. Pada saat itu tiba-tiba datang sebuah angin kencang, kamu pun bersembunyi di belakang aku dan bergegas menjelaskan kepada ayahmu bahwa kamu hanya sedang membuat lelucon dan memintanya untuk tidak marah. Sebenarnya aku merasa nyalimu sangat kecil, bagaimana mungkin ayahmu marah padamu? Itu dia hanya sedang bermain denganmu, hanya saja kamu selalu merasa takut......." Begitu Wirianto Leng selesai berbicara, dia melihat mata Yuliana Jian bergerak sedikit.

Wirianto Leng segera memegang tangan Yuliana Jian berkata: "Yuliana........luka memang menyakitkan terlebih jika terbuka kembali. Tetapi jika kamu melarikan diri, selamanya luka tersebut tidak akan sembuh. Aku rasa.........ayahmu juga tidak ingin melihat peristiwa seperti itu. Dia berharap kamu dapat hidup di bawah sinar matahari. Meskipun terkadang sinar matahari sangat terik, tetapi sangat hangat di bawah sinar matahari, hanya orang yang berada di bawah sinar matahari yang dapat merasakannya."

Perlahan-lahan Yuliana Jian membuka matanya. Ketika Wirianto Leng menatap mata Yuliana Jian, dia tidak terlalu bersemangat melainkan jauh lebih tenang seperti mengetahui Yuliana Jian pasti akan membuka matanya. Dia tersenyum dan berkata pada Yuliana Jian: "lapar tidak? Aku akan memasak bubur."

Yuliana Jian menatap Wirianto Leng berkata: "aku bermimpi dalam waktu yang sangat panjang.........apakah sekarang aku sudah sadar, Wirianto?"

"Sepertinya sudah." Wirianto Leng menatap Yuliana Jian dan menjawab.

Yuliana Jian memejamkan mata dengan kuat berkata: "aku sudah mengingat semuanya, masaklah untukku, aku ingin makan, sangat lapar........."

Begitu Yuliana Jian selesai berbicara, dia mengadahkan kepalanya dan menatap sebuah botol asupan gizi sambil mengerutkan keningnya berkata: "aku sudah muak menerima semua selang itu, aku ingin makan."

Wirianto Leng cemas meninggalkan Yuliana Jian seorang diri di dalam kamar, dia berkata sambil menatap Yuliana Jian: "aku akan memanggil orang untuk kemari."

Yuliana Jian tersenyum menatap Wirianto Leng: "apakah kamu takut akan terjadi sesuatu padaku? Aku tahu pasti kamu berpikir seperti itu. Begini saja, kamu taruh aku di atas kursi roda dan mendorongnya, bagaimana?"

Wirianto Leng baru menganggukkan kepalanya sambil tersenyum berkata: "baik, ide bagus, sini aku gendong kamu."

Setelah Wirianto Leng selesai berbicara, dia berjalan menghampiri sisi Yuliana Jian dan menggendongnya. Lalu menaruhnya di atas kursi roda. Lalu Wirianto Leng menyelimuti kaki Yuliana Jian. Yuliana Jian tersenyum dan menyentuh pelan selimut tersebut dan berkata kepada Wirianto Leng: "aku sudah merasa lebih baik, selimut ini sangat nyaman."

Entah kenapa Wirianto Leng merasa lebih cemas melihat Yuliana Jian yang begitu tenang. Wirianto Leng mengerutkan keningnya berkata: "apakah kamu benar-benar sudah mengingat semuanya? Apakah kamu mengingat anak kita?"

Yuliana Jian tersenyum menganggukkan kepalanya: "tentu saja, bagaimana mungkin aku melupakan Melly Jian dan Melvin."

Wirianto Leng bertanya: "bagaimana........bagaimana dengan August Leng?"

Terdapat kilatan ketakutan pada tatapan Yuliana Jian. Dia menarik nafas dengan dalam lalu dengan serak berkata: "tentu saja............aku juga tidak melupakan dia........dia sudah menculik aku. Dia........dia membuat sebuah dunia untukku untuk hidup bersamanya. Aku mau tidak mau harus mempercayainya karena jika aku tidak mempercayainya, aku akan dibunuh."

Begitu Yuliana Jian selesai berbicara, dia menundukkan kepalanya sambil gemetar berkata: "Wirianto, kamu mengatakan diriku yang dulu sangat kuat, tetapi aku tidak sekuat seperti yang kamu bayangkan."

Wirianto Leng jongkok di depan Yuliana Jian sambil menggenggam tangannya berkata: "tetapi..........tetapi semua ini sudah berlalu. Keadaan sekarang sudah membaik. August Leng juga sudah mati, dia..........."

"Kamu tidak perlu membohongiku lagi, aku sudah mengingat semuanya. Aku yang membunuh August Leng." Yuliana Jian mengerutkan keningnya menatap Wirianto Leng berkata: "dia yang memberikan aku perintah, tetapi aku lupa akan perintah tersebut. Aku hanya ingat dia mengucapkan sebuah kalimat lalu aku pun langsung membunuh dia. Aku merasa diriku seperti boneka yang sedang dikontrol oleh dia."

Wirianto Leng bergegas berkata: "tidak apa-apa, sekarang dia sudah tiada."

Yuliana Jian menggelengkan kepalanya sambil mengerutkan kening berkata: "Wirianto, tetapi tali ini belum terputus."

Setelah Yuliana Jian selesai berbicara, dia memejamkan mata dengan kuat lalu berkata: "Wirianto masaklah sesuatu untukku, aku benar-benar lapar."

Wirianto Leng mengerutkan keningnya menatap Yuliana Jian sambil tersenyum berkata: "baik aku akan memasaknya sekarang."

Setelah Wirianto Leng selesai berbicara, dia segera mendorong Yuliana Jian keluar dari dalam kamar. Dia mendorong Yuliana Jian masuk ke dalam restoran di lantai satu. Yuliana Jian terduduk di atas kursi roda dan menatap pisau pada dapur, tiba-tiba dia teringat akan sesuatu. Lalu Yuliana Jian bergegas memalingkan kepalanya seperti sedang berusaha menekan sesuatu keinginan. Tetapi Yuliana Jian berusaha keras menahan keinginan ini, tangan dia menggenggam pegangan kursi roda dengan kencang.

Wirianto Leng mengerutkan keningnya berkata: "ada apa?"

Yuliana Jian mengerutkan keningnya berkata: "aku....aku merasa sedikit kacau........."

Novel Terkait

Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu