Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 231 Ya, Aku Tahu
Wirianto Leng tersenyum dan mengambil tangan Yuliana Jian, berkata dengan lembut:”Mungkin aku harus seperti ini, Wirianto Leng sebelumnya yang dingin itu palsu."
Yuliana Jian menunduk dan merasakan suhu di tangan Wirianto Leng, berkata sambil tersenyum:"Tidak peduli seperti apa sikap Wirianto Leng, aku menyukainya."
Wirianto Leng mendengar Yuliana Jian mengatakan ini dan segera mendekati Yuliana Jian. Tetapi Wirianto Leng menundukkan kepalanya, Yuliana Jian dengan cepat mengangkat tangannya untuk menghalangi Wirianto Leng, mengerutkan kening dan berkata:”Jangan membuat masalah lagi, kita pergi tidur lebih awal."
“Yah, aku tahu,” kata Wirianto Leng, tetapi membungkuk dan mencium bibir Yuliana Jian sedikit, lalu mundur, kemudian berbaring di samping Yuliana Jian.
Yuliana Jian juga berbaring, dia bersandar pada Wirianto Leng dan perlahan-lahan menutup matanya. Yuliana Jian belum istirahat dengan baik di kamar tidurnya selama beberapa hari. Awalnya Yuliana berpikir bahwa ketika datang ke kamar mandi, seharusnya lebih sulit untuk tertidur. Ternyata tidak disangka Yuliana Jian tertidur setelah beberapa saat. Yuliana Jian tidur dengan sangat damai dan bahkan tidak punya mimpi.
Ketika Yuliana Jian bangun, dia melihat Wirianto Leng tidur di sampingnya. Yuliana Jian panik, ingin tahu apakah dia sedang bermimpi.
Yuliana Jian tidak bisa menahan diri untuk mengangkat tangannya menyentuh Wirianto Leng. Wirianto Leng segera membuka matanya dan menoleh ke Yuliana Jian sambil tersenyum dan berkata:”Kamu sudah bangun?"
Ini benar-benar bukan mimpi!
Yuliana Jian menggosok matanya, mencoba melihat Wirianto Leng dengan jelas, kemudian tertawa ringan:”Sungguh, kenapa sebelumnya aku tidak bisa tidur nyenyak di kamar tidur. Sekarang aku tidur di toilet dengan sangat nyenyak, mungkin aku ditakdirkan untuk hidup miskin dan hina."
Sambil berkata Yuliana Jian memindahkan kaki Melly Jian yang menindih badannya, kemudian menutupi Melly Jian dengan selimut. Ketika Yuliana Jian menutupi Melly Jian dengan selimut, Melly Jian membuka matanya dan bersandar pada Yuliana Jian. Dia menggosok matanya dan berbisik dengan nada lemah:”Bu, aku lapar ... kapan sarapan?"
Melvin juga menggosok matanya dan berdiri, mengerutkan kening pada Melly Jian dan bertanya dengan curiga:”Mengapa kamu selalu lapar? Kamu makan sangat banyak kemarin dan masih lapar sekarang."
Melly Jian segera mengerutkan kening dan mendengus pelan:”Orang akan lapar pada waktunya tiba, bukankah kamu lapar?"
"Aku tidak ..." Melvin baru saja akan menyangkal, perutnya tiba-tiba berbunyi.
Melly Jian segera menutup mulutnya dan tersenyum:”Kamu masih bilang tidak lapar?"
Wajah Melvin langsung memerah, mengerutkan kening dan memelototi Melly Jian, kemudian mengerutkan sudut mulutnya, berdebat dengan suara pelan:"Aku bukan lapar."
"Itu lapar ..." Melly Jian masih menghancurkan panggung Melvin sambil tertawa.
“Oke, jangan ribut, kita harus keluar dulu.” Yuliana Jian selesai, tersenyum dan membantu Wirianto Leng bangkit, lalu berjalan keluar dari kamar mandi. Setelah sepanjang malam, badai dahsyat berlalu, hanya menyisakan angin sepoi-sepoi.
Pada saat ini, langit di luar jendela itu biru, dan Yuliana Jian melihat langit biru cerah, dan tidak bisa menahan senyum berkata:”Kalian keluar dan lihat betapa baiknya cuaca pada saat ini."
Yuliana Jian berkata ketika dia mendorong membuka jendela, udara basah dan segar setelah hujan segera mengalir ke dalam ruangan. Melly Jian segera berlari, bersandar di jendela, menjinjitkan kakinya dan melihat pemandangan di luar jendela. Dia mengendus-endus hidungnya dengan keras dan berkata sambil tersenyum:”Manis sekali!"
Melly Jian berkata untuk memberi isyarat kepada Melvin, tersenyum dan berkata:”Datang dan cium, baunya enak."
Melvin bimbang sejenak sebelum berjalan ke luar jendela. Setelah sedikit mengendus, dia mengerutkan kening dan mengangguk dengan lembut.
Yuliana Jian menyentuh kepala kecil kedua anak itu dan berkata dengan tersenyum:"Kamu tidak lapar? Aku akan memasak bubur untuk kalian sekarang. Kalian dan aku akan turun bersama. Setelah makan, mereka bisa keluar dan bermain.”
Wirianto Leng mengikuti Yuliana Jian dan tersenyum:”Aku pergi dengan kamu dan membantu kamu lihat, biar kamu memasak bubur hingga hancur karena tidak konsentrasi."
Yuliana Jian mengerutkan kening:”Kamu sekarang menertawakan aku?"
Wirianto Leng mengambil tangan Yuliana Jian dan berkata sambil tersenyum:”Aku juga demi anak-anak kita, karena mereka belum kehilangan indera perasa mereka."
"Ya, jika Ibu tidak bisa makan bubur lagi, bagaimana Melly bisa tumbuh dengan selamat?" Melly Jian mengendus hidungnya dan bergumam dengan suara rendah:”Melly akhirnya bersama Ibu dan Ayah, karena memakan makanan tidak enak , lalu ...”
Yuliana Jian segera mengangkat tangannya untuk menutupi mulut kecil Melly Jian, berkata sambil tersenyum:”Jangan bicara omong kosong, kamu si mulut gagak kecil."
Setelah selesai berbicara, Yuliana Jian menoleh ke Wirianto Leng dan bertanya dengan cemas:”Aku hanya tidak tahu apa yang terjadi di lantai bawah. Setelah badai kemarin, semuanya pasti dalam kekacauan."
Wirianto Leng batuk ringan dan tidak berbicara, hanya berbisik:”Kamu turun dan lihat, nanti kamu akan tahu."
“Aneh-aneh saja.” Yuliana Jian selesai berbisik dan mengeluarkan Melly Jian dan Melvin. Begitu dia mencapai tangga di lantai dua, Yuliana Jian melihat bahwa ruang tamu di lantai pertama sudah dirapikan. Yuliana Jian segera menoleh melihat Wirianto Leng, mengerutkan kening:”Kita telah menyusut di toilet sepanjang malam dan sebenarnya di luar sudah dirapikan?"
Wirianto Leng berkata sambil tersenyum:”Aku bukan sengaja menyembunyikannya dari kamu, meskipun ruang tamu sudah rapi, tetapi tidak benar-benar aman."
Yuliana Jian mengerutkan kening pada Wirianto Leng, Wirianto Leng segera mengangkat tangannya menekan bahunya dan mengerutkan kening berkata:”Urgh ..."
Ketika Yuliana Jian mendengar rintihan Wirianto Leng, juga tidak sempat terus menyalahkan Wirianto Leng. Dia dengan cepat berjalan mendekati Wirianto Leng, mengerutkan kening dan bertanya:”Apa yang salah? Apakah benar-benar sakit? Apakah cedera punggung?" Atau sakit kaki? Atau tidak tidur nyaman kemarin dan tertekan lengannya?"
Wirianto Leng tersenyum perlahan:”Agak menyakitkan, tapi aku bisa memaksakan diri untuk menahannya."
Yuliana Jian segera mengerutkan kening, memelototi Wirianto Leng, mengerutkan kening dan mengeluh:”Itu pasti kamu sedang berbohong padaku lagi! Lain kali kamu tidak boleh menipu aku lagi tentang kondisi lukamu sendiri."
Wirianto Leng mengangguk sambil tersenyum:”Baiklah, tapi aku juga agak lapar."
Yuliana Jian berkata:”Oke, aku memasak untuk kalian."
Yuliana Jian pergi ke dapur ketika dia selesai bicara, mengenakan celemeknya dan mulai bersiap untuk memasak. Wirianto Leng duduk di sebelahnya dan dengan hati-hati memberi tahu Yuliana Jian cara memasak nasi dan sayur, tetapi biarpun ada instruksi dari Wirianto Leng, Yuliana Jian tetap saja masih kerepotan.
Meskipun Yuliana Jian benar-benar bukan murid yang pintar, Wirianto Leng selalu tersenyum berkata kepada Yuliana Jian dengan sabar:”Yang kamu pegang bukan garam, itu gula."
"Yah, aduk perlahan, hei hati-hati jangan sampai membakar dirimu sendiri."
"Ini tidak boleh pake microwave."
"Cuka dan arak masak berbeda."
Melly Jian berbaring cemberut di sofa dan melihat pemandangan di depannya. Dia hanya bisa menggelengkan kepalanya dan mendesah:"Ayah tidak mudah, tidak hanya harus menahan makanan yang dimasak ibu, tetapi juga harus mengajarkan ibu cara memasak! Rasanya lebih sulit untuk mengajari ibu memasak daripada memakan masakan ibu!"
Melvin melirik Wirianto Leng dan Yuliana Jian yang sedang memasak di dapur dan menyentuh perutnya, merengut cemas:”Masih bisakah kita makan hari ini?"
Melly Jian meratakan mulutnya dan menggelengkan kepalanya:”Aku tidak tahu, kuharap aku bisa makan. Aduh ..."
Meskipun Melvin dan Melly Jian sangat pesimis tentang Yuliana Jian, Yuliana Jian juga telah melakukan banyak hal dengan kikuk. Namun, di bawah arahan Wirianto Leng, Yuliana Jian benar-benar selesai memasak dan meletakkannya di depan Melly Jian dan Melvin.
Melly Jian melihat makanan di depan matanya dan segera membesarkan matanya:”Apakah ini semua dibuat oleh ibu?"
Meskipun hidangan kecil ini terlihat biasa, Melly Jian yang telah diracuni oleh masakan buruk Yuliana Jian selama beberapa tahun, sekarang melihat makanan yang tampaknya normal seperti melihat keajaiban.
Yuliana Jian tersipu oleh penampilan berlebihan Melly Jian, segera mengerutkan kening dan berkata kepada Melly Jian:”Jangan berlebihan, makanlah dengan baik."
Melly Jian mengangguk, lalu memiringkan kepalanya dan melirik Yuliana Jian, bergumam pelan:"Aku hanya tidak tahu bagaimana rasanya."
Melly Jian menggigit sesuap sayur dan minum satu suap bubur dan dengan cepat berkata:”Enak!"
Yuliana Jian segera tertawa:”Benarkah? Sangat enak?"
Melly Jian mengangguk dengan penuh semangat dan berkata kepada Yuliana Jian sambil tersenyum:”Ibu kali ini masaknya benar-benar lezat, tidak pernah begitu lezat!"
Melvin melirik sikap Melly Jian yang tidak seperti sedang berpura-pura, kemudian dia ragu-ragu untuk sesaat, makan sedikit bubur dan mengangguk:"Ini benar-benar tidak ada rasa yang aneh. tetapi juga ..."
Tapi itu juga tidak termasuk sangat enak.
Sebelum Melvin selesai, Melly Jian melambai ke Melvin, mengerutkan kening dan berkata:”Kamu jangan pilih-pilih makanan. Berdasarkan tingkatan ibu sebelumnya, hidangan sekarang terhitung sangat lezat. Bu ... lainkali kalau memasak, biarkan saja Ayah mengikutimu, kamu pasti akan segera menjadi koki hebat."
“Dengar, aku akan segera menjadi koki hebat.” Yuliana Jian menatap Wirianto Leng sambil tersenyum.
Wirianto Leng sedang memandangi Yuliana Jian saat ini, ketika dia mendengar Melly Jian, Wirianto Leng berkata sambil tersenyum:”Kamu tidak harus bekerja keras untuk menjadi koki. Ketika cideraku sembuh, aku yang akan memasak untuk kalian.”
Melly Jian segera bersorak, lalu berkedip kepada Wirianto Leng dan berkata sambil tersenyum:”Baguslah kalau begitu, ayah jangan menyesalinya."
Melly Jian berkata sampai di sini, menoleh ke Melvin dan berbisik:”Apakah kamu tahu? Makanan ayah sangat lezat ... Aku sudah makan sekali, itu benar-benar sangat lezat ..."
Melvin tampaknya tidak peduli dengan sikap Melly Jian yang pamer, tetapi hanya mengangguk acuh tak acuh, terus memegang piring sambil mendengarkan kata-kata Melly Jian sambil makan dengan tenang.
Setelah makan, Melly Jian segera berlari keluar untuk bermain, karena hujan membentuk beberapa genangan air di tanah. Melly Jian berlari mengelilingi genangan air dan mengambil cabang kecil untuk membawa air ke mana-mana. Itu bagaikan iblis yang sedang mengacaukan dunia, dengan segara jejak kekacauan yang dilakukan Melly Jian terlihat di mana-mana.
Melvin sedang membaca di kamar, tenang hingga seolah-olah tidak ada dirinya.
Yuliana Jian duduk di jendela, melirik Melly Jian, lalu melirik Melvin lagi, perlahan bersandar pada bahu Wirianto Leng, berkata sambil tersenyum:”Saat seperti ini benar-benar nyaman."
Wirianto Leng berkata sambil tersenyum:”Merasa nyaman, tidur saja sebentar lagi."
Yuliana Jian menggelengkan kepalanya:”Tidak perlu tidur, tutup saja mata sebentar, itu sudah cukup."
Yuliana Jian selesai berbicara, lalu menegakkan tubuhnya, mengerutkan kening pada Wirianto Leng, mengatakan:”Salah, cedera kamu belum baik, tidak seharusnya bersandar di bahumu, kamu yang seharusnya bersandar pada tubuh aku."
Wirianto Leng berkata sambil tersenyum:”Itu kelihatannya terlalu jelek."
"Tidak ada yang jelek, kita sudah seharusnya saling bersandar." kata Yuliana Jian sambil tersenyum.
Wirianto Leng menyipitkan matanya, tersenyum dan mengangguk, bersandar ke Yuliana Jian. Setelah beberapa saat, Wirianto Leng tidur sangat nyenyak, alis matanya merenggang dan dia terlihat tidur dengan nyaman.
Yuliana Jian berhenti bergerak agar Wirianto Leng dalam posisi yang nyaman untuk terus tertidur. Dia menatap Wirianto Leng, sekarang dia sangat dekat dengannya sehingga dia bisa menghitung bulu matanya dengan cermat. Beberapa waktu yang lalu, Yuliana Jian hampir berpikir bahwa dia tidak akan pernah bisa bertemu Wirianto Leng lagi, tanpa diduga dia sekarang bisa berbaring di sini dengan pria ini dengan santai dan memiliki dua anak yang sedang bermain.
Yuliana Jian bahkan dalam mimpi pun tidak berani memimpikan gambaran yang begitu bahagia.
“Jika ini adalah mimpi, jangan biarkan aku bangun.” Yuliana Jian menatap Wirianto Leng dan berkata sambil tersenyum.
Wirianto Leng dibangunkan oleh Yuliana Jian saat makan malam. Setelah Wirianto Leng membuka matanya, dia hanya melihat Yuliana Jian duduk di depannya.
Wirianto Leng bertanya sambil tersenyum:”Bagaimana dengan anak-anak?"
Yuliana Jian berkata sambil tersenyum:”Mereka naik ke atas ke tempat tidur dan kedua anak itu bermain. Kamu tidak tahu betapa lelapnya tidurmu. Kedua anak itu sangat berisik, kamu juga tidak bangun. Aku pikir kamu mungkin sangat lelah, aku tidak berani membangunkanmu sampai sekarang. Mungkin malam akan susah tidur, besok jangan tidur seperti ini lagi, kalau tidak jam tidur akan menjadi kacau, tidak baik untuk memulihkan kesehatanya."
Yuliana Jian selesai bicara lalu menyajikan semangkuk bubur untuk Wirianto Leng dan berkata sambil tersenyum:”Ini bubur yang dimasak mengikuti cara yang diajarkanmu kepadaku tadi siang. Kamu coba cicipi. Rasanya seharusnya masih boleh, kedua anak makan banyak.”
Wirianto Leng menundukkan kepalanya, menyesap buburnya, berkata sambil tersenyum:”Enak."
Yuliana Jian tersenyum dan berkata:”Baguslah."
Setelah Wirianto Leng makan, Yuliana Jian membantu Wirianto Leng berjalan perlahan kembali ke kamarnya. Yuliana Jian membantu Wirianto Leng berbaring di tempat tidur dan tersenyum berkata:”Kamu berbaring dulu, aku pergi lihat kedua anak itu."
Yuliana Jian belum juga pergi, tangannya sudah ditangkap oleh Wirianto Leng, Wirianto Leng berkata sambil tersenyum:”Setelah melihat anak itu, maukah kamu kembali?"
Yuliana Jian berkata sambil tersenyum:”Tentu saja aku kembali, obat kamu belum diolesi."
Wirianto Leng menurunkan matanya dan memegang tangan Yuliana Jian lebih erat:”Kemudian tinggal di sini, tidurlah denganku."
“Hah?” Mata Yuliana Jian melebar, dia tidak menyangka Wirianto Leng akan mengatakan ini padanya.
Novel Terkait
Demanding Husband
MarshallCinta Yang Dalam
Kim YongyiMi Amor
TakashiGue Jadi Kaya
Faya SaitamaThe Revival of the King
ShintaNikah Tanpa Cinta
Laura WangIstri ke-7
Sweety GirlBretta’s Diary
DanielleCinta Seorang CEO Arogan×
- Bab 1 Harga Dirinya
- Bab 2 Ibu Tiri yang 'Sempurna'
- Bab 3 Serigala Bermata Putih
- Bab 4 Aku Tidak Pernah Mencintaimu
- Bab 5 Kebesaran Keluarga Leng
- Bab 6 Suamimu
- Bab 7 Mayat Hidup yang Sempurna
- Bab 8 Dia sudah Bangun
- Bab 9 Kita Cerai
- Bab 10 Batas Waktu Pernikahan
- Bab 11 Jangan menangis di depanku
- Bab 12 Apa pun bisa dijual
- Bab 13 Pria yang misterius
- Bab 14 Jangan menyiksa aku
- Bab 15 Jangan mendekati aku
- Bab 16 Saling main siasat
- Bab 17 Apa yang istimewa dari dirimu
- Bab 18 Ini bukan salahku
- Bab 19 Sebuah hasrat membunuh
- Bab 20 Jalan bertemu musuh itu sempit
- Bab 21 Satu Kasur
- Bab 22 Pinggangnya Sangat Langsing
- Bab 23 Mending Lahirkan Anak Untukku
- Bab 24 Aku Menginginkanmu
- Bab 25 Itu Adalah Bayiku
- Bab 26 Membunuh Anaknya
- Bab 27 Tidak Ingin Tidur Dengannya
- Bab 28 Kembalinya Cinta Pertama
- Bab 29 Aku Menyukainya
- Bab 30 Sebuah Cinta yang Bertepuk Sebelah Tangan
- Bab 31 Benar-benar Tidak Berguna
- Bab 32 Menjadi Wanitaku
- Bab 33 Kamu Tidak Boleh Menyentuhnya
- Bab 34 Suami Yang Pelit
- Bab 35 Tidak Memperbolehkannya Melahirkan Anak Ini
- Bab 36 Kembalikan Anakku
- Bab 37 Kamu Adalah Milikku
- Bab 38 Menerima Akibatnya
- Bab 39 Wajah Sesungguhnya
- Bab 40 Janjiku Tidak Akan Berubah
- Bab 41 Mengerutkan kening
- Bab 42 Ingin memelukmu
- Bab 43 Hanya Ingin Membunuhmu
- Bab 44 Jangan berpikir terlalu berlebihan
- Bab 45 Apa yang kamu lakukan?
- Bab 46 Bertemu dengan dewi
- Bab 47 Wanita licik
- Bab 48 Pemeran pembantu wanita jahat
- Bab 49 Dia adalah milikku
- Bab 50 Kamu yang mencelakai dia
- Bab 51. Kamu Paling Cantik
- Bab 52. Jadi Partner Perempuanku
- Bab 53. Kegeeran
- Bab 54 Tidak Akan Melupakan Janjiku
- Bab 55 Bermaksud Mengejarmu
- Bab 56 Masa Lalu
- Bab 57 Kenyataan pada masa lalu
- Bab 58 Tidak berperasaan
- Bab 59 Panggil Namaku
- Bab 60 Penakut
- Bab 61 Begitu Perhatian Denganku?
- Bab 62 Pria Simpanan
- Bab 63 Tidak Berhak Mengatakan Aku Cinta Padamu
- Bab 64 Bolehkah Aku Tidak Menjawab?
- Bab 65 Tidak Diizinkan Mencium Orang Lain
- Bab 66 Aku Memilih Leny
- Bab 67 Sudah Cukup Kamu Melihat?
- Bab 68 Kamu Tidak Cemburukah
- Bab 69 Jika Aku Bukan Apa?
- Bab 70 Diam-Diam Berciuman
- Bab 71 Sungguh Seorang Wanita Jahat
- Bab 72 Saingan Cinta yang Tidak Jelas
- Bab 73 Menjadikan Musuh Sebagai Teman
- Bab 74 Menjadi Tenang
- Bab 75 Memerban Luka
- Bab 76 Aku Adalah Kakakmu
- Bab 77 Aku Tidak Akan Memaafkanmu
- Bab 78 Mulai Kembali Dari Awal
- Bab 79 Kamu Pasti Akan Datang
- Bab 80 Tidak Tahu Malu
- Bab 81 Lepaskan Aku
- Bab 82 Tidak Mengingatnya
- Bab 83 Jangan Tersenyum Lagi
- Bab 84 Aku Menyukaimu
- Bab 85 Tidak Bisa Menyembunyikannya
- Bab 86 Semuanya Harus Mendengarkan Aku
- Bab 87 Jangan Sampai dilihat Orang
- Bab 88 Apakah Kamu Benar-Benar Percaya Padanya?
- Bab 89 Aku Percaya Padamu
- Bab 90 Ketulusan Cinta Kami
- Bab 91 Kamu Bukan Manusia
- Bab 92 Michael Chu Meninggal
- Bab 93 Aku Ingin Jemput Dia Pulang
- Bab 94 Aku Sudah Tidak Punya Ayah
- Bab 95 Rela Percaya Ada Hantu Dan Dewa
- Bab 96 Tidak akan memaafkanmu
- Bab 97 Terima kasih kamu ada di sisiku
- Bab 98 Kamu menggendong aku
- Bab 99 Bagaimana caranya
- Bab 100 Benarkah itu?
- Bab 101 Aku Masih Sahabatmu
- Bab 102 Kebenarannya Seperti Apa?
- Bab 103 Apakah Kamu Pembunuhnya?
- Bab 104 Kamu Menangis Karena Diriku
- Bab 105 Aku Akan Membantumu
- Bab 106 Wanita Tidak Seharusnya Terlalu Pintar
- Bab 107 Aku Benar-benar Menyukai Kamu
- Bab 108 Membunuh Ayah Dan Ibu
- Bab 109 Aku Menginginkan Jantung Dia
- Bab 110 Kita Kurang Lebih Sama
- Bab 111 Rahasia Tersembunyi
- Bab 112 Warisan Yang Hilang
- Bab 113 Kamu Bisa Bertahan Berapa Lama
- Bab 114 Aku Tidak Akan Menyerah
- Bab 115 Dia Sudah Meninggal
- Bab 116 Dia Tidak Mati
- Bab 117 Percayalah Padaku
- Bab 118 Bagaikan Di Neraka
- Bab 119 Kalian Lebih Baik Jangan Ganggu Aku
- Bab 120 Bodoh Dan Kejam
- Bab 121 Semua Sesuai Harapan
- Bab 122 Hamil
- Bab 123 Memiliki Anak Kembali
- Bab 124 Tidak Memiliki Keberuntungan
- Bab 125 Aku Tidak Ingin Bertemu Dengannya
- Bab 126 Mana Yang Benar Mana Yang Salah
- Bab 127 Apakah Kembar
- Bab 128 Kembang Api Bermekaran
- Bab 129 Bayi Baru Lahir
- Bab 130 Anak Itu Sudah Tiada
- Bab 131 Anak Yang Hilang
- Bab 132 Bercerailah
- Bab 133 Ada Awalannya
- Bab 134 Sulit Menjadi Ibu Yang Hangat
- Bab 135 Bertemu Musuh Lama
- Bab 136 Bersiap Untuk Kembali Memeriksa Kasus Ini
- Bab 137 Sampah Masyarakat
- Bab 138 Membuatmu Menderita Seumur Hidup
- Bab 139 Dibebaskan
- Bab 140 Semuanya Dimulai Dari Awal
- Bab 141 Izinkan Mereka Untuk Bertemu
- Bab 142 Mengapa Nyalimu Begitu Kecil?
- Bab 143 Dua Anak
- Bab 144 Pemilik Toko Makanan Pencuci Mulut
- Bab 145 Dimana Anakku?
- Bab 146 Mantan Kekasih
- Bab 147 Ancaman Terbesar
- Bab 148 Pasangan Ayah dan Anak
- Bab 149 Dia Hanyalah Wanita Simpanan
- Bab 150 Aku Bukan Wanita Simpanan
- Bab 151 Bertemu Kembali
- Bab 152 Jangan Bertemu Lagi
- Bab 153 Cuman Mau Sedikit
- Bab 154 Tenang dalam Menghadapi Masalah
- Bab 155 Pengejar
- Bab 156 Membuka tirai
- Bab 157 Penjahat yang paling besar
- Bab 158 Memberikan kesempatan
- Bab 159 Dia tidak lulus
- Bab 160 Aku adalah nenek buyutmu
- Bab 161 Bawa Dia Pergi
- Bab 162 Aku Tidak Salah
- Bab 163 Sifat Dari Keturunan
- Bab 164 Aku Takkan Mengalah
- Bab 165 Bunuh Saja Dia
- Bab 166 Aku sangat Merindukanmu
- Bab 167 Melly Cepat Lari
- Bab 168 Kita Mulai Lagi Dari Awal
- Bab 169 Tunggu Aku Menikahimu
- Bab 170 Dendam Yang Hilang
- Bab 171 Lebih Parah Daripada Binatang
- Bab 172 Selamat Tahun Baru
- Bab 173 Perjamuan Besar
- Bab 174 Pilihan Yang Sulit
- Bab 175 Aku Ingin Anak
- Bab 176 Kedamaian dan Kesenangan
- Bab 177 Paman Koki
- Bab 178 Mengenal Kembali
- Bab 179 Aku Juga Sudah Berubah
- Bab 180 Sebelum Pergi
- Bab 181 Pelukan Terakhir
- Bab 182 Hari-hari
- Bab 183 Dia Adalah Ayahku
- Bab 184 Apakah Kalungmu
- Bab 185 Pelanggan Misterius
- Bab 186 Bocah lelaki
- Bab 187 Takdir cinta telah tiba
- Bab 188 Kurangi menonton TV dan lebih giat belajar
- Bab 189 Bukan orang lama
- Bab 190 Pengagum yang sempurna
- Bab 191 Misteri Vila
- Bab 192 Siapa Yang Menjagaku
- Bab 193 Berebutan Cemburu
- Bab 194 Dua Jodoh
- Bab 195 Hukuman Untukmu
- Bab 196 Hukuman Yang Bodoh
- Bab 197 Kamu Salah Orang
- Bab 198 Memancing Bersama
- Bab 199 Tergerak
- Bab 200 Orang Yang Ingin Didekati
- Bab 201 Terjebak semakin dalam
- Bab 202 Yulius Zhu
- Bab 203 Aku tidak akan tertarik kepadamu lagi
- Bab 204 Kamu benar-benar ayahku?
- Bab 205 Tinggallah
- Bab 206 Kehangatan Sesaat
- Bab 207 Aku Di Sebelah
- Bab 208 Sekeluarga berkumpul
- Bab 209 Kakaknya Melly
- Bab 210 Rumah Baru
- Bab 211 Namanya Jelek
- Bab 212 Apa Yang Kamu Lakukan
- Bab 213 Kamu Jangan Sentuh Aku
- Bab 214 Kaki Patah
- Bab 215 Sangat Risih
- Bab 216 Aku Perlu Dirimu Merawatku
- Bab 217 Kehidupan Sangat Memusingkan
- Bab 218 Mencoba Untuk Hidup Bersama
- Bab 219 Saling Menjaga
- Bab 220 Oleskan Salep Untukku
- Bab 221 Benar-Benar Tidak Rela
- Bab 222 Orang Yang Berbeda
- Bab 223 Hal Yang Disukai
- Bab 224 Kamu Berbohong Padaku Lagi
- Bab 225 Pergi Meninggalkan Rumah
- Bab 226 Kehilangan Muka
- Bab 227 Sangat Tidak Enak Dimakan
- Bab 228 Aku Akan Melindungimu Selamanya
- Bab 229 Aku Masih Mencintaimu
- Bab 230 Aku Ingin Tahu Semua
- Bab 231 Ya, Aku Tahu
- Bab 232 Yuliana?
- Bab 233 Orang Yang Aneh
- Bab 234 Mimpi Buruk Datang Kembali
- Bab 235 Hanya Mimpi Buruk
- Bab 236 Dia Sudah Mati
- Bab 237 Tiga Hadiah
- Bab 238 Berjumpa Teman Lama
- Bab 239 Dua Orang Yang Sama Sekali Berbeda
- Bab 240 Hadiah Pertama
- Bab 241 Sangat Memalukan
- Bab 242 Bagaimana Cara Menghibur Wanita
- Bab 243 Sebagai Pemberian Gratis
- Bab 244 Menikahlah Denganku
- Bab 245 Kita Menikah Yuk
- Bab 246 Ketika Pernikahan Berlangsung
- Bab 247 Hadiah Melvin
- Bab 248 Siapa Pengantin Laki-Lakinya
- Bab 249 Idola Semua Orang
- Bab 250 Saat Pernikahan Berlangsung
- Bab 251Saingan Cinta Yang Tak Terhitung Jumlahnya
- Bab 252 Perjamuan
- Bab 253 Wanita Pengosip
- Bab 254 Memamerkan Kebahagiaan
- Bab 255 Mimpi Buruk Datang
- Bab 256 Semua salahku
- Bab 257 Sebenarnya dimana
- Bab 258 Kamu bukan iblis
- Bab 259 Retak
- Bab 260 Penyelamat
- Bab 261 Perbaiki Perlahan-lahan
- Bab 262 Penipu Kecil yang Baik Hati
- Bab 263 Anak Lelaki yang Pemalu
- Bab 264 Mata di Belakang
- Bab 265 Manusia Operasi Plastik
- Bab 266 Kejutan Besar
- Bab 267 Pengantin Pria yang Misterius
- Bab 268 Ibu, Cepat Lari
- Bab 269. Mawar Merah Misterius
- Bab 270. Laporan Pemeriksaan yang Sempurna
- Bab 271 Pacar Yang Angkuh
- Bab 272 Pria Yang Lemah
- Bab 273 Dua Iblis Kecil
- Bab 274 Pelan-Pelan Mendekat
- Bab 275 Masuk Perangkap
- Bab 276 Umpan
- Bab 277 August Leng Muncul
- Bab 278 Orang Gila
- Bab 279 Kekacauan
- Bab 280 Pemenang
- Bab 281 Mengontrol Segalanya
- Bab 282 Jiwa Yang Terkontrol
- Bab 283 Kita Selamanya Bersama
- Bab 284 Merah Darah
- Bab 285 Prilaku Aneh
- Bab 286 Jiwa Yang Terpenjara
- Bab 287 Siapa Pembunuhnya
- Bab 288 Dia Pantas Untuk Mati Sekali Lagi
- Bab 289 Menemukan Kembali Dirinya Yang Asli
- Bab 290 Kekasihku
- Bab 291 Aku menunggumu
- Bab 292 Hutangku padamu
- Bab 293 Ingatan palsu
- Bab 294 Berkenalan kembali
- Bab 295 Namaku Wirianto Leng
- Bab 296 Ingatan yang Hilang
- Bab 297 Dia Terlihat Tampan
- Bab 298 Aku Sangat Berprinsip
- Bab 299 Mulai Menyukainya
- Bab 300 CEO yang Arogan
- Bab 301 Mari Kita Tidur Satu Kamar
- Bab 302 Tidur yang Nyenyak
- Bab 303 Membencinya
- Bab 304 Kamu Amnesia
- Bab 305 Lepaskan Pakaianmu
- Bab 306 Tidak Bisa Menerima Kenyataan
- Bab 307 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 308 Semua Kenyataan
- Bab 309 Sisi Gila Dia
- Bab 310 Jangan Berpisah Lagi
- Bab 311 Menjaga Jarak
- Bab 312 Aku Bersedia Berubah Demi Kamu
- Bab 313 Hadiah Untukmu
- Bab 314 Maafkan Diri Sendiri
- Bab 315 Melihat Sinar Matahari Kembali
- Bab 316 Tidak boleh terbiasa menjadi orang baik
- Bab 317 Anggota keluarga baru
- Bab 318 Jangan mengoda serigala lapar
- Bab 319 Satu keluarga berkumpul
- Bab 320 Asing tapi familier
- Bab 321 Makan Malam Yang Telah Lama Hilang
- Bab 322 Awal Yang Baru
- Bab 323 Peluk Aku Dengan Erat
- Bab 324 Apakah Sudah Cukup
- Bab 325 Orang Yang Aneh
- Bab 326 Kehidupan Baru
- Bab 327 Masa kehamilan
- Bab 328 Orang Yang Aku Cintai
- Bab 329 Kumpul Keluarga
- Bab 330 Merawat Kehamilanmu Dengan Tenang
- Bab 331 Memakai Gaun Pengantin
- Bab 332 Pernikahan Yang Sempurna
- Bab 333 Segalanya Yang Indah
- Bab 334 Anak Yang Baru Lahir
- Bab 335 si Putri Kecil
- Bab 336 Kalang Kabut
- Bab 337 Ayah yang Baik
- Bab 338 Kacau balau
- Bab 339 Si Kecil Bulat
- Bab 340 Pulang Ke Rumah
- Bab 341 Keluarga Dengan 5 Anggota Keluarga
- Bab 342 Ayah Rumah Tangga Professional
- Bab 343 Sedikit Cemburu
- Bab 344 Siapakah Orang Yang Paling Dicintai
- Bab 345 Senang Setiap Hari
- Bab 346 Bulan Madu
- Bab 347 Aku bersedia berada di sisimu setiap saat
- Bab 348 Orang tua yang berbeda
- Bab 349 Kejutan yang tiba-tiba
- Bab 350 Tebak dimana
- Bab 351 Bulan Madu
- Bab 352 Tempat yang Misterius
- Bab 353 Rumah yang Hangat
- Bab 354 Menyukaimu
- Bab 355 Seperti Cinta Pertama
- Bab 356 Hal yang memalukan
- Bab 357 Memanggang Kentang
- Bab 358 CEO Tian (CEO Manis)
- Bab 359 Saling bergantung
- Bab 360 Pilek
- Bab 361 Hadiah
- Bab 362 IQ yang Melemah
- Bab 363 Kehidupan yang Tenang
- Bab 364 Masalah yang Datang ke Rumah
- Bab 365 Saingan Cinta
- Bab 336 Kecanduan Berakting
- Bab 367 Mencari Masalah Sendiri
- Bab 368 Terlalu Kejam
- Bab 369 Benar-Benar Kejam
- Bab 370 Hadiah Orang Lain
- Bab 371 Pria yang Aneh
- Bab 372 Sedikit Aneh
- Bab 373 Pelamar
- Bab 374 Hadiah
- Bab 375 Pria yang Sempurna
- Bab 376 Orang terkasih yang sempurna
- Bab 377 Tidak masuk akal
- Bab 378 Desas-desus adalah hal yang menakutkan
- Bab 379 Pernyataan manis
- Bab 380 Kekasih misterius
- Bab 381 Seven Years Of Love
- Bab 382 Tempat Yang Hilang
- Bab 383 Wanita Misterius
- Bab 384 Sebuah Ketakutan Yang Tidak Perlu
- Bab 385 Hadiah Aku
- Bab 386 Aku Sudah Pulang
- Bab 387 Gosip Baru
- Bab 388 Ketakutan dan Kegelisahan
- Bab 389 Muncul Di Depan Umum
- Bab 390 Memilih Gaun Pesta
- Bab 391 Pasangan yang Sempurna
- Bab 392 Berdanda Denganmu
- Bab 293 Artiker yang Memalukan
- Bab 394 Rumor yang Tak Tertahankan
- Bab 395 Tujuan Wisata yang Baru
- Bab 396 Mengemudi Sendiri
- Bab 397 Proposal Yang Konyol
- Bab 398 Pedagang Kaki Lima
- Bab 399 Kenangan Yang Indah
- Bab 400 Terus Menuju Ke Depan
- Bab 401 Si Pecemburu
- Bab 402 Aku sangat mencintaimu
- Bab 403 Berendam di sumber air panas
- Bab 404 Coba aku lihat
- Bab 405 Pulang
- Bab 406 Sudah sampai di rumah
- Bab 407 Dalang di balik belakang
- Bab 408 Keluargaku
- Bab 409 Hidup Bahagia