Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 22 Pinggangnya Sangat Langsing

Yuliana tidak pernah menduga suatu hari dia bisa begitu takut pada seorang pria, mungkin karena Wirianto terlalu hebat, membuat Yuliana yang selama ini sangat percaya diri menjadi minder, maka sangat takut dengannya. Tidak, daripada disebut takut, lebih baik disebut takut dia merendahkannya.

Yuliana pelan-pelan menenangkan nafasnya, dia memejamkan mata, berusaha menghibur diri bahwa ini hanyalah mimpi. Dia tidak tidur di samping Wirianto, dia tidak akan menyentuh Wirianto dengan tidak sengaja dan membuat dia mengejek dan menyindirnya.

Yuliana berharap yang dialami dia sekarang hanyalah mimpi, saat dia terbangun, dia masih adalah Nona Besar Keluarga Jian. Tapi bukan Yuliana yang melakukan inseminasi buatan demi uang dan terpaksa harus menjadi istri Wirianto.

Kedepannya akan bagaimana, Yuliana tidak berani banyak pikir, dia hanya berharap malam ini cepat berlalu. Yuliana mengecilkan diri di pinggiran, walaupun sudah tertidur, Yuliana masih pelan-pelan bergeser ke pinggir kasur dengan naluri untuk menghindar dari Wirianto. Saat dia hampir jatuh, tiba-tiba Wirianto mengulurkan tangan dan menahan pinggang dia, lalu menarik Yuliana ke dalam pelukannya.

Yuliana bersender di depan dada Wirianto dengan memejamkan mata, nafas dia yang hangat menyentuh dada Wirianto. Tangan Wiriato Leng diletakkan di pinggang Yuliana.

Pinggang dia sangat langsing!

Saat ini adegan dress Yuliana terlepas muncul di pikiran pertama Wirianto, juga merupakan pikiran dia sekarang satu-satunya. Pinggang yang begitu langsing, sepertinya kedua tangannya dirapatkan pun bisa menggenggam dengan mudah. Wirianto tidak tahan menggerakkan jari tangannya dan mengukur lingkar pinggang Yuliana.

Ternyata memang sangat langsing, wanita yang memiliki pinggang selangsing ini, seharusnya adalah orang yang menjaga kelangsingan tubuh dengan sungguh-sungguh, tapi sekarang malah harus melahirkan anak untuknya? Wirianto menunduk dan melihat ke Yuliana yang ada di pelukannya, dia tampak sangat lelah, tidurnya sangat nyenyak, dia pun tidak bereaksi terhadap sentuhannya. Bahkan dia menggesek wajah dia di dadanya dengan pelan seperti kucing kecil yang tidur nyenyak.

Tapi wanita ini menjadi Ibu dari anaknya dan istri kontraknya sekarang dengan cara paling tidak tahu malu di saat dia paling menyedihkan? Wirianto mengerutkan dahi dan menunjukkan ekspresi bingung yang tidak pernah ditunjukkan di depan orang lain, dia terus menyipitkan mata dan mengamati Yuliana di bawah sinar bulan seperti saat pertama kali bertemu Yuliana di pinggir kasurnya.

Saat Yuliana terbangun, hari sudah pagi, dia membuka mata dan melihat dirinya menempati seluruh kasur besar dengan tidak tahu diri, dan Wirianto tidak ada di sisinya! Ya ampun, tadi malam jelas-jelas tidur di pinggir kasur, bagaimana bisa tidur di tengah kasur? Jangan-jangan saat dia tidur terlalu mengganggu dan membuat marah Wirianto?

Sial! Dia sudah menduga sejak awal, sepasang pria dan wanita tidur bersama adalah suatu hal yang sangat tidak pantas!

Yuliana langsung bangun, turun dari kasur dan memakai sendal. Baru memakai sendal, Wirianto jalan keluar dari dalam kamar mandi.

Dia melihat Yuliana yang panik dan berkata dengam dingin: “Nanti akan ada pembantu yang mengantar sarapan ke sini, Nenek Buyut menyediakan mobil pribadi untukmu, nomor telepon supir ada di meja, kamu lihat sendiri.”

“Itu, tadi malam kamu tidak terganggu aku kan?” tanya Yuliana dengan hati-hati sambil menatap Wirianto.

Wirianto mengecap bibir dan tidak berkata, beberapa lama kemudian dia baru melihat ke arah Yuliana dan bertanya balik: “Oh? Kalau begitu apakah kamu merasa sudah mengganggu aku?”

Yuliana melihat sekilas ekspresi Wirianto, dia mengamati dan mengangguk: “Saat aku tidur sangat lasak, sangat mungkin sudah menganggu kamu……aku……”

“Sudah mengganggu aku? Nona Jian, apakah kamu sudah sedikit terlalu telat menyadari hal ini? Saat aku masih pasien vegetatif persisten, kamu seharusnya sudah menyadarinya. Di saat suatu hari aku siuman, keberadaanmu adalah gangguan terbesar untukku.” kata Wirianto dengan nada dingin.

Yuliana mengerutkan dahi, mengecap bibir dan ingin menjelaskan, tapi menghadapi Wirianto, penjelasan dia tidak bisa diucapkan apa-apa. Dari keseluruhan masalah, mungkin Wirianto adalah orang yang paling tidak bersalah, saat dia menjadi pasien vegetatif persisten dan terbaring di atas kasur tanpa kesadaran, dia malah direncanakan seorang istri dan Ibu dari anaknya untuknya oleh orang lain. Setelah Wirianto siuman, dia harus dipaksa menerima segalanya, Yuliana berpikir dari sudut pandang Wirianto dengan menempati dirinya pada posisi dia dan merasa sepertinya dia juga tidak bisa menerima hal ini.

“Maaf.” kata Yuliana dengan pelan.

Wirianto menaikkan mata dan melihat ke Yuliana, lalu mengangguk dengan pelan: “Aku baru sadar kamu masih ada kelebihan, misalnya kemampuan kamu minta maaf sangat terampil.”

Yuliana mengerutkan dahi dan melihat sekilas Wirianto, lalu menunduk dan mengeluh di dalam hati: Apa sih Wirianto ini? Kenapa apapun yang aku lakukan tidak bisa membuat dia puas, jelas aku sudah mempertimbangkan perasaannya? Sungguh orang yang sulit bergaul! Pantas saja orang-orang bilang dia angkuh dan dingin! Ternyata memang cukup angkuh! Cukup dingin!

“Sedang memikirkan apa?” Wirianto melihat dia menunduk dan bertanya dengan suara pelan.

Yuliana mengangkat kepala dan melihat sekilas Wirianto, lalu langsung menunduk, tentu saja dia tidak bisa mengatakan keluhan yang sebenarnya dia pikirkan dalam hati, hanya bisa bergumam dengan pelan: “Aku sedang berpikir, sekarang sudah ada orang Keluarga Leng yang mengetahui hubungan kita, kalau mereka beritahu ke luar. Atau aku tidak sengaja bertemu mereka, jadi aku harus bagaimana?”

“Aku hanya meminta padamu, tidak meminta orang lain.” Wirianto berjalan ke ruang baca dan menyalakan laptop.

Yuliana bengong sebentar, menghela nafas dan bergumam dengan pelan: “Jadi, tidak beritahu ke luar tentang hubungan kita berdua, ini adalah janji yang hanya diminta kepada aku sendiri saja? Kedengarannya……sungguh kontrak yang sangat adil.”

“Haa? Apa kamu bilang?” Wirianto menyipitkan mata dan melihat ke Yuliana.

Yuliana langsung mundur satu langkah, buru-buru menggeleng kepala dan berkata sambil tersenyum: “Aku, aku tidak ada apa-apa, aku hanya mengira waktu sudah tidak pagi, seharusnya aku mengganti baju dan ke luar lebih awal.”

Setelah Yuliana selesai berkata, dia langsung lari ke dalam kamar mandi. Wirianto sedikit tersenyum melihat bayangan belakang Yuliana, menunduk dan minum teh panas. Setiap menit berinteraksi dengan Wirianto dalam satu ruangan membuat Yuliana merasa gugup, dia cuci muka, gosok gigi, dandan, dan ganti baju dengan kecepatan tercepat, setelah sarapan, dia bersiap berjalan keluar kamar.

Saat ini terdengar Wirianto tiba-tiba berkata: “Tunggu dulu!”

“Haa? Ada apa?” Yuliana langsung menoleh ke Wirianto.

Wirianto berjalan ke depan pintu dan mendekati Yuliana, Yuliana mundur satu langkah dengan gugup dan bertanya dengan panik: “Aku, aku kenapa?”

Wirianto mengulurkan tangan dan memberikan sebuah kartu ke tangan Yuliana, berkata dengan pelan: “Kamu lupa mengambil nomor telepon supir.”

Yuliana langsung memegang erat kartu, mengangguk dengan panik dan berkata: “Terima kasih.”

Lalu Yuliana balik badan dan turun ke lantai bawah, setelah keluar dari Kediaman Leng dan masuk ke dalam mobil, Yuliana baru merasa lega. Setelah menghela nafas panjang, Yuliana mengangkat tangan dan mengetuk kepalanya sendiri, dia sungguh merasa dirinya sangat tidak berguna. Kenapa saat menghadapi Wirianto, dia selalu begitu takut?

Yuliana merasa dirinya seperti seekor rubah yang terus beradu galak di luar, menghadapi serigala liar dan macan tutul lapar, dia akan memperlihatkan gigi dan cakarnya yang tajam untuk menujukkan kegalakan dia tanpa ragu. Tapi saat dia bertemu dengan raja hutan, harimau yang benar-benar hebat, ketakutan yang ada dalam dirinya menjadi terlihat!

“Aduh, kenapa begitu tidak berguna……” Yuliana sambil mengeluh dirinya, sambil mengetuk kepalanya lagi karena rasa kecewa.

Membuat supir yang duduk di depan bingung dan terus melihat ke belakang. Yuliana menarik nafas dan menjadi tenang kembali, langsung berkata pada supir dengan nada yang tenang: “Tolong antar aku ke kantor pusat MARS COMPANY, terima kasih.”

Supir mengangguk dengan pelan, tapi jelas ekspresi Yuliana yang berubah dengan cepat telah mengejutkannya. Di sepanjang jalan, dia terus mengamati Yuliana melalui kaca mobil. Yuliana tahu pekerjaan seperti supir, orang yang diutus Nyonya Tua Leng pasti adalah orang yang bisa diandalkan, lagipula di dalam kandungannya masih ada bayi Wirianto, jadi dia tidak khawatir supir ini akan membahayakannya.

Sampai di kantor pusat MARS Company, Yuliana baru kembali tenang dan mahir seperti biasanya, dia masuk ke dalam perusahaan dan langsung memerintah sekretaris membuka rapat pemegang saham. Saat para pemegang saham sampai, Yuliana melihat sekilas para pemegang saham dalam ruangan dan berkata dengan dingin: “Aku rasa kalian sudah tahu semua, aku mendapatkan dana dari Keluarga Leng, berita negatif MARS Company juga sudah terjelaskan. Sekarang Direktur MARS Company masih diduduki Ayahku Rishendy Jian, sebelum Ayahku siuman, aku sebagai CEO sementara akan menggantikan segala pekerjaannya, apakah masih ada yang tidak setuju?”

Para pemegang saham menggeleng kepala dan berkata sambil tertawa: “CEO Jian, Anda sudah bisa mendapatkan dana dari Keluarga Leng, mana mungkin kita masih tidak setuju?”

“Iya, Keluarga Leng bisa memberi kita dana bantuan, ini membuktikan kedepannya bisa berkembang semakin baik, kita juga harus mohon Yuliana untuk lebih bekerja keras.”

“Tuh kan, memang adalah CEO Jian, memang begitu terampil!”

Yuliana menyipitkan mata dan melihat para pemegang saham yang memuji dia, dia perlahan-lahan tersenyum. Dia masih ingat wajah bagaimana para pemegang saham yang tidak akan puas jika tidak menginjak Keluarga Jian ke dalam neraka setelah Ayahnya jatuh sakit.Tapi sekarang dia masih mempunyai kesabaran, dia harus menenangkan keadaan dulu, lalu mengusir para pemegang saham ini keluar perusahaan satu per satu.

“Benar, CEO Jian sangat pandai, ternyata bisa berhubungan dengan Keluarga Leng.” Michael Chu masuk dari luar ruang rapat sambil tertawa: “Mana mungkin kami berani tidak setuju?”

Yuliana tidak ingin melihat Michael Chu, dia hanya bangun dan berkata pada para pemegang saham sambil tersenyum: “Kalau tidak ada yang tidak setuju, kita bubar saja.”

Michael Chu menyipitkan mata dan melihat Yuliana: “Tunggu, aku juga pemegang saham perusahaan? Kenapa membuka rapat pemegang saham tapi tidak menginformasikan aku?”

Yuliana baru menoleh ke Michael Chu dan berkata dengan pelan sambil tersenyum: “Menurut aturan rapat pemegang saham perusahaan, pemegang saham yang sahamnya kurang dari 5%, Direktur boleh mempertimbangkan untuk tidak menginformasikan orang itu mengikuti rapat pemegang saham. Sayang sekali, kebetulan saham Manager Chu tidak mencukupi 5%.”

Michael Chu menatap Yuliana dan berkata sambil tersenyum dengan kesal: “Nona Besar Jian, kamu memang hebat. Sekarang sudah berhubungan dengan Keluarga Leng, langsung mulai menyampingkanku? Apakah kamu pikir Steven Leng bisa melindungi kamu seumur hidup? Dana yang kamu bawa kembali dari jual diri, aku sungguh ingin tahu setelah Ayahmu siuman, akan merasa bangga atau malu?”

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu