Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 52. Jadi Partner Perempuanku

Wirianto mengendarai mobil meninggalkan kediaman Leng, dan menghentikan mobilnya di depan sebuah restoran yang terlihat anggun dan berkelas. Setelah dia berjalan masuk, dia pun menarik perhatian banyak orang, tidak peduli pakaian ataupun penampilan luar Wirianto membuat pandangan orang-orang tertuju padanya, pandangan-pandangan itu baru perlahan-lahan berpindah setelah Wirianto masuk ke dalam ruangan.

Setelah itu banyak orang yang diam-diam bergosip, orang-orang yang tadi melihat Wirianto secara kompak mulai membicarakan identitas dan pekerjaan Wirianto. Terakhir ada orang yang berhasil menemukan foto Wirianto di internet, ketika mereka tahu Wirianto ternyata adalah direktur utama keluarga Leng yang belum lama ini koma karena kecelakaan dan baru saja bangun, langsung ada orang yang berani mencoba mendekati ruangan Wirianto.

Karena pelayan restoran menghentikan mereka, orang-orang yang mencoba masuk ke ruangan Wirianto pun ditahan di luar.

Suara keributan diluar terdengar sampai ke dalam ruangan, membuat Wirianto mengerutkan kening. Leny Liu yang duduk di seberang Wirianto tertawa ringan dan menuangkan teh untuk Wirianto, berkata lembut: "Maaf, aku juga tidak menyangka rasa ingin tahu orang-orang disini begitu besar, keberaniannya juga besar. Karena setahun ini aku terus ada di luar negeri, aku sudah menyukai kehidupan rakyat biasa seperti ini, sekarang kembali kesini masih ingin seperti dulu, makan di restoran asal, tapi malah melupakan identitasmu. Kemunculanmu selalu begitu menarik perhatian orang-orang, membuatku kelihatan seperti Cinderella yang sangat biasa."

Wirianto mengerutkan kening, berkata dengan berat: "Sebelum kamu pergi kamu mengambil kalung ibuku, sekarang sudah boleh kembalikan?"

"Wirianto, kamu tidak berubah, masih saja begitu dingin." Leny menunduk, terlihat sedikit terluka dan menggelengkan kepalanya: "Apakah kamu tidak bisa lembut sedikit, jelas-jelas ketika kamu kecil kamu begitu lembut dan baik hati, sekarang kenapa berubah jadi seperti ini?"

Berkata sampai sini, Leny menghela nafas ringan: "Kamu sekarang benar-benar semakin mirip dengan kakakmu, aku kadang bisa berpikir, kalau kakakmu sudah besar bisa seperti apa, sekarang melihatmu, aku sudah bisa melihat kakakmu kalau dia sudah besar, mungkin kira-kira akan seperti kamu sekarang. Tapi kakakmu meskipun sangat dingin, tapi dia sangat baik terhadapku, tidak akan begitu perhitungan. Saat kecil, kamu dan August tidak berani mendekati kakakmu, namun hanya aku yang boleh masuk ke ruang bacanya, membawakan makanan kecil untuknya. Bahkan sebelum dia meninggal, dia bahkan memesanmu untuk menjagaku dengan baik. Dia masih begitu kecil, namun dia sangat bijaksana, benar-benar sangat disayangkan."

Wirianto menyipitkan matanya melihat Leny, berkata dengan suara kecil: "Kamu kedengarannya sangat merindukan kakakku? Jangan sampai perlu aku ingatkan, sekarang kakakku adalah pembicaraan tabu di keluarga Leng, jangan membicarakan tentang dia, terutama di depan nenek."

Leny segera menggelengkan kepalanya: "Kamu lagi-lagi salah paham, Wirianto, aku hanya kadang-kadang teringat dengan masa lalu, tidak tahan ingin membicarakannya sedikit. Sebelumnya diantara kita terlalu banyak salah paham, aku rasa kita boleh mencari waktu untuk menjelaskan kesalahpahaman ini secara perlahan."

Wirianto mengangkat sudut bibirnya, menunjukkan senyum sinis: "Sebenarnya kamu sedang menjelaskan padaku, atau memperingatkanku? Kakakku pernah berpesan padaku, harus menjagamu dengan baik? Itu hanyalah perkataan anak kecil, apalagi kakakku adalah anak muda yang kaku dan acuh tak acuh, dulu dia berpesan padaku untuk menjagamu, sama saja seperti menyuruhku memelihara burung beo yang ada di kamarnya dengan baik. Untuk apa kamu terus mengulanginya, seolah-olah itu adalah sebuah janji. Kalaupun kamu tidak mengingatkanku, karena ini adalah kata-kata terakhir yang dia katakan padaku, aku bisa menjagamu sedikit. Kalau tidak, kamu mencuri peninggalan ibuku, sekarang sudah ada di penjara."

Berkata sampai sini, Wirianto mengerutkan keningnya melihat Leny: "Kalau tidak kamu coba jelaskan dulu kenapa kamu mengambil peninggalan ibuku, kalau bukan karena ingin bergegas ke bandara untuk mengambil kembali kalung itu, aku juga tidak akan mengalami kecelakaan. Ketika orang-orang luar mengira aku mengalami kecelakaan demi menahanmu jangan pergi, kamu kenapa tidak menjelaskan? Aku kecelakaan dan koma, kamu kenapa tidak pulang? Dulu ketika aku sudah memutuskan untuk menjadi kekasihmu, kenapa kamu masih berhubungan dengan August?"

"Aku....Aku benar-benar tidak tahu......" Leny mengeluarkan sebuah kalung dari tasnya dan menyerahannya kepada Wirianto: "Saat itu aku benar-benar tidak tahu ini adalah peninggalan bibi, saat itu hatiku terlalu berantakan, kalian dua bersaudara terhadapku...... Aku benar-benar merasa bersalah dan juga panik, aku hanya ingin meninggalkan tempat ini, namun aku takut setelah pergi, aku akan sangat merindukanmu, oleh karena itu aku mengambil kalung ini. Kemudian begitu sampai di luar negeri, aku memotong seluruh hubungan dengan negeri ini, aku sama sekali tidak tahu kamu kecelakaan karenaku, lebih tidak tahu lagi kalau kamu terluka begitu parah. Kalau aku tahu, aku pasti akan mencari segala cara untuk kembali ke sisimu....."

Wirianto mengambil kalung itu dan melihatnya sejenak, baru memasukkannya ke sakunya, kemudian bermaksud berdiri. Leny segera mengangkat tangan menghentikan Wirianto, matanya memerah dan berkata sedih: "Wirianto, apakah kamu masih salah paham denganku? Dulu antara aku dan August benar-benar tidak ada apa-apa, mungkin karena tumbuh besar bersama, membuat hubungan kita terlihat lebih dekat, kemudian dia salah paham kalau aku punya perasaan terhadapnya, baru bisa melakukan hal-hal yang membuatmu salah paham. August hanyalah anak lelaki yang polos, sekarang dia seharusnya sudah melepaskanku, meskipun dia tidak melepaskanku, aku juga akan berusaha memisahkan diri dengannya."

"Aku tahu identitasku tidak bagus, ibuku hanyalah pembantu keluarga Leng. Aku bisa tumbuh besar di kediaman Leng, menjadi teman kalian, keluarga Leng sudah sangat baik padaku. Kemudian aku bahkan bisa menjalin hubungan denganmu, membuatku semakin takut dan gelisah, kalian meskipun begitu baik padaku, namun malah membuatku semakin gelisah."

Leny menunduk, berkata sambil sesenggukan: "Terutama kamu, kamu meskipun sudah bersama denganku, aku selalu tidak mengerti apa yang kamu pikirkan? Kamu sama sekali tidak mendekatiku. Kalau di sisimu tidak ada orang lain yang dekat denganmu, aku bahkan akan mengira aku hanyalah pengganti seseorang. Ketika aku diluar negeri melihat kabar bahwa kamu sudah bangun, aku baru tahu kamu mengalami kecelakaan besar, aku segera pulang, namun tidak disangka kamu sudah menikah. Inilah yang namanya takdir, sama sekali tidak bisa kita kendalikan. Tapi kulihat Nona Yuli sangat baik, dia seharusnya menjagamu dengan baik, kan?"

Wirianto yang awalnya bermaksud langsung keluar ruangan, berpaling melihat Leny, berkata dingin: "Kamu merasa aku dan Yuliana Jian bersama sangat baik, kamu tidak merasa cemburu dan juga tidak rela sedikitpun?"

Mendengar Wirianto bertanya seperti itu, wajah Leny bersinar seketika, sudut bibirnya bahkan refleks terangkat. Dia tahu Wirianto masih sangat peduli dengan perasaannya, Leny meskipun merasa puas di dalam hati, tapi dia segera menghapus senyum di wajahnya, menunjukkan ekspresi yang lembut dan hangat, dia menggelengkan kepala: "Aku kenapa bisa tidak rela, kenapa bisa cemburu. Pemikiran seperti itu hanya dimiliki oleh perempuan yang jahat dan tidak percaya diri, kebalikan, aku sangat berterimakasih, aku sangat berterima kasih kepada Nona Yuli itu, bisa mewakiliku menjagamu di saat kamu paling susah. Dengan begitu aku baru punya kesempatan melihat kamu yang sehat, kita baru bisa duduk dan makan bersama dan merencanakan masa depan?"

"Berterima kasih?" Wirianto teringat dengan Yuliana yang terus meneriakkan 'cemburu', dia pun refleks tertawa.

Dia sekarang bisa mengingat adegan itu dengan sangat jelas, bahkan Yuliana yang cemberut dan berseru: "Perempuan licik itu, atas dasar apa?" juga dengan sangat jelas muncul di ingatannya.

Otak Wirianto merekam sangat banyak orang, mereka dibagi menjadi dua grup, musuh dan sekutu, namun hanya Yuliana seorang, Wirianto tidak tahu harus menaruhnya di grup mana. Dibandingkan dengan orang-orang yang boleh dia sortir dengan gampang, Yuliana terlihat terlalu hidup, terlalu terus terang. Membuat Wirianto merasa susah menyimpulkan Yuliana termasuk grup mana.

"Kamu menertawai apa?" Leny menatapi senyum di wajah Wirianto yang sangat jarang muncul, dia pun tidak tahan dan bertanya dengan suara kecil.

Wirianto perlahan-lahan menyimpan kembali senyumnya dan menatapi Leny. Alasan dia menjalin hubungan dengan Leny sangat sederhana, hanya karena dia sudah berada di usia yang cocok untuk memiliki seorang kekasih di sisinya. Leny sangat sesuai dengan persyaratannya, menjalin hubungan dengan Leny, orang lain tidak akan merasa aneh. Meskipun latar belakang keluarga Leny tidak bagus, tapi dia tumbuh besar dengan Wirianto, masih bisa diterima.

Terlebih lagi meskipun Leny licik, namun masih gampang diurus, dia tidak perlu mengeluarkan tenaga lebih untuk berhubungan dengannya. Tapi sebelumnya Wirianto masih terlalu muda, dia mengabaikan kerakusan hati manusia. Leny tidak hanya menginginkan dia, dia masih ingin lebih banyak lelaki bersujud di bawah kakinya, dia tidak hanya menginginkan posisi Nyonya muda keluarga Leng, dia masih menginginkan lelaki lain jatuh di bawah pesonanya.

Terhadap Leny Liu, sepertinya ada banyak lelaki yang menyukainya dan berebutan untuk mendapatkannya, adalah hal yang membuatnya merasa bangga. Wirianto sampai sekarang masih tidak tahu ada apa dengan permainan yang menganggap diri sendiri sebagai mangsa agar dikejar seperti itu, sehingga membuat Leny begitu kecanduan permainan itu dan terus menerus menarik orang lain menemaninya bermain permainan ini.

Tapi meskipun Leny seperti ini, tapi dia tetap lebih cocok dengan keluarga Leng dibandingkan Yuliana. Keluarga Leng lebih cocok dengan perempuan seperti Leny, suka berpura-pura, mementingkan keuntungan dibandingkan kepercayaan, dan juga sangat pintar memainkan perannya. Yuliana terlalu mudah terlibat dalam perasaan, terlalu memedulikan perasaan orang lain, juga terlalu mudah membangkitkan perasaan orang lain. Kalau untuk orang lain, ini tidak apa-apa, tapi di dalam keluarga Leng, hal ini sangat berbahaya baginya dan juga bagi Yuliana sendiri. Karena perasaan antar orang adalah pisau tajam terbaik yang bisa dipakai orang lain untuk menghadapimu!

Berpikir sampai sini, Wirianto menunduk melihat tangannya sendiri. Ujung jarinya dingin, tidak bisa merasakan sedikitpun kehangatan, tapi dia yang seperti ini baru bisa menyelesaikan masalah dengan rasional, Wirianto mengangkat tatapannya melihat Leny, berkata dengan suara kecil: "Aku sudah berpikir, mungkin kamu lebih cocok denganku dibandingkan Yuliana, oleh karena itu aku tidak tahan dan tertawa."

Leny langsung menunduk, berkata dengan suara kecil: "Wirianto, kamu sekarang benar-benar semakin jahat, terus mengatakan hal yang membuat orang merasa malu."

"Nenek sudah mau ulang tahun, kali ini nenek akan menyelenggarakan pesta besar-besaran. Kamu bisa jadi partner perempuanku?" Wirianto menatapi Leny, berkata serius.

"Ah....." Leny menutup mulutnya dengan tangan, menunjukkan ekspresi kaget: "Benarkah? Aku bersedia. Aku bersedia menemanimu mulai hari ini, tidak akan berpisah denganmu lagi......"

Novel Terkait

Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu