Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 269. Mawar Merah Misterius

Yuliana mengulurkan tangan dan menepuk ringan kepala Melly: "Aku akan mengurus hal-hal ini, kamu tidurlah."

Melly mengerutkan kening dan menggandeng tangan Yuliana, berkata dengan suara kecil: "Ibu benar-benar bisa mengurus hal ini? Jangan nanti karena alasan apa tidak mengurus hal ini lagi. Ibu sudah berjanji, tidak boleh berubah."

Yuliana melihat Melly tidak berdaya, dia pun tertawa: "Aku tidak pernah melihatmu begini terburu-buru terhadap hal lain."

Melly berseru dengan suara kecil: "Tentu saja, aku sudah berjanji pada Zacky. Ibu, kalau tidak besok suruh dia datang, aku sudah merindukannya."

Yuliana mengerutkan kening melihat Melly, merasa Melly terlalu menyukai Zacky. Yuliana bahkan merasa sedikit cemburu, hatinya terasa tidak nyaman, dia pun mengerutkan kening dan berkata: "Melly terlalu berpihak pada Zacky itu, kalau begini Ibu bisa cemburu."

Melly tertawa berseri-seri dan bersandar ke arah Yuliana, dia mengangkat tangan kecilnya dan mengelus ringan wajah Yuliana, berkata: "Ibu tenang saja, Ibu selamanya adalah yang nomor 1 di hati Melly, Melly paling menyukai Ibu."

Yuliana mengerutkan hidungnya, kemudian mengelus kepala Melly, mendengus ringan dan berkata: "Kamu paling pintar menghiburku."

Melly tertawa dan bersandar ke bahu Yuliana, kembali menutup matanya. Yuliana mengulurkan tangan mengelus wajah Melly, namun keningnya berkerut, melihat pengaruh Zacky terhadap Melly sangat besar, Yuliana tidak mengerti, kenapa Zacky bisa memberikan pengaruh yang begitu besar terhadap Melly.

Apakah benar mereka berdua bertakdir?

Yuliana merasa lebih baik mencari waktu mengurus Zacky, kalau tidak Zacky terus mendekati Melly, mungkin akan membuat Melly semakin bergantung pada Zacky, dengan begitu mungkin akan menyebabkan keadaan yang semakin parah.

Yuliana memeluk Melly dan menutup mata, tidak tahu kapan tertidur. Keesokan harinya, langit belum terang, Yuliana sudah bangun untuk membangunkan Wirianto. Yuliana baru saja mengetuk pintu kamar Wirianto, Wirianto pun membuka pintu dari dalam. Yuliana terkejut melihat Wirianto: "Kamu kenapa bangun sepagi ini?"

Yuliana pun melihat kening Wirianto yang berkerut, Yuliana langsung mengerutkan kening dan bertanya: "Terjadi sesuatu?"

Wirianto menggelengkan kepalanya, berkata dengan suara berat: "Tidak ada apa-apa, bagaimana tidurmu semalam?"

"Lumayan......." Yuliana berkata ringan, kemudian berpaling melihat meja Wirianto, dia pun melihat di atas meja ada sebuket bunga mawar.

Wirianto melihat Yuliana yang sedang mencoba melihat buket bunga mawar itu, Wirianto segera memiringkan tubuhnya, menghalangi penglihatan Yuliana dan mengerutkan kening: "Jangan lihat, tidak ada apapun."

Yuliana mengerutkan kening: "Tapi jelas-jelas ada bunga mawar........"

Berkata sampai sini, Yuliana mengedipkan matanya melihat Wirianto, bertanya dengan suara kecil: "Apakah ada orang yang memberikan bunga untukmu? Penggemarmu? Kamu tenang saja, aku sangat penuh toleransi, aku tidak akan mempedulikan hal-hal seperti ini."

Ekspresi di wajah Wirianto semakin memburuk, wajahnya mendingin, berkata dengan suara berat: "Jangan sembarangan menebak, kamu pergi jaga anak-anak, aku akan mengurus hal ini."

Selesai berbicara, Wirianto langsung menutup pintu, Yuliana mengerutkan kening berdiri di depan pintu, dia belum sempat berbicara, pintu sudah yang tertutup rapat.

"Hhh.... Kamu sekarang sedang menyembunyikan apa dariku?" Yuliana mengerutkan kening, dan berteriak.

Tapi Wirianto seperti tidak mendengar suara Yuliana, langsung menutup pintu. Yuliana berdiri di depan pintu kamar Wirianto, terdiam sekian lama, dia seketika merasa seperti kembali ke saat-saat dimana dia baru saja mengenal Wirianto, saat itu, Wirianto juga sangat dingin terhadapnya, sama seperti sekarang.

Apakah Wirianto ada masalah?

Yuliana berdiri di depan pintu sekian lama, dia berseru dengan suara kecil: "Apakah jiwamu yang sebelumnya kembali? Lagi-lagi berubah menjadi Wirianto yang membenciku?"

Tapi ini hanyalah keluhan kecil Yuliana, Yuliana merasa Wirianto pasti ada sesuatu yang tidak boleh diketahui olehnya, makanya sengaja menyembunyikan hal ini darinya. Yuliana pun berdiri di depan pintu sejenak, kemudian berbalik dan pergi. Yuliana baru saja turun ke ruang tamu, dia pun melihat Melly tertawa berseri-seri berlari ke arahnya, dengan semangat berkata kepada Yuliana: "Ibu.......Aku sudah menelepon Zacky, menyuruhnya besok datang bermain, ibu harus menyiapkan makanan yang enak ya."

Yuliana mengerutkan keningnya, dan menopang keningnya dengan tangan, berkata: "Melly, kenapa kamu memutuskan hal ini sendiri? Ibu belum selesai siap-siap? Sekarang bagaimana melayani tamu?"

Melly mengerutkan keningnya, berkata: "Melayani Zacky sangat sederhana, siapkan sedikit makanan enak saja sudah cukup. Tapi tidak tahu apakah dia akan membawa kekasihnya......."

Berkata sampai sini, Melly pun mengerutkan kening dan menunjukkan ekspresi jijik: "Kalau kekasih Zacky datang, maka mungkin akan merepotkan. Aku meskipun tidak pernah bertemu dengan kekasih Zacky, tapi aku bisa merasakan kekasih Zacky pasti adalah orang yang sangat menyebalkan."

"Zacky? Kekasih?" Melvin yang duduk di sisi Melly pun mengerutkan kening, bertanya dengan suara rendah.

Melly mengangguk, berkata sambil tertawa: "Kamu pasti tidak tahu aku sedang mengatakan apa, aku sedang membicarakan dokter kecil bodoh yang terus memeriksa kita.... Oh, dia sepertinya bukan dokter, dia belum tamat S1. Pokoknya hidupnya sangat berantakan, tapi dia sangat seru, selalu terlihat sangat kasihan."

Melvin mengerutkan kening melihat Melly, kemudian melihat Yuliana. Yuliana mengerti maksud Melvin, dia pun tersenyum dan mengangguk: "Tenang, dia masih termasuk aman, sekarang masih belum menemukan masalah dengannya. Terlebih lagi dia pernah menyelamatkanku."

Melly langsung berteriak: "Dia juga pernah menyelamatkan Melly, oleh karena itu, kita harus berterima kasih padanya....."

Mendengar kata-kata Yuliana, Melvin baru mengangguk: "Oh."

Saat ini Melly lagi-lagi berteriak dengan nada yang sama: "Oleh karena itu kita harus berterima kasih padanya......."

Yuliana melihat Melly dan tertawa: "Melly, kamu kenapa mengulang kata-kata yang sama, apakah perlu berterima kasih sampai seperti itu?"

Mata Melly membesar: "Melly sudah mengulang dua kali?"

Yuliana mengetuk ringan kening Melly dan tertawa: "Dasar ceroboh, kamu pergi bermain dengan kakakmu dulu. Mau mengundang tamu, aku harus bersiap-siap."

Melly melihat Yuliana dan segera berkata: "Oh iya, Ibu, Zacky sangat penakut, bisakah menyuruh ayah jangan muncul?"

Yuliana mengangguk, kalau orang lain menyebut permintaan ini, mungkin akan terasa tidak sopan, mana ada orang mengundang tamu tapi mau mengusir pemilik rumah? Tapi sekarang orangnya adalah Zacky yang sangat penakut dan Wirianto yang menakutkan, ini pun menjadi sebuah perlakuan yang sangat penuh perhatian.

Melly mengangguk melihat Yuliana, dia segera berkata: "Baguslah, Ibu, kalau begitu ibu cepat pergi beritahu ayah, aku pergi menghias hal lain. Benar, aku mau menulis menu, aku tahu makanan kesukaan Zacky."

Selesai berbicara, Melly segera berlari pergi sambil tertawa. Yuliana melipat lengannya, mengerutkan kening melihat sosok Melly, kemudian menggeleng tidak berdaya: "Aku tidak pernah melihat Melly tahu makanan kesukaanku, anak ini benar-benar pilih kasih."

Melvin mendongak melihat Yuliana dan bertanya: "Zacky itu adalah teman bermain baru Melly?"

Yuliana pun mengangguk, berkata: "Benar, dia adalah teman bermain kesukaan Melly sekarang."

Melvin mengerutkan kening, berkata dengan suara rendah: "Melly tidak pernah menyukai seseorang sampai seperti ini, terlebih lagi orang dewasa."

Yuliana juga mengerutkan kening: "Rasa suka Melly terhadap Zacky memang sedikit berlebihan, tapi Zacky ini juga tidak bisa dibilang orang dewasa, dia terlihat lebih seperti anak lelaki yang besar."

Yuliana berkata sambil tersenyum: "Anak lelaki yang sangat polos, terlebih lagi dia juga pernah menyelamatkanku, oleh karena itu mungkin rasanya agak berbeda?"

Melvin mengerutkan kening, menunduk, melihat corak karpet di lantai, berkata ringan: "Aku merasa ada yang aneh."

Yuliana tersenyum melihat Melvin dan berkata dengan suara kecil: "Kenapa? Melihat sekarang Melly terlalu menyukai orang lain, kamu merasa cemburu?"

Mata Melvin langsung membesar, di wajahnya muncul ekspresi jijik: "Tidak!"

Yuliana tertawa melihat Melvin, kemudian menghela nafas panjang, berkata: "Aku merasa sedikit cemburu."

Yuliana pun mengelus kepala Melvin, menunjuk ke lantai atas dan berkata: "Aku masih mau memberitahu ayahmu masalah ini, tidak tahu apakah Direktur Leng bisa marah kalau tahu dia mau diusir oleh istri dan putrinya karena terlihat terlalu menakutkan, hal ini terdengar sedikit keterlaluan."

Melvin pun mengangguk serius: "Memang sedikit keterlaluan, tapi kalau kamu yang bilang, dia pasti tidak akan marah."

Mendengar kata-kata Melvin, wajah Yuliana refleks memerah, dia pun mengetuk ringan kening Melvin, dan berkata ringan: "Kamu lumayan mengerti, aku ke atas dulu......."

Yuliana pun berlari ke kamar Wirianto di atas, baru saja bermaksud mengetuk pintu, dia pun mendengar Wirianto berbicara dengan suara keras di dalam: "Kamu lebih baik menyelidiki hal ini secepat mungkin, kalau kamu tidak bisa menyelesaikan hal ini, lebih baik kamu menghilang."

Yuliana sangat jarang mendengar Wirianto berbicara tajam seperti itu, sepertinya ada masalah yang membuat Wirianto marah, membuat suasana hati Wirianto tidak terkendali seperti sekarang. Yuliana tidak langsung mengetuk pintu, dia pun berdiri di depan pintu, ketika Wirianto menutup telepon, dia baru mengetuk pintu dan bertanya dengan suara kecil: "Wirianto, apakah kamu ada waktu? Ada hal yang ingin kuberitahu padamu."

Pintu kamar Wirianto langsung terbuka, setelah melihat Yuliana, kemarahan di muka Wirianto baru sedikit mereda, dia mengerutkan kening melihat Yuliana: "Ada masalah apa?"

Yuliana berkata sambil tersenyum: "Begini, tadi Melly menelepon Zacky, dia mengambil keputusan sendiri dan mengundang Zacky makan bersama besok. Tapi Zacky orangnya agak pemalu, mungkin bisa sangat takut denganmu."

Wirianto mengangguk dan langsung memotong kata-kata Yuliana, berkata: "Baiklah, besok aku juga ada urusan lain, aku akan keluar."

Yuliana mengerutkan kening melihat Wirianto, berkata dengan suara kecil: "Kamu.....Kamu tidak marah,kan?"

Wirianto menggeleng dan mengulurkan tangan mengelus wajah Yuliana, berkata dengan suara kecil: "Kenapa marah? Ini hanya masalah kecil."

Mendengar kata-kata Wirianto, Yuliana pun menghela nafas lega, kemudian berkata: "Aku daritadi takut kamu marah, baguslah kalau tidak. Ada lagi..... boleh beritahu aku, kenapa hari ini suasana hatimu tidak baik? Aku tadi bahkan mendengarmu berkelahi dengan orang, apakah bawahanmu melakukan kesalahan?"

Wirianto mengerutkan keningnya, Yuliana tertawa dan berkata: "Ada hal yang tidak bisa kamu katakan kepadaku?"

Wirianto melihat Yuliana dan menghela nafas, akhirnya menggeleng: "Kamu tidak seharusnya menanggung lebih banyak lagi."

Yuliana mengerutkan kening dan mendekati Wirianto, dia menggenggam tangan Wirianto dan berkata: "Jadi ini masalah kita? Berhubungan dengan August Leng?"

Wirianto terdiam, hanya saja kerutan di keningnya semakin erat. Yuliana mengulurkan tangan menggenggam erat tangan Wirianto: "Lagipula aku sudah kira-kira tahu, kalau kamu terus menyembunyikan hal ini dariku, malah membuatku semakin khawatir. Lebih baik kamu langsung memberitahuku, agar aku punya persiapan. Apa yang sebenarnya terjadi? Membuatmu kesusahan seperti ini? Kalau kamu mengkhawatirkan kekuatan mentalku, kamu tenang saja, setelah mengalami kejadian Melly, aku merasa di dunia ini sudah tidak ada hal yang bisa membuatku lebih ketakutan."

Wirianto melihat Yuliana, setelah lewat beberapa saat, dia pun menghela nafas panjang dan berkata: "Aku seharusnya sudah tahu tidak bisa menyembunyikan hal ini darimu, ya sudahlah, kalau terus menyembunyikan hal ini darimu, kamu mungkin akan sembarangan menebak, masuklah."

Sambil berkata, Wirianto pun memiringkan tubuhnya, membiarkan Yuliana masuk. Begitu berjalan masuk ke ruang baca Wirianto, Yuliana pun melihat buket bunga mawar merah di atas meja. Yuliana melihat mawar merah yang sangat mencolok itu, namun dia mersa sangat tidak nyaman, warna mawar ini terlihat sangat aneh, membuat Yuliana merinding.

Yuliana mengerutkan kening, menatapi buket bunga itu: "Siapa yang memberikanmu bunga ini, mawar yang sangat merah, aku tidak pernah melihat warna yang begitu merah."

"Karena bunga ini palsu, dibuat oleh orang, tentu saja warnanya terlihat berbeda." Wirianto berkata dengan suara kecil.

Yuliana mengerutkan keningnya, melihat Wirianto dengan tatapan kaget: "Apa? Palsu?"

Yuliana refleks mendekati buket tersebut, bermaksud melihat dengan teliti. Wirianto langsung menghalangi Yuliana, berkata: "Jangan mendekatinya, meskipun sudah dibersihkan, tapi di bunga itu masih tersisa sedikit zat anestesi."

Mendengar kata-kata Wirianto, Yuliana semakin kaget, dia berpaling melihat Wirianto, bertanya dengan suara kecil: "Sebenarnya.....Sebenarnya apa yang terjadi? Siapa yang mengirimkan bunga ini?"

Berkata sampai sini, Yuliana terdiam sejenak, kemudian melanjutkan: "Apakah August Leng? Bunga ini harusnya dikirim oleh August Leng, kan? Dia....dia...."

Yuliana mengerutkan kening dan segera mundur selangkah, dia menatapi buket bunga mawar yang mencolok itu, berkata: "Apa yang mau dilakukan August Leng? Apakah dia hanya ingin mengancam atau ingin melakukan hal lain? Dia...... apa yang sebenarnya sedang dia pikirkan?"

Novel Terkait

Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu