Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 259 Retak

Wirianto Leng menatap wajah Yuliana Jian , alisnya sedikit mengernyit, tapi dia tidak berbicara. Yuliana Jian mengerutkan kening menatap Wirianto Leng , lalu berkata dengan lembut, "Kenapa kamu tidak bicara?"

Wirianto Leng menatap wajah Yuliana Jian : "Karena apa yang kamu katakan benar, aku tidak bisa membela diri."

Yuliana Jian tiba-tiba terdiam, dia menundukkan kepalanya dengan perlahan, dia menggigit bibirnya, lalu tertawa: "Wirianto ... Apakah saat itu kamu perlu berbuat seperti itu?"

"Aku harus memberi pelajaran kepada musuh, dengan begitu orang yang berani menjadi musuhku akan berkurang, dengan begitu aku bisa mengurangi melakukan hal yang tidak aku inginkan."

Wirianto Leng berkata dengan merendahkan suaranya: "Tadinya aku tidak ingin melakukan apa-apa terhadap anak-anak. Tadinya setelah semuanya selesai aku ingin mengirim mereka ke panti asuhan di luar negeri dan menghapus identitas mereka. Tapi ibu mereka memeluk mereka dan mencoba melarikan diri melalui jendela, lalu mereka tidak sengaja jatuh ke bawah, dan semuanya meninggal. "

Yuliana Jian memejamkan matanya dengan erat: "Selain mereka? Pasti ada yang lain?"

Wirianto Leng memicingkan matanya menatap pintu ruang operasi Melly Jian, lalu dia mengangguk dengan lembut, "Tentu saja ada yang lain, kamu ingin tahu?"

Yuliana Jian menggigit bibirnya. Dia benar-benar tidak ingin tahu. Sebelumnya dia juga tahu tidak mudah bagi Wirianto Leng untuk mencapai posisi ini. Satu per satu Keluarga Leng sangat sulit di hadapi. Untuk bisa menjadi seperti sekarang ini Wirianto Leng harus membayar harga yang sangat mahal. Dulu Yuliana Jian tidak berani memikirkan hal ini, dia takut luka yang Wirianto Leng alami selama ini, atau bagaimana dia menyakiti orang lain, berada diluar kemampuan menerimanya. Dia ingin menjadi orang tuli dan buta, dan tidak melihat apa yang pernah Wirianto Leng lakukan .

Yuliana Jian tahu Wirianto Leng sangat kejam juga demi keselamatannya dan kedua anaknya. Siapa pun boleh menyalahkan Wirianto Leng , tapi dirinya tidak berhak. Tetapi sekarang ada yang membuka mata dan telinganya, dan berteriak dengan keras di telinganya: "Wirianto Leng adalah pria kejam yang bisa membunuh anak kecil!"

Yuliana Jian tidak bisa lagi menjadi orang tuli dan buta, dia hanya bisa menghadapi semua ini, dia bahkan harus menanggung setengah dari hutang darah akibat perbuatan Wirianto Leng.

Yuliana Jian mengangguk dengan pelan, lalu dia berkata, "Katakanlah, aku ingin mendengarnya. Aku harus tahu semua yang pernah kamu lakukan, aku tidak boleh melarikan diri lagi."

Wirianto Leng menunduk menatap jari-jarinya yang panjang dan ramping, lalu dengan suara rendah dia menceritakan semua yang pernah dia alami selama ini kepada Yuliana Jian. Baik rencana jahat orang lain terhadapnya, atau serangan baliknya terhadap orang lain, semuanya adalah cerita penuh darah. Meskipun setengah memejamkan matanya, Yuliana Jian bisa mencium bau darah. Yuliana Jian tidak bisa menilai siapa yang benar atau salah dalam hal ini. Mungkin tidak ada orang yang benar di antara mereka. Pada saat itu, jika tidak menjebak orang lain, pasti akan dijebak oleh orang lain hingga mati, semua yang Wirianto Leng lakukan hanya untuk melindungi diri. Semuanya saling bertarung demi keuntungan masing-masing, lalu dikompensasi dengan harta semua kerabat. Hanya saja Wirianto Leng lebih beruntung, meskipun beberapa kali dia hampir mati, tapi dia berhasil bertahan hidup.

Kalau saja Wirianto Leng sedikit kurang beruntung dia pasti sudah dibunuh orang, dan jika hal itu terjadi Yuliana Jian tahu dia dan kedua anaknya juga akan menjadi mayat, dan tidak akan hidup sampai sekarang.

Yuliana Jian merasa dirinya terbungkus dengan bau amis darah, dan dia hampir tidak bisa bernapas. Dia mengenggam dadanya dan meringkuk, dia tidak tahu bagaimana mengungkapkan perasaannya sekarang. Tidak hanya merasa bersalah kepada orang-orang tidak bersalah yang terlibat dalam perseteruan ini, dia juga merasa sedih memikirkan bagaimana selangkah demi selangkah Wirianto Leng sampai ke tahap ini, selain itu dia juga membenci dirinya yang secara terang-terangan bersembunyi di balik pertumpahan darah ini dan menikmati hari-hari yang tenang dan damai.

Masa-masa bahagia yang dia jalani sebelumnya sangat indah hingga Yuliana Jian merasa dirinya seperti sedang bermimpi. Tapi sekarang ketika pertumpahan darah di balik kebahagiaan itu digali, Yuliana Jian akhirnya merasa dirinya sudah bangun dari mimpinya.

"Yuliana, aku tahu kamu tidak sanggup menerima semua ini..." Wirianto Leng berkata dengan suara berat, "apa yang Melly alami sekarang, juga karena perbuatanku dulu yang terlalu ekstrem. Kalau kamu benar-benar tidak sanggup, aku bisa mengutus..."

Berbicara sampai disini, suara Wirianto Leng sedikit bergetar, dia tidak rela. Wirianto Leng sudah terbiasa dengan kehidupannya selama beberapa saat ini. Dia ingin saat dia pulang kerumah, dia bisa melihat cahaya hangat yang menunggunya, dia ingin saat dia membuka pintu, dia bisa melihat Yuliana Jian dan kedua anaknya. Wajah Wirianto Leng berubah menjadi sedikit pucat, jemari tangannya sedikit gemetar, dia menggigit bibirnya dan menoleh melihat Yuliana Jian, setelah ragu-ragu sejenak dia berkata dengan suara pelan: "Aku bisa mengutus orang untuk membawa kalian pergi, kamu bisa pergi ke pulau lain. Karena kalau sekarang kalian berada di sisiku akan sangatl berbahaya. Jika kalian bersembunyi, dengan kemampuanku ... "

"Aku tidak akan bersembunyi lagi." Yuliana Jian mengerutkan kening menatap Wirianto Leng : "Aku tidak akan pernah bersembunyi lagi. Kesalahanmu adalah kesalahanku juga. Orang yang kamu bunuh adalah orang yang aku bunuh juga. Aku ingin terus hidup bersamamu. Aku yakin tidak peduli apa pun yang kita alami dulu, asalkan kita berusash, kita bisa menjalani kehidupan yang tenang dan normal, meskipun sekarang aku ... "

Sambil mengerutkan kening Yuliana Jian berkata dengan pelan, "Sekarang aku belum begitu bisa menerimanya, tapi aku akan menyesuaikan diri dengan perlahan."

Selesai berbicara, Yuliana Jian merendahkan suaranya, dan kembali berkata: "Aku yakin aku bisa menyesuaikan diri, tapi tolong beri aku sedikit waktu. Untuk sementara pernikahan kita tunda dulu, sekarang bukan hanya suasana hatiku yang tidak baik, Melly juga terluka parah dan memerlukan waktu untuk menjalani pemulihan. "

Selesai berbicara, Yuliana Jian menoleh dan menatap Wirianto Leng. Raut wajah Wirianto Leng masih pucat, dia menghela nafas lega sambil menatap mata Yuliana Jian, dia merasa seperti tahanan yang akan dihukum mati tapi tiba-tiba mendapatkan kabar pencabutan hukuman.

Yuliana Jian tahu apa yang sedang Wirianto Leng pikirkan, Wirianto pasti mengira dirinya tidak bisa menerima perbuatannya dan ingin meninggalkannya. Mana mungkin? Kalau Wirianto Leng benar-benar bersalah, Yuliana Jian tidak akan meninggalkan Wirianto Leng , karena dia harus menanggung setengah dari kesalahan Wirianto Leng, karena dia mencintai Wirianto Leng dan dia adalah tunangan Wirianto Leng dan ibu dari kedua anak Wirianto Leng .

Hanya saja saat ini Yuliana Jian tidak tahu harus bagaimana menghadapi Wirianto Leng, tepatnya Yuliana Jian tidak tahu bagaimana menghadapi dosa yang tiba-tiba harus ditanggungnya.

Wirianto Leng menggerakkan bibirnya dan bersiap untuk berbicara. Tapi pintu ruang operasi tiba-tiba terbuka, Yuliana Jian langsung berdiri, dan melihat Melly Jian yang didorong keluar, lalu dia berkata dengan pelan: "Melly ..."

Tapi Melly Jian tidak merespon sama sekali. Yuliana Jian langsung mengangkat kepalanya melihat dokter, sambil mengerutkan kening dia bertanya,"Ada apa dengan Melly? Kenapa dia masih belum siuman?"

"Nona Jian, jangan panik dulu, dia belum siuman karena efek anestesinya belum hilang, sekitar satu jam lagi dia mungkin akan siuman." kata dokter yang baru keluar dari ruang operasi.

Yuliana Jian mengambil napas dalam-dalam lalu dia segera mengangguk, "Bagus kalau begitu, dia pasti akan siuman kan?"

Dokter berkata dengan serius: "Sampai saatnya dia akan bangun karena kesakitan."

Bangun karena kesakitan?

Mata Yuliana Jian langsung memerah, tapi sekarang dia tidak punya waktu untuk bersedih. Yuliana Jian bergegas bertanya: "Bagaimana hasil operasinya?"

"Bisa dikatakan berhasil, tapi untuk hasilnya masih perlu menjalani pemeriksaan selama beberapa hari. Sekarang aku akan pergi menulis laporan , setengah jam kemudian aku akan memberikan laporannya kepada anda dan CEO Leng." selesai berbicara, dokter sedikit mundur kebelakang lalu menyampingkan tubuhnya dan berjalan pergi.

Yuliana Jian menarik napas panjang, setelah itu Yuliana Jian enggan meninggalkan Melly Jian selangkah pun, dia berjaga di samping Melly Jian sambil melihat wajah mungil Melly Jian yang pucat, Yuliana Jian tidak bisa menahan diri untuk tidak menyentuhnya. Yuliana Jian benar-benar takut Melly Jian yang ada di hadapannya ini adalah halusinasinya, Yuliana Jian benar-benar mengira dia tidak bisa menyentuh Melly Jian lagi, dan tidak bisa mendengar Melly Jian memanggilnya “ibu” sambil bersandar di pelukannya lagi.

“Minumlah.” Wirianto Leng menatap Yuliana Jian sambil menyerahkan segelas air ke hadapan Yuliana Jian : “Dan juga sebaiknya kamu ganti baju, lalu pergi lakukan pemeriksaan.”

Yuliana Jian menggelengkan kepalanya: "Aku tidak mau ..."

“Kalau nanti Melly siuman dan melihatmu berlumuran darah, dia pasti akan ketakutan,” kata Wirianto Leng dengan suara berat.

Yuliana Jian sedikit gemetar ketika mendengar kata-kata Wirianto Leng, lalu dia menundukkan kepalanya dan berkata sambil mengerutkan kening , "Dia akan takut? Benar, dia akan takut, sekarang aku akan pergi mengganti pakaianku , tidak, kamu bawakan pakaianku kemari, aku akan berganti pakaian di sini, aku akan menjalani pemeriksaan di sini. aku tidak ingin meninggalkan Melly... "

Selesai berbicara Yuliana Jian akhirnya tidak bisa menahan tangisannya: "Aku sangat tidak bertanggung jawab. Anak akan tumbuh dewasa? Harus membiarkannya tumbuh dewasa dan tidak bergantung pada orang tua? Apa-apaan itu? Melly-ku akan selamanya bergantung kepadaku. Kalau dia manja hingga keras kepala dan pemarah juga tidak apa-apa, aku akan menghidupinya. Kalau dia tidak bisa mandiri, aku akan menjaganya. Kenapa aku harus membiarkannya tumbuh dewasa, kanapa aku tidak boleh terus menerus berada di sisinya. Tidak seharusnya aku menyekolahkannya di sekolah, seharusnya aku mencari guru home schooling, supaya dia mengajar di rumah setiap hari ... "

Selesai berbicara, Yuliana Jian langsung mengangguk setelah itu dia mendongak menatap Wirianto Leng : "Benar, cari guru home schooling untuk mengajar Melly dan Melvin di rumah. Mereka tidak boleh meninggalkan rumah lagi ..."

"Kalau seperti itu buat apa mereka hidup?" Wirianto Leng mengerutkan kening menatap Yuliana Jian : "Apakah kamu ingin hidup seperti itu? Dulu demi keselamatan kamu dan Melly bersembunyi di desa terpencil. Apakah Melly suka menjalani kehidupan seperti itu? ? "

Yuliana Jian mengejapkan matanya dengan pelan, lalu dia menunduk dan menyeka air matanya dengan kuat: "Aku tahu, kamu bawakan baju gantiku dulu."

Tak lama pakaian di antarkan ke kamar pasien, dan dokter yang masuk memeriksa tubuh Yuliana Jian. Selain terlalu panik, hanya satu gigi Yuliana Jian yang patah, karena Yuliana Jian tidak ingin meninggalkan Melly Jian, dia memilih nanti baru mengurus giginya yang patah, sekarang dokter hanya mengobati lukanya dan menghentikan pendarahannya.

Selesai berganti pakaian, Yuliana Jian langsung duduk di samping Melly Jian. Dia menunduk menatap Melly Jian, seperti patung. Tetapi ketika mendengar Melly Jian memanggilnya sambil menangis, "Ibu ... sakit ..."

Yuliana Jian langsung sadar dan bergegas menegakkan tubuhnya, dia bergegas bersandar di samping Melly Jian sambil berkata dengan lembut, "Tidak apa-apa, Melly, jangan takut, ibu ada di sini, ibu selalu ada di sini."

Wirianto Leng langsung berbalik dan memanggil dokter.

"Ibu ..." dengan setengah sadar Melly Jian menjulurkan tangan kirinya yang tidak terluka ke arah Yuliana Jian .

Yuliana Jian langsung meraih tangan Melly Jian . Dia tidak berani menangis. Dia hanya bisa berbicara dengan suara yang menenangkan: "Melly, semuanya sudah berakhir. Apakah kamu bisa merasakan tangan ibu? Ibu benar-benar ada di sampingmu."

"Hmm... Melly tidak sakit lagi ..." Melly Jian setengah memejamkan matanya, lalu dia menangis tanpa mengeluarkan suara dan kembali memejamkan matanya.

Yuliana Jian menatap Melly Jian , lalu dia melihat dokter yang bergegas datang sambil bertanya dengan suara pelan, "Bagaimana keadaannya?"

Dokter itu mengerutkan kening: "Dia hanya mengatakan 'sakit' sekali? Seharusnya sekarang dia sudah bisa kembali merasakan? Kenapa dia begitu tenang? Seharusnya, anak-anak seusianya tidak bisa menahan rasa sakit."

Selesai berbicara dokter mengangkat tangannya dan menyentuh Melly Jian dengan lembut, lalu dia berkata dengan lembut: "Melly , bangun ..."

Melly Jian membuka matanya, dia menatap dokter, sambil mengatupkan bibirnya dengan erat, tapi dia tidak mengatakan apa-apa lagi. Dokter mengerutkan kening menatap Melly Jian sambil bertanya, "Melly, apakah sakit?"

Melly Jian menggelengkan kepalanya lalu menoleh untuk melihat Yuliana Jian : "Kalau ada ibu tidak sakit."

Dokter bergegas berkata kepada Melly Jian : "Kamu tidak boleh bilang tidak sakit karena ibumu ada di sana. Kamu harus mengatakan kondisimu yang sebenarnya. Kamu merasa sakit atau tidak?"

Yuliana Jian tahu dokter takut anestesi yang berlebihan akan mempengaruhi kepekaan Melly Jian terhadap rasa sakit. Yuliana Jian bergegas bertanya: "Melly , kamu tidak perlu takut ibu mengkhawatirkanmu, katakan yang sebenarnya."

Melly Jian berkata dengan pelan sambil menangis, "Sakit ..."

Dokter menghela nafas lega, lalu menyerahkan laporan kepada Wirianto Leng. Setelah itu dokter tidak pergi lagi dan terus menemani Wirianto Leng dan Yuliana Jian. Yuliana Jian mengenggam tangan kiri Melly Jian dengan lembut lalu dia berkata sambil tersenyum kepada Melly Jian : "Melly, apakah sangat sakit?"

Mendengar pertanyaan Yuliana Jian, Melly Jian langsung menggelengkan kepalanya: "Tidak sakit, hanya sakit sedikit. Ibu, maafkan aku, Melly tidak patuh. Mereka semua pergi makan, tapi Melly gila bermain, jadi terjadi sesuatu kepada Melly. Maaf sudah membuat Ibu takut, ibu jangan marah. Melly tahu Melly salah, kelak Melly tidak akan gila bermain lagi, aku akan mengikuti kakak dan tidak keluyuran lagi. "

Yuliana Jian menunduk dan menahan air matanya. Lalu dia mengangkat kepalanya dan berkata sambil tersenyum: "Karena Melly tahu salah, ibu pasti tidak akan menyalahkan Melly. Bagus kalau Melly tahu Melly salah, kelak Melly harus lebih memperhatikan keselamatan. Selain itu ibu juga tidak marah. Ibu merasa Melly sangat pintar, Melly bisa memikirkan cara memberitahukan keberadaan Melly, Melly juga sangat berani ... tak ku sangka...

Bicara sampai di sini, Yuliana Jian langsung menoleh dan melihat tangan Melly Jian yang di balut perban, dia mengambil napas dalam-dalam, lalu memejamkan matanya. Yuliana Jian tidak bisa melanjutkan berbicara, dia hanya bisa menundukkan kepalanya dan menggenggam tangan kiri Melly Jian dengan kuat. Mendengar Yuliana Jian menangis, Melly Jian bergegas bersandar kepadanya sambil berkata dengan suara pelan: "Ibu ... Ibu, jangan menangis ... Melly tidak sakit lagi, sungguh ... tidak sakit lagi ..."

Saat Melly Jian mengatakan hal ini, anestesinya belum sepenuhnya hilang, jadi bicaranya masih sedikit pelat. Yuliana Jian menggigit bibirnya dengan keras sambil menahan air matanya, lalu dia mengangkat kepalanya, dan mengangguk dengan lembut, setelah itu dia tersenyum kepada Melly Jian dan berkata dengan suara serak, "Hmm, ibu tidak menangis lagi. Asalkan ada Melly di samping ibu, ibu tidak akan menangis. Ibu ingin berterima kasih kepada Melly, terima kasih kamu masih ada di samping ibu. "

Novel Terkait

Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu