Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 252 Perjamuan

Yuliana Jian tersenyum dan mengaitkan tangannya di leher Wirianto Leng, setelah makan beberapa suap, kedua orang itu kembali bermain di atas ranjang. Ketika keesokan paginya Yuliana Jian bangun, maag nya kembali terasa sakit, sambil memegang perutnya dia membalikkan kepala melihat ranjang sebelah, lalu terlihat dia atas meja di pinggir ranjang terdapat keratas yang di tinggalkan oleh Wirianto Leng, diatas kertas tertulis Wirianto Leng pergi rapat, dan menyuruh Yuliana Jian makan tepat waktu.

Yuliana JIan menghelakan napas dan menjadi tenang, Yuliana Jian tidak dapat membayangkan bila Wirianto Leng melihatnya sakit maag akan bagaimana mengomelinya. Yuliana Jian menahan sakit maag nya dan berbaraing dan menutup mantanya dan bergumam: "Laki-laki memang tidak dapat menahan godaan."

Bila dia tidak dengan rakus menginginkan Wirianto Leng, sekarang maag nya pun tidak mungkin sakit.

Yuliana Jian memengang perutnya dan meringkuk di dalam selimut, lalu dia kembali tertidur. Dalam keadaan setengah sadar Yuliana Jian mendegar suara deringan telepon, Yuliana Jian membuka matanya dan mengangkat telepon tersebut, dan mengerutkan kening: "Halo....siapa ini?"

Lalu terdengar suara yang sedikit gugup dari seberang sana: "nona Yuliana, makan siang anda telah di antar."

Yuliana Jian mendengar suara di telepon tersebut, lalu mengerutkan kening: "Kamu adalah Zacky Wu ?"

Telepon di seberang sana menjadi hening sesaat, lalu segera dengan gugup berkata: "betul....betul, mohon tanya, apakah kami boleh mengantar masuk makananmu?"

Yuliana Jian mengerutkan kening: "Kamu seorang diri?"

Walaupun Terhadap Zacky Wu Yuliana Jian merasa kasihan dan bersalah, tetapi Yuliana Jian tidak ingin banyak berhubungan dengan Zacky Wu . Terutama sekarang ketika Yuliana Jian sendirian di Vila, walaupun Zacky Wu masih muda tetapi dia juga seorang laki-laki, dan juga bawahan Wirianto Leng, Yuliana Jian tidak suka ada hubungan tidak jelas dengan bawahan Wirianto Leng.

Zacky Wu langsung menjawab: "Tidak, ada koki dan pelayan wanita."

Yuliana Jian menganggukan kepala: "Kalian masuklah, letakan makanannya dan lagnsung pergi."

Telepon tersebut langsung di matikan, Yuliana Jian mendegar di sana dengan gugup mematikan telepon, dia tidak dapat menahan dirinya untuk tertawa, dia dapat membayangkan keadaan Zacky Wu yang dengan gugup mematikan telepon, orang ini benar-benar sangat malu. Yuliana Jian tersenyum lalu menutup matanya kembali berbaring di ranjang, dia tidak dapat tidur. Menunggu makanannya di antar, Yuliana Jian mendegar mereka pergi, lalu baru turun ke bawah, mengambil makan siangnya dan makan perlahan.

Mungkin karena cocok dengan seleranya, Yuliana Jian menghabiskan makan siangnya, maagnya pun tidak terasa begitu sakit lagi. Yuliana Jian menghelakan napas duduk di sofa menonton televisi. Melihat acara di televisi yang tidak jelas, Yuliana Jian membalikkan kepala melihat ruang tamu di Vila, biasanya ketika kedua anaknya dan Wirianto Leng ada, Yuliana Jian tidak merasa ada yang berbeda, sekarang dia sendirian di rumah, Yuliana Jian merasa Vila ini sangat kosong membuat orang merasa tidak nyaman.

"Sepertinya hanya aku sendiri yang tidak ada kerjaan." Yuliana Jian bergumam.

Juga tidak ada orang yang menjawab Yuliana Jian, ini membuat Yuliana Jian dengan aneh merasa tidak tenang, dia jarang sendirian dan tidak ada kegiatan seperti ini, walaupun ketika dia bersembunyi di desa, Yuliana Jian memiliki banyak hal yang dapat di kerjakan, tidak akan membuatnya masuk kedalam keadaan tidak ada kerjaan dan canggung.

Yuliana Jian mengerjapkan matanya, merasa suasana hatinya menjadi sedikit kesal, dia mengambil ponsel dan ingin menelepon Peggy He, OdMelly ye, tetapi begitu teringat sekarang adalah jam bekerja, mereka berdua pasti sedang sibuk, Yuliana Jian kembali meletakan ponselnya.

Yuliana Jian memeluk bahunya dan berkata: "para ibu rumah tangga itu bagaimana melewati hidup mereka, hari yang begitu membosankan...."

Selesai Yuliana Jian berkata dia mengelengkan kepalanya, merasa sekarang kehidupannya tidak seperti ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga masih dapat pergi ke pasar membeli sayur atau pergi bermain mahjong, sekrang dia hanya dapat berada di dalam Vila, sama sekali tidak ada pergaulan. Bila orang yang suka ketenangan, keadaan ini sungguh cocok, tetapi Yuliana Jian bukanlah orang yang suka ketenangan, ketenangan ini membuatnya merasa sulit bernapas.

Yuliana berdiri memeluk bahunya dan berusaha mencari kegiatan, lalu dia berlari ke lantai dua dan mengambil seprai dan akan membuangnya ke mesin cuci.

Wirianto Leng kembali dari luar, melihatYuliana Jian dia tertawa dan bertanya: "Bagaimana? apakah hari ini merasa lebih enak?"

Yuliana Jian mengelengkan kepala dan tersenyum: "Tidak, hari ini sangat baik."

Yuliana Jian menganggukan kepala, lalu melihat seprai yang ada di atas sofa lalu tersenyum: "mengapa kamu mencuci seprai?"

Yuliana Jian tersenyum dan mengangukan kepala: "Ehm, aku melihat seperi tersebut sedikit kotor, jadi aku mencucinya, ada apa? tidak boleh?"

Wirianto Leng mengelengkan kepala: "tidak."

Wirianto Leng berkata, dan menundukan kepala melihat Yuliana Jian dan berkata: "Hari ini kamu sendirian di rumah, apakah merasa bosan?"

Yuliana Jian segera mengelengkan kepala, dan tersenyum: "Tidak, aku sangat gembira sedirian di rumah, kamu lihat seprai pun sudah aku cuci bersih. Dan juga besok aku berencana melakukan pembersihan di seluruh rumah kamu jangan menganggapku merepotkan."

Yuliana Jian sangat mengingnkan memiliki pekerjaan sendiri, walaupun hanya sebagai pengetik setidaknya dia memiliki satu hal yang bisa dia kerjakan. Dia juga ingin mengenal banyak orang, walaupun bertemu dengan orang yang tidak baik, setidaknya ada hal yang dapat membuatnya pusing atau senang. Tidak seperti sekarang, ketika Anak dan Wirianto Leng ada, dia masih memiliki hal yang dapat di lakukan. Tetapi ketika anak dan Wirianto Leng sedang tidak ada, hidupnya bagaikan kosong.

Wirianto Leng tersenyum, dan menatap Yuliana Jian yang sedang memberishkan seprai di sebelahnya, perlahan dia memegang kepala Yuliana Jian dengan tersenyum berkata: "Besok ada sebuah perjamuan, kamu siap-siap besok aku akan membawamu pergi. Oh, kedua anak juga pergi."

Yuliana Jian megerutkan alis: "Perjamuan apa? apakah penting?"

Wirianto Leng menganggunak nkepala: "Bagiku cukup penting, sebuah perjamuan beberapa rekan bisnis dan beberapa bawahan yang penting."

Yuliana Jian bertanya: "apakah aku harus hadir?"

Wirianto Leng menganggukan kepala: "Tentu saja, memang di persiapkan untuk kalian. Kan tidak mungkin sampai waktunya kita menikah, mereka tidak mengetahui siapa wanita yang aku nikahi? tidak mengetahui bagaimana anak kita. Itu tidak sopan bagi mereka, tenang saja, berdasarkan kemampuanmu, kamu pasti dapat menghadapinya."

Yuliana Jian mengedipkan matanya: "Aku sudah lama tidak menghadari perjamuan seperti ini. Perjamuan ini pasti tidak sedikit orang yang mengejarmu, aku pasti akan kesulitan."

Wirianto Leng tersenyum, "Kamu merasa takut? Bukankah kamu sangat pintar mengahadapi mereka? Ada beberapa nyona besar, sifat mereka sangat menarik, kamu boleh mencoba mengobrol dengan mereka."

Mata Yuliana Jian bersinar, lalu menatap Wirianto Leng, mengerutkan alis bertanya: "Bagaimana kamu tahu bahwa sifat mereka menarik?"

Wirianto Leng berdehem: "Aku mendengarnya, ada beberapa orang yang sangat menyebalkan, selalu tidak dapat menahan diri untuk memuji istri mereka, aku hanya dapat mendegarnya. Sekarang aku membawamu pergi, juga dapat memperlihatkan kepada mereka bahwa istriku juga merupakan orang yang sangat menarik."

Yuliana Jian tidak dapat menahan dirinya tuntuk tertawa: "Kalau begitu tekanan ku sangat besar? Bila aku tidak menarik, bukankah akan membuat mu malu?"

Wirianto Leng mengelus wajah Yuliana Jian, dan tersenyum berkata: "Tidak apa-apa, aku akan membantumu, aku pun tidak takut merasa malu. Keluarga kita banyak, malu juga tidak apa-apa...."

Yuliana Jian menatap Wirianto Leng dan tersenyum bertanya: "kamu ingin membuat malu siapa?"

"Kamu tebak...": Wirianto Leng berkata, dan mendekati Yuliana Jian, dan bersiap untuk mencium bibir Yuliana Jian.

Saat ini langsung terdegar Ellia Luo membuka pintu dan berteriak: "Ibu.....ada makanan tidak? aku sangat lapar!"

Mendengar suara Melly Jian, Yuliana Jian segera mendorong Wirianto Leng.

Wirianto Leng dengan berbisik berkata: "sekarang ingin membuat malu orang yang paling banyak berbicara itu."

Yuliana Jian tertawa dan mendorong Wirianto Leng: "Kamu adalah ayahnya."

Melly Jian datang dengan tertawa dan mengerjapkan mata lalu bertanya: "ada apa? ayah dan ibu berbisik-bisik apa? sedang memuji Melly ya?"

Yuliana Jian menganggukan kepala: "Betul, sedang memuji Melly. Hari ini Melly mengalami hal yang menyenangkan tidak?"

Melly Jian mengerutkan kening dan mengelengkan kepala: "Hanya belajar.....sama sekali tidak menarik...."

Wirianto Leng tersenyum menatap Melly Jian: "Besok malam ada acara perkumpulan, pasti akan sangat mengasyikan. Kamu mau ikut?"

Melly Jian langsung mengerjapkan mata menatap Wirianto Leng: "apakah ada yang enak?"

Wirianto Leng menganggukan kepala: "Tentu saja...."

Melly Jian langsung mengangkat kedua tangannya, dan dengan gembira berkata: "bagus sekali! bagus sekali!"

Melvin Jian yang baru saja masuk ke ruang tamu, melihat Melly Jian yang gembira dan melompat-lompat dia segera memiringkan kepala melihat dengan cuirga, lalu dengan penasaran bertanya: "Melihatnya sepertinya kalian belum melihat nilai bahasa inggirsnya?"

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu