Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 48 Pemeran pembantu wanita jahat

Yuliana tidak bisa menahan dan diam-diam dalam hati dia menbandingkan dirinya dengan Leny, namun biar bagaimanapun dia tidak bisa melihat dimana letak kelebihan dari Leny yang lebih dari dirinya? Mengapa Wirianto bisa menyukai Leny, terhadap dia malah dingin tak berperasaan?

Sudahlah kalau Leny memang seorang wanita lemah lembut dan baik hati, Yuliana rela mengalah. Tetapi jelas-jelas Leny ini sengaja berakting, yang juga adalah wanita licik yang lain di mulut lain di hati. Walaupun Yuliana dan Wirianto tidak ada masa depan, setelah Yuliana memastikan Wirianto dan Leny memang pernah berhubungan, dalam hatinya masih terasa perih.

Atas dasar apa dirinya seperti itu? Dia juga bukan orang yang begitu baik.

Saat Yuliana berpikir sampai di sini, segera tertegun sejenak, dia merasa pemikirannya sekarang benar-benar mirip dengan peran pembantu wanita jahat yang ada di serial tv. Karena melihat pemeran utama wanita yang lembut baik hati jatuh cinta pada pemeran utama pria, jadinya tidak bisa menahan rasa cemburunya pada pemeran utama wanita, terakhir menggunakan tindakan yang jahat untuk mencelakai pemeran utama wanita.

Dulu Yuliana tidak tahu perasaan cemburu terhadap seseorang itu seperti apa, sekarang dia sudah mengalaminya, baru merasakan rasa cemburu ini sungguh tidak nyaman. Cemburu membuat dia sangat tidak nyaman seperti ingin menggaruk hatinya, tidak berhenti bertanya mengapa pada diri sendiri, berdasarkan apa Leny bisa mendapatkan, dirinya malah tidak bisa, kemudian barangkali cemburu mengandung racun jahat, hingga bisa melakukan hal yang jahat.

Yuliana menunduk, menggigit bibirnya. Dalam kehidupannya Yuliana juga beberapa kali dalam posisi ini, misalnya Michael dan Silvia, dulu dia sangat membenci mereka. Namun kini Yuliana lebih membenci dirinya sendiri, sekarang dirinya yang tenggelam dalam rasa cemburu, nampaknya membuat wajah dan ekspresinya jadi jelek.

Yuliana mengernyitkan dahinya, menekan rasa cemburu di hatinya, menggigit bibir dengan kuat.

“Apa yang dipikirkan?” tanya Wirianto tiba-tiba.

Yuliana tidak berani mengatakan dirinya sedang mengekang rasa cemburu, dengan alis mengkerut dia berkata : “Mendengar percakapan kalian, sepertinya kamu masih ada barang di tempatnya. Dan kalau memang pernah berhubungan ya pernah, kalau tidak ya tidak, mengapa jawaban kamu begitu aneh? Apa maksudnya begitulah? Pandangan matanya terhadap kamu masih ada sisa-sisa perasaan cinta, dia sama sekali masih menaruh hati padamu.”

Bicara sampai di sini, Yuliana mengerling ke arah Wirianto, dengan suara kecil berkata : “Masih ada lagi, waktu kamu koma, dia tidak pulang. Justru menunggu kamu sudah sembuh dan sehat kembali, dia baru pulang, wanita seperti ini tidak bisa diandalkan.”

Wirianto mengangkat mata dan melihat Yuliana, dengan suara rendah berkata : “Kamu cukup jelek juga, bicara hal buruk di belakang orang. Kamu tidak seperti ini terhadap orang lain, wanita seperti dia tidak bisa diandalkan, terus wanita seperti apa yang bisa diandalkan? Kamu?”

Yuliana menunduk, menyesap bibirnya, dia tidak ingin menyembunyikan rasa cemburu yang ada di hatinya, dia sungguh takut jika rasa cemburu ini tersembunyi lama di dalam kegelapan, akan menjadi jahat. Yuliana merasa lebih baik disindir oleh Wirianto sekali lagi, tidak ingin dirinya menjadi wanita yang dia benci.

Yuliana mengangkat mata menatap Wirianto, angguk perlahan : “Aku rasa aku lebih sedikit bisa diandalkan daripada dia, aku, aku sedikit tidak terima. Kamu begitu pintar, seharusnya bisa melihat Leny itu wanita seperti apa, mengapa kamu bisa berhubungan dengannya. Saat diriku muncul sedikit kesan baik terhadapmu, kamu menyindirku?”

Wirianto melirik Yuliana sekilas, berpaling, membelakangi Yuliana, sambil melepaskan baju, dia tidak bisa menahan senyum di sudut bibirnya. Agak lama kemudian, Wirianto baru menahan senyum di wajahnya, memiringkan kepala sedikit, dari cermin ruang ganti baju dia melihat Yuliana yang di belakang dirinya.

Yuliana dengan dahi mengernyit kencang, menunduk sambil mengorek jarinya, dengan rupa jengkel luar biasa.

“Jadi kamu sedang cemburu?” Wirianto memicikkan mata, menutupi rasa ingin tertawa, menekan suaranya dan bertanya.

Yuliana bengong sebentar, kemudian perlahan mengangguk : “Iya, aku cemburu, dan tidak rela. Sudahlah kalau dia memang wanita yang lembut dan baik hati, tapi dia justru wanita yang licik. Aku juga memiliki banyak kekurangan, tapi harus kalah pada wanita licik seperti itu, aku tidak terima.”

“Kalau aku berhubungan dengan wanita yang benar-benar lembut dan baik hati, kamu baru bisa terima?” tanya Wirianto sambil tersenyum, dan menaikkan alisnya.

Dahi Yuliana mengernyit, dengan kepala tertunduk sambil mengorek jarinya, berpikir sebentar, baru berkata dengan suara kecil : “Sebenarnya……masih tidak bisa terima, tidak rela, kamu ingin menertawakan aku, tertawa saja. Lagi pula aku bukannya tidak pernah ditertawakan olehmu. Benar, aku sekarang mempunyai kesan baik padamu, aku menjadi cemburu melihat wanita yang dulu pernah berhubungan denganmu, dan merasa tidak nyaman.”

Yuliana mengatakan semuanya, sebaliknya dia merasa hatinya jauh lebih nyaman, dengan jujur dan terbuka dia langsung berkata : “Aku tidak buruk dibandingkan dengan wanita lain, atas dasar apa kamu menyukai mereka, tapi tidak menyukaiku? Aku tidak rela.”

“Kalau begitu aku beritahu kamu mengapa?” Setelah Wirianto selesai ganti baju tidur, dia baru berjalan ke samping Yuliana, menunduk, mendekati Yuliana, dengan suara rendah berkata : “Karena mereka tidak menjelekkan orang di belakang, namun kamu……”

Sambil berkata Wirianto menepuk ringan kepala Yuliana, menekan suaranya berkata : “Ckck, berpikirlah dengan cermat, kamu ini masih penuh dengan kekurangan, tabiatmu keras, serakah, ada kalanya sangat gegabah, kini malah ditambah dengan rasa cemburu. Ah, masih ada lagi, kamu juga tidak jujur dalam tidur. Ada waktu untuk cemburu pada orang lain, lebih baik baik-baik untuk meningkatkan diri sendiri, hanya orang lemah yang akan cemburu pada orang lain. Sekarang pergi mandi, lalu ganti dengan baju tidur, dan naik ke ranjang buat tidur.”

“Ou……” Yuliana dengan murung mengiyakan, dan berjalan ke kamar mandi.

Saat dia selesai ganti baju tidur dan keluar, Yuliana menggunakan senter yang sudah siap di tangannya, dengan cahaya redup dia meraba hingga ke ranjang, kemudian meringkuk di pojok ranjang.

Terbaring di atas ranjang, Yuliana tidak tahan dan mengeluh : “CEO Leng, boleh tidak lain kali jangan matikan lampu dulu. Kalau bukan karena aku menyiapkan senter, aku harus meraba-raba dalam gelap hingga ke ranjang.”

“Bicaramu semakin lama semakin banyak.” Ujar Wirianto yang terbaring di sisi lain.

Yuliana juga merasakan dirinya semakin berani bicara banyak di depan Wirianto, tidak seperti dulu yang ragu-ragu. Dan sekarang dirinya di depan Wirianto, berbeda dengan dirinya yang biasa. Di perusahaan Yuliana adalah pejuang yang memakai baju zirah, dalam keluarga dia adalah satu-satunya tiang penyangga. Dia ingin menghadapi Michael, dia mau merawat ayahnya, dia harus menurut pada nyonya tua Leng, dia masih harus mengawasi adik dan ibu tirinya.

Yuliana hampir lupa siapa dirinya, dia adalah CEO perusahaan, seorang putri, dan sudah lama tidak menjadi dirinya sendiri.

Namun Wirianto berbeda, dia cukup kuat, membuat Yuliana merasa di depan orang yang begitu kuat, dia boleh menunjukkan kelemahannya sendiri. Dia cukup pintar, membuat Yuliana merasa tidak ada yang bisa disembunyikan darinya, jadi buat apa menghabiskan usaha untuk menyembunyikan beban pikirannya, lebih baik yang boleh dikatakan semua dia keluarkan. Jadi, di luar dugaan Yuliana sekarang telah memperlihatkan diri yang sebenarnya di depan Wirianto.

Dia tidak perlu pura-pura, tidak perlu kuat, karena dia sama sekali tidak mampu menyembunyikan, juga tidak perlu untuk melindungi siapa-siapa.

Perasaan ini, luar biasa ringan dan santai!

Saat Yuliana sedang bengong, dia merasakan tangan Wirianto pelan-pelan menyandang pundaknya, Yuliana termangu : “Apa yang kamu lakukan?”

Wirianto tidak menduga Yuliana masih sadar, dia mendengar Yuliana agak lama tidak bersuara, jadi mengira Yuliana sudah tertidur, tadinya ingin merangkul Yuliana dalam pelukannya.

Wirianto segera menarik tangannya, dan berkata : “Aku cuma ingin melihat kamu apakah cemburu hingga membuatmu tidak bisa tidur?”

Alis Yuliana mengkerut dan berkata : “Sebelumnya merasa sangat tidak nyaman dalam hati, namun setelah aku mengatakan apa yang menjadi pikiranku, sebaliknya hatiku menjadi lebih baik. Mungkin kalau cemburu ini disembunyikan terus, maka akan mudah menjadi jahat dan berbahaya. Namun begitu langsung diucapkan dan dihadapi, malah menjadi tidak ada apa-apanya. Bisa mengatakan yang sebenarnya bahwa aku memang cemburu, masih lebih baik dibandingkan dari luar terlihat tidak ambil peduli, dan diam-diam merasa benci yang menusuk hati. Ehh, apakah kamu tidak pernah cemburu pada siapa pun itu?”

Wirianto seolah-olah tidak mendengar kata-kata Yuliana, mata terpejam, tidak menyahut sama sekali. Tepat saat Yuliana pikir tidak akan mendapatkan jawaban dari Wirianto, dan bersiap untuk tidur.

Tiba-tiba terdengar Wirianto berbicara dengan nada rendah : “Pernah cemburu, aku pernah cemburu pada kakakku. Mengapa semua orang selalu memuji dia, waktu kecil aku merasa lipatan kertas pesawat terbangku sangat baik, terlihat lebih menarik dibandingkan dengan soal matematika yang membosankan, mengapa orang lain hanya melihat bakat matematika kakakku, tapi tidak melihat bakat aku dalam melipat pesawat? Mengapa harus dia yang hidup, aku malah tidak penting? Mengapa aku harus mati demi dia, menggantikan dia demi untuk menjadi penerus? Juga cemburu pada yang lain, cemburu pada orang lain yang bisa menjalani hidup yang santai, cemburu pada jiwa orang lain yang begitu bersinar.”

Di luar dugaan Yuliana dia mendengar kata-kata ini dari Wirianto, dia tidak tahan dan mendekati Wirianto, pelan-pelan tangannya memegang punggung tangan Wirianto. Dia ingin mengucapkan kata-kata untuk menghibur Wirianto, namun dia menyadari kata-kata yang menghibur bagaimanapun bagi Wirianto yang mengalami ini semua tidak ada arti. Yuliana hanya bisa dengan hati-hati menutupi tangan Wirianto, perlahan menghangatkan jemari Wirianto yang sangat dingin.

Tindakan berani Yuliana ini sebenarnya menantang resiko, dia sudah menyiapkan diri untuk ditegur sedikit keras oleh Wirianto, dia segera menarik tangannya, dan bergelinding ke pojok ranjang. Tetapi Wirianto malah tidak mengatakan apapun, tidak melakukan apapun, bahkan mengangkat tangan untuk mengisyaratkan tindakan penolakan juga tidak ada.

Yuliana menghela napas, baru dengan tenang memegang tangan Wirianto dan memejamkan mata. Saat Yuliana sudah tidur lelap, perlahan dia mendekat ke pundak Wirianto. Wirianto baru mengangkat tangan, pelan-pelan merangkul Yuliana, agar Yuliana bisa menempel pada dadanya dan bersandar dengan baik.

“Hari ini aku ada sedikit cemburu padamu.” Wirianto dengan mata sayu menatap Yuliana, dan berkata lirih : “Jelas-jelas niat hati yang harus disembunyikan, mengapa kamu bisa mengatakannya begitu terus terang?”

Yuliana yang sudah terlelap dan bersandar pada dada Wirianto, bergerak pelan sebentar, mengusir pergi rasa dingin di dada Wirianto.

Mendadak muncul hasrat aneh pada Wirianto, kalau saja Yuliana benar-benar seekor kucing alangkah baiknya, dia bisa menganggap dia adalah peliharaan kesayangan yang tinggal di sampingnya. Namun mengapa justru dia harus manusia? Manusia yang memiliki nafsu namun juga tidak mampu mengontrolnya, bagaimana bisa selalu dengan hati yang tenang memelihara dia di sampingnya?

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu