Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 398 Pedagang Kaki Lima

Baru saja Wirianto Leng selesai bicara, dia mendengar walkie-talkie nya berdering, Wirianto Leng mengernyitkan dahi, lalu mengambilnya. Setelah mendengar percakapan di situ, dia kemudian berkata: "Buat mereka kehilangan jejak."

Lalu Wirianto Leng langsung memutus pembicaraan, Yuliana Jian bertanya dengan heran: "Ada apa?"

Wirianto Leng tertawa dingin, lalu berkata dengan suara rendah: "Itu suami istri yang tadi, mereka terus menerus mengikuti kita."

Yuliana Jian berkenyit: "Apa mereka sungguh tidak punya masalah?"

Wirianto Leng menggelengkan kepala, lalu berkata dengan pelan: "aku sudah memeriksanya, mereka tidak akan membuat masalah apa-apa. Hanya saja terlalu gigih saja......"

Wirianto Leng mengatakannya, lalu menghela nafas panjang, dan dengan matanya setengah terpejam dia pun bersandar di kursi. Saat dia ingin mengatakan sesuatu, Yuliana Jian sudah mendahuluinya dan berkata: "Aku tahu, emosi mu sudah menjadi jauh lebih baik."

Wirianto Leng tak bisa menahan tawanya, lalu menoleh ke arah Yuliana JIan, dan berkata dengna pelan: "En, dulu orang seperti itu tidak akan bisa mendekatiku."

Yuliana Jian tersenyum dan menyahut: "Kedengarannya seperti sangat merepotkan, tapi juga sangat menyenangkan bukan?"

Setelah mengatakannya, dia pun berkata: "Oh iya, apa aku perlu menambah kecepatan, dengan begitu mungkin mereka akan kehilangan jejak kita?"

Wirianto Leng tersenyum dan menggelengkan kepala: "Tidak perlu, ada orang yang akan menyelesaikan mereka. Kamu fokus saja menyetir, jika sudah sampai bangunkan saja aku."

"Eh, tunggu...." Yuliana Jian menyahut segera: "Kamu tidak berencana untuk tidur lagi bukan?"

Wirianto Leng memiringkan kepala, melirik ke arah Yuliana Jian dan bertanya sambil tertawa: "Apa yang harus kulakukan jika tidak tidur?"

Yuliana Jian mengernyitkan dahi, berpikir untuk sejenak, baru akhirnya berkata: "Jika tidak tidur, temani aku ngobrol, aku menyetir begitu lama, juga merasa sedikit lelah, kamu bisa menemani ku mengobrol, suapaya aku tidak merasa begitu lelah."

Wirianto Leng tertawa dan mengangguk, lalu menoleh ke arah Yuliana Jian, dan bertanya sambil tersenyum: "Kalau begitu ingin membicarakan apa? Membicarakan kita.... mm... biarkan aku berpikir, aku ingat dulu kita melakukan banyak hal yang spesial di mobil."

"Oh...." Yuliana Jian tertawa ringan dan mengangguk sedikit, lalu menoleh ke arah Wirianto Leng dan berkata: "Jika mengungkit tentang hal itu, lebih baik kamu tidur saja. mengungkit tentang hal yang sudah kita lakukan di mobil bisa membuatku sadar, tapi juga sangat mudah membuat fokus ku terbagi."

Wirianto Leng tertawa: "Kalau begitu kamu baik-baiklah menyetir, setelah kita sampai, barulah kita melakukan lagi hal yang tidak seharusnya kita lakukan."

Yuliana Jian tertawa dan mengangguk: "Mm, pikirkan tentang apa yang tidak seharusnya kamu lakukan, tidurlah baik-baik."

Wirianto Leng memejamkan mata, dan bersandar di kursi lalu terlelap. Yuliana Jian melirik ke arah Wirianto Leng dan tersenyum simpul. Wirianto Leng terlihat seperti lebih nyaman bersandar di kursi daripada tidur di atas ranjang, dengan sangat cepat dia terlelap, sama seperti dulu. Yuliana Jian terus menyetir sampai ke area kota barulah menghentikan mobilnya, dan mengguncang pelan tubuh Wirianto Leng, sambil tersenyum dan berkata: "Sudah sampai."

Wirianto Leng membuka matanya, dan melihat ke arah luar jendela mobil, lalu bertanya sambil tersenyum: "Apa aku kembali tidur sangat lama? Di luar hari sudah mulai gelap."

Yuliana Jian menganggukan kepala: "Tapi untung saja waktu untuk makan malam masih terkejar, ayo turun , aku akan membawamu makan sesuatu yang spesial."

Wirianto Leng yang mendengar perkataan Yuliana Jian pun tak kuasa menahan tawanya: "Kedengarannya tidak seperti akan makan wonton, sebaliknya seperti akan makan sebuah makanan yang aneh."

Yuliana Jian tertawa sambil menatap Wirianto Leng: "Untuk seorang Presdir Besar Leng yang kaya raya dan mewah, mungkin ini sungguh adalah sesuatu yang aneh."

"Oh, benar juga." Yuliana Jian berkata, lalu menyematkan sebuah kacamata hitam dan topi bonnet kepada Wirianto Leng, dan tersenyum sambil berkata: "Seperti ini lebih baik, sekarang hari sudah mulai gelap, kamu juga mengenakan sebuah kacamata hitam, tidak akan ada orang yang bisa mengenalimu."

Wirianto Leng tertawa dan mengangkat tangan, membenarkan posisi topi bonnet nya, lalu mengangguk dan berkata: "Mm, kuharap ini cukup untuk meredupkan pesonaku."

Yuliana Jian pun tak kuasa menahan gelak tawa nya: "Presdir Besar Leng, jangan-jangan kamu tidak tahu, pujian berlebihan seperti itu, seharusnya adalah sesuatu yang dikatakan oleh orang lain?"

Wirianto Leng menyipitkan mata, lalu mengangguk perlahan: "Mm, sekarang baru tahu."

Setelah Wirianto Leng selesai mengatakannya, barulah dia turun dari mobil, Yuliana Jian mengunci moilnya, dan mengaitkan tangannya di lengan Wirianto Leng, dan bertanya sambil tersenyum: "Bagaimana? Rasanya tidak ada orang yang menatap ke arahmu sangat lah spesial bukan?"

Wirianto Leng tertawa dan menganggukan kepala: "Benar-benar agak spesial."

Yuliana Jian menggandeng lengan Wirianto, lalu tersenyum dan berkata: "Mm, biar aku ingat-ingat, dimana tempat makan wonton itu? Jika tidak pindah, seharusnya ada di......"

Bicara sampai sini, Yuliana Jian pun tiba-tiba berkata dengan suara nyaring: "Di sana, sudah beberapa tahun juga tetap masih di sana."

"Kelihatannya seperti biasa saja, jika tidak dari awal juga seharusnya dia bisa mendapat uang yang cukup untuk pindah ke tempat yang lebih bagus." Wirianto Leng berkata dengan suara pelan.

Yuliana Jian memiringkan kepala, dan menatap Wiraino Leng, lalu berkata dengan pelan: "Tuan Wirianto Leng, kamu sungguh sangat bisa menilai, mungkin saja mereka mempunyai suatu kenangan tertentu, maka mereka tidak rela untuk pindah?"

Wirianto Leng pun tersenyum dan menjawab: "OK, OK, peraturan utama untuk para suami adalah semua perkataan istrinya adalah benar adanya."

Yuliana JIan tertawa dan mendekati Wirianto LEng, lalu mencium pipi Wirianto Leng: "Menurut sekali."

"Wow...." Wirianto Leng tertawa dan berkata: "Sekarang begini caramu memberikanku obat, aku juga seperti sedang merasakan sebuah minuman beralkohol yang sangat memikat dan memabukan."

Setelah Wirianto Leng selesai mengatakannya, dia pun menggandeng tangan Yuliana Jian dan berjalan masuk ke tempat makan wonton itu. Setelah masuk ke dalam warung wonton itu, seorang wanita setengah baya menyambut mereka sambil tersenyum, dan bertanya kepada Wirianto Leng dan Yuliana Jian: "Tepat sekali masih ada dua kursi kosong, kalian bisa duduk di sini. Ingin pesan apa?"

Wirianto Leng menatap Yuliana Jian, lalu tersenyum dan berkata: "Pilihlah menunya."

Yuliana Jian berpikir sejenak: "Dua mangkuk wonton, itu dulu sja."

Yuliana Jian tertawa, lalu menyipitkan mata menatap Wirianto Leng: "Presdir Besar Leng, aku peringatkan kamu, aku tidak tahu darimana datangnya bahan-bahan makanan di sini. Di sini tidak ada koki profesional yang akan mengurusmu."

Wirianto Leng tertawa dan berkata: "Seseorang harus mencoba untuk melakukan hal-hal yang membahayakan sesekali."

Yuliana Jian terfelak tertawa: "Mendengarnya saja membuat darah muda ku mendidih."

Wirianto Leng tertawa dan menggelengkan kepalanya: "Sepertinya aku bukan bersiap untuk makan wonton, tapi bersiap untuk makan bom."

Yuliana Jian mengangguk: "Level nya kira-kira sama, kamu tidak pernah makan bom, sama seperti kamu tidak pernah mencoba untuk makan wonton di pedagang kaki lima."

"Dengan perkataanmu seperti ini, aku sungguh harus mempertimbangkan lagi keputusanku ini." Wirianto Leng mengangkat tangannya, dan mengusap meja: "Aku mungkin sangat tidak suka....."

"Oh, aku tahu, lihat wonton nya sudah datang." Yuliana Jian segera menunjuk ke arah wonton yang disajikan oleh pelayan dengan wajah tersenyum.

Wirianto Leng terus memandang mangkuk wonton itu, dan melihatnya diletakkan di atas meja, lalu mendekati Yuliana Jian dan berbisik kepadanya: "Apa kamu melihatnya? Tadi saat disajikan. Tangan pelayan itu masuk sedikit ke dalam mangkuk, aku rasa apa kita perlu untuk menukarkannya."

Yuliana Jian kembali menatap Wirianto Leng: "Mm, sepertinya Presdir Besar Leng kita ini sungguh terlihat agak takut."

Novel Terkait

Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu