Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 254 Memamerkan Kebahagiaan

Yuliana Jian sungguh tidak suka orang lain mengetahui banyak mengenai dirinya dan Wirianto Leng, dengan canggung dia tersenyum, ketika mau mengatakan bahwa dia dan Wirianto Leng terkadang juga sangat membosankan, Wirianto Leng tiba-tiba dantang membawakan makanan kecil, dan memberikannya ke hadapan Yuliana Jian: "kamu coba makanan ini, kamu pasti menyukainya."

Yuliana Jian tersenyum dan mengambilnya, mencobanya dan segera menganggukan kepala, tersenyum berkata: "rasanya sangat enak, apakah kamu sudah makan?"

Wirianto Leng tersenyum: "aku sudah mencobanya dan baru memberikannya padamu."

Yuliana Jian tersenyum, awalnya masih mau lanjut berbicara kepada Wirianto Leng, lalu melihat wajah para nyonya-nyonya yang mengelilingi mereka, menggunakan tatapan mencuri-curi pandang melihat mereka, Yuliana Jian segera berdehem, lalu berkata kepada Wirianto Leng: "Kamu, lebih baik kamu segera mengoborol dengan yang lain, jangan urusi aku di sini."

Wirianto Leng tersenyum: "Baiklah, aku pergi dulu."

Wirianto Leng selesai berakata, dan megnangukan kepala kepada para nyonya-nyonya tersebut baru memutar tubuhnya dan pergi. Setelah Wirianto Leng pergi, tatapan mata para nyonya-nyonya tersebut mengikuti tubuh Wirianto Leng yang pergi, hingga ketika Wirianto Leng kembali duduk di sana, mereka baru menarik kembali tatapan matanya. Bukan karena tidak ingin melihat Wirianto Leng lagi, tetapi begitu Wirianto Leng duduk di sana, beberapa orang di sana menjadi tidak menarik lagi.

Hari ini yang datang keperjamuan dapat di katakan adalah orang kaya, beberapa nyonya-nyonya dan suami mereka walaupun bukan 'orang tampan', tetapi 'kaya' sudah pasti, di mata banyak orang mereka merupakan orang yang sangat membuat iri. Dulu Wirianto Leng sangat dingin, terlihat selamanya tidak mungkin akan menikah, dan selamanya tidak akan membandingkan suami mereka dengan Wirianto Leng yang bukan seperti manusia ini. Tetapi sekarang Wirianto Leng ternyata berubah menjadi seorang calon suami, bahkan sangat hangat terhadap wanita, sehingga membuat mereka tidak dapat menahan diri untuk membandingkannya dengan suami mereka, begitu di bandingkan, langsung merasa tidak puas.

Para Nyonya tiba-tiba tidak memiliki keinginan untuk mengobrol lagi, langsung menghelakan napas bersama-sama. Yuliana Jian merasa canggung, dengan gugup menundukan kepala, dan berdehem dan tersenyum: "Kalian mau makan apa? aku ambilkan untuk kalian?"

Para nyonya langsung mengembalikan kesadaran mereka dan mengelengkan kepala tersenyum kepada Yuliana Jian: "Tidak perlu, kamu ambil sendiri saja, kami akan ambil sendiri bila ingin makan."

Yuliana Jian tersenyum dan bangkit berdiri berjalan ke meja makanan, lalu menghelakan napas panjang.

"Ada apa?" Wirianto Leng berjalan ke sisi Yuliana Jian dan bertanya: "Tidak nyaman?"

Yuliana Jian mengelengkan kepala: "Bukan....karena kamu...."

Yuliana Jian tidak tahu bagaimana mengatakannya kepada Wirianto Leng, apakah laki-laki sepertinya mengetahui perasaan seorang wanita? Yuliana Jian yang tidak dapat menjawab, membuat Wirianto Leng mengerutkan alis dan berakta: "Ada apa? mereka menjahatimu?"

Yuliana Jian segera mengelengkan kepala: "Mana mungkin?siapa aku? apakah aku adalah orang yang gampang di jahati orang lain? hanya saja...."

Ketika Yuliana Jian mengatakan hal ini dia menurunkan volume suaranya dan mendekati telinga Wirianto Leng: "Kamu jangan terlalu menjagaku, sekarang kamu seperti ini sangat seperti orang yang memamerkan kemesraan, membuatku berbeda dengan mereka. Pria lain saja tidak memberikan makanan kepada istri mereka, kamu jangan melakukannya. Seperti kamu adalah suami sempurna......"

"Karena mereka tidak ada sakit maag, kamu ada." Wirianto Leng mengerutkan alis dan dengan curiga bertanya: "Ada apa? apakah maag mereka juga tidak enak?"

Yuliana Jian menghelakan napas, Wirianto Leng tidak mengerti perasaan wanita. Yuliana Jian menatap Wirianto Leng dengan merendahkan: "Kamu tidak mengerti ya sudah, lagi pula kamu ikuti saja para suami yang lain bagaimana, mereka bagaimana kamu bagaimana, jangan memperlihatkan seperti kita sangat spesial."

Wirianto Leng mengerutkan alis, dan memicingkan mata melihat Yuliana Jian: "beracting?"

Yuliana Jian segera menganggukan kepala: "Betul, betul, beracting..."

Wirianto Leng menurunkan kelopak matanya dengan suara suram berkata: "Harus seperti ini?"

Yuliana Jian menganggukan kepala: "ini adalah satu dari tiga prinsip komunikasi."

"Apa tiga prinsip komunikasi?" Wirianto Leng manikan alisnya dan tersenyum.

Yuliana Jian mengeluarkan tiga jarinya dan dengan serius berkata: ""Jangan memamerkan kekayaanmu, jangan menunjukkan kemampuanmu, jangan memamerkan kebahagiaan."

Wirianto Leng tertawa, lalu membuat banyak orang melihatnya, Yuliana Jian mendorong lengan Wirianto Leng, dan berbisik: "Kamu jangan tertawa, kamu tertawa seperti ini membuat mereka melihat ke arah kita."

Wirianto Leng tersenyum dan mengangukan kepala: "Baiklah, kalau begini aku di sebut dengan memamerkan kebahagiaan, maka aku akan berusaha untuk menahannya."

Yuliana Jian menghelakan napas panjang dan menganggukan kepala: "Ini baru benar, aku pergi dulu, kamu bila tidak ada apa-apa jangan datang mencariku."

Selesai berkata Yuliana Jian mengambil beberapa snack dan minuman berjalan pergi ke arah para nyonya-nyonya tersebut, Yuliana Jian mendegar para Nyonya berbisik-bisik: "Lihat tidak, ternyata CEO Leng tertawa, bahkan tertawa dengan sangat lembut."

"Sebelumnya melihat CEO Leng sangat dingin, tidak di sangka dia berubah begitu lembut."

"Yuliana Jian itu...."

Kedatangan Yuliana Jian membuat bisik-bisik para nyonya terhenti. Yuliana Jian telah mendegar beberapa pembicaraan mereka,tetapi Yuliana Jian seperti tidak mendengarkannya, dia terseyum dan meletakkan makanan dan minuman tersebut, dengan tersenyum berkata: "tidak tahu kalian ingin makan dan minum apa, aku mengambilkan beberapa yang berbeda, kalian pilih saja."

Para Nyonya tersenyum dan mengabil makanan dan mulai makan, perlahan mereka merubah topik pembicaraan mereka, mulai membicarakan anak. Yuliana Jian baru merasa lega, dan ikut mengomel bahwa bahasa inggirs Melly Jian tidak bagus, bagaimana untuk meperbaikinya. Tetapi para nyonya mengertukan kening dan bertanya: "Nona Yuliana, anak laki-lakimu beranama Malvin Jian?"

Yuliana Jian segera mengangukan kepala dan tersenyum bertanya: "Betul, ada apa?"

Nyonya tersebut langsung membalikan kepala berkata kepada orang lain, mengatakan bahwa Malvin Jian di sebuah pertandingan matematika yang terkenalmendapatkan juara satu. Yuliana Jian pun tidak begitu mengerti hal ini, setelah mendengarkannya dia merasa sedikit bingung dan tersenyum beratanya: "apakah begitu hebat?"

Para Nyonya kembali menjadi tenang, tidak beberapa saat, ada seorang Nyonya dengan berbisik berkata: "sangat hebat."

Yuliana Jian segera merasa keadaan berubah menjadi cangung lagi, dia mengerutkan alis dan mengaruk-garuk kepalanya dan tersenyum canggung: "Oh....aku juga tidak mengetahui hal ini, ternyata begitu hebat ya. Tetapi Melly kami sangat nakal, terkadang sulit di atur."

"Ibu....ibu...cepat lepaskan jaket ku, aku mau bermain bersama Melly." Tiba-tiba seorang anak kecil datang dan berkata kepada ibunya dengan tersenyum dan berteriak.

"Oh....Melly...." nyonya tersebut membantu anaknya untuk melepaskan pakaian dan tersenyum melihat Yuliana Jian.

Yuliana Jian mengerutkan alis dan bertanya: "Apakah Melly membuat kekacauan?"

Anak kecil tersebut segera mengelengkan kepala dan tersenyum berkata: "Tidak, dia adalah bos, membawa kami bermain. Dia bisa main apapun, aku pergi dulu."

Yuliana Jian megerjap-ngerjapkan matanya merasa keadaan sekitar berubah menjadi canggung lagi, Yuliana Jian memaksa tersenyum dan berkata: "Ehm, kalian tidak tahu, aku tidak bisa memasak bukan? Aku tidak bisa sama sekali, bodoh sekali!"

Para nyonya diam dan meminum minuman mereka, dengan tersenyum mengangukan kepala, setelah beberapa saat ada seorang nyonya tidak dapat menahan dirinya dan berakta: "Itu artinya beruntung, tidak perlu memasak, kalau kami, harus bisa masak sedikit."

Yuliana Jian merapatkan bibirnya dan mengerutkan alis, dan segara diam, lalu tidak banyak berbicara lagi. Hingga acara selesai, Yuliana Jian, Wirianto Leng dan kedua anak mereka naik ke atas mobil, Yuliana Jian baru menghelakan napas, dengan tidak berdaya bersandar di kursi.

"Ada apa? Sepertinya sangat lelah?" Wirianto Leng dengan khawatir bertanya: "bukankah aku tidak begitu menjagamu?"

Yuliana Jian mengelengkan kepala dan dengan wajah sedih berkata: "Tidak ada hubungannya denganmu, ini adalah masalahku, mungkin karena aku terlalu lama tidak bertemu dengan orang, sama sekali tidak mengerti bagaimana berbicara."

"Phobia Sosial?" Malvin Jian menatap Yuliana Jian dengan mengerutkan alisnya.

Yuliana Jian mengelengkan kepala dan berakta: "bukan..."

"Kalau begitu apa?" Melly Jian mengerjapkan matanya dan bertanya.

Yuliana Jian menghelakan napas dan berkata: "Karena kalian terlalu hebat, membuat ibu merasa sangat bangga."

Selesai Yuliana Jian berkata, Malvin Jian tidak beraksi, hanya dengan dingin menjawab 'oh' dan menatap ke luar jendela. Melly Jian sangat gembira, mengelengkan kepala dan tersenyum berkata: "Apa? Melly sangat hebat? Melly adalah anak yang hebat? hebat sekali? Melly sangat hebat...."

Melly Jian sambil berkata sambil bernyanyi.

Wirianto Leng menolehkan kepala, dia kira-kira mengerti apa yang di pusingkan oleh Yuliana Jian, lalu dia memegang bahu Yuliana Jian dan tersenyum berkata: "sudahlah, semuanya pelan-pelan saja. Karena memang berbahagia, tidak ada yang dapat di tutupi."

Yuliana Jian tersenyum dan bersandar pada bahu Wirianto Leng dan berbisik:" huh, aku seperti berubah menjadi orang yang menyebalkan."

Wirianto Leng memeluk bahu Yuliana Jian dan tersenyum menganggukan kepala: "mungkin ini adalah harga dari kebahagiaan".

Setelah kejadian ini para kumpulan nyonya-nyonya tesebut saling memberikan penilaian kepada Yuliana Jian: "Calon istri CEO Leng , kelihatannya orangnya cukup baik, rupanya juga lumayan, tetapi suka memamerkan kebahagiaan. Selesai memamerkan kebahagiaan suaminya, kebahagiaan anaknya, bagaikan anak dan suaminya adalah yang tebaik di dunia ini."

Yuliana Jian dibebani dengan penilaian seperti ini, di kumpulan para nyonya tersebut,dia berusaha cukup lama, akhrinya dia baru berhasil memperbaiki penilaian mereka. Semua ini juga juga berkat Melly Jian, yang benar-benar tidak dapat di banggakan para nyonya-nyonya, membuat Yuliana Jian dari seorang istri yang suka "memamerkan kebahagian suami, dan anak" menjadi hanya suka memamerkan "kebahagiaan suami"

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu