Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 131 Anak Yang Hilang

Nyonya Tua Leng terus duduk di dalam ruangan, tidak bergerak, seperti mayat tua yang sudah kaku. Pelayan mengetuk pintu, Nyonya Tua Leng juga hanya bisa berteriak, "Tidak boleh masuk, tidak boleh masuk."

Nyonya Tua Leng tidak bisa membiarkan orang lain melihat kondisinya yang begitu tua. Dia selalu merupakan pemimpin Keluarga Leng, bagaimana bisa dia tua? Bisa dikejutkan sampai seperti ini oleh bawahan yang selalu dia atur?

Pelayan tidak dapat membuka pintu, hanya bisa mencari Wirianto Leng saja. Wirianto Leng segera berjalan ke depan pintu kamar Nyonya Tua Leng dan bertanya dengan suara berat, "Nenek, aku adalah Wirianto. Sebenarnya ada apa denganmu? Apa aku bisa masuk melihatmu?"

Nyonya Tua Leng teriak, "Kamu juga tidak boleh masuk. Kalian tidak boleh masuk!"

Wirianto Leng berdiri di depan pintu, dan samar-samar mencium bunyi aneh yang keluar dari dalam kamar. Dia mengerutkan dahi, kira-kira mengerti apa yang terjadi di dalam sana. Wirianto Leng menghela napas dan berkata pelan, "Nenek, pakaian yang kamu reservasi sudah datang. Aku bawa ke dalam untuk kamu coba ya."

Setelah Nyonya Tua Leng mendengar perkataan Wirianto Leng, baru menganggukan kepala dan berkata pelan, "Baju taruh saja di depan pintu, lalu kalian semua pergi. Aku ... perasaan hatiku tidak baik, aku perlu tenangkan diri."

Wirianto Leng berkata kecil, "Kalau begitu aku pergi dulu. Nenek kalau punya perintah apa, panggil aku saja lagi."

Nyonya Tua Leng tidak bersuara, hanya duduk diam di tempat asal, dan berkata dengan suara sedikit bergetar, "Aku, aku tidak memerlukan kalian, aku bisa sendiri, aku bisa ... bisa sendiri ..."

Lewat beberapa lama kemudian, Nyonya Tua Leng baru berdiri pelan-pelan dan membuka pintu kamar. Melihat baju yang terletak rapi di luar, di sebelahnya juga ada segelas teh yang hangat. Nyonya Tua Leng segera membawa baju dan gelas teh itu masuk ke dalam kamar, menutup pintu, dan mengganti baju dengan panik. Setelah itu dia membungkus rapi baju kotor dengan koran, meminum teh, baru pelan-pelan kembali tenang.

Setelah tersadar, Nyonya Tua Leng baru mengangkat ponsel, menelpon kamar pelayan dan memerintah, "Datang satu orang ke sini, bantu aku bereskan kamar, tadi aku tidak sengaja manjatuhkan teh."

Segera dua orang pelayan wanita datang. Setelah membereskan kamar Nyonya Tua Leng dan bersiap keluar sambil membawa baju kotor nyonya, Nyonya Tua Leng tiba-tiba berkata dingin, "Hanya menjatuhkan sedikit air, kalian mengerti tidak? Kalau aku mendengar suara yang lain, hati-hati nyawa kalian!"

Kedua orang pelayan segera menganggukan kepala dan berkata dengan panik, "Iya, benar. Hanya kejatuhan teh saja."

Nyonya Tua Leng mengangguk sekali lalu berkata dingin, "Panggil tuan muda ke sini."

Setelah pelayan keluar, Nyonya Tua Leng menarik napas dalam dan bersandar di sandaran kursi, menutup mata. Setelah Wirianto Leng masuk, Nyonya Tua Leng baru membuka mata dan berkata sambil tersenyum kepada Wirianto Leng, "Wirianto, tutup pintu dan duduk ke sini."

Setelah Wirianto Leng menutup pintu kamar Nyonya Tua Leng, dia berjalan ke arah Nyonya Tua Leng lalu duduk di kursi yang ada di samping nyonya.

Nyonya Tua Leng menatap Wiliando Leng dan tersenyum hangat, "Bagaimana hubunganmu dengan Cindy akhir-akhir ini? Aku dengar kalian sering berkencan, rasanya hubungan kalian lumayan ya."

Wirianto Leng tersenyum dan mengangguk, "Cindy adalah perempuan yang polos dan baik."

"Iya, Cindy memang benar lumayan baik. Meskipun dia selalu menetap di luar negeri untuk belajar, tapi tidak mempunyai kebiasaan buruk luar negeri sedikitpun. Benar-benar sangat patuh, malah seperti wanita di zaman dulu. Sedangkan Keluarga Gu juga lumayan, setidaknya lebih baik dari ..." Nyonya Tua Leng berkata sampai sini berhenti sebentar, melihat ke arah Wirianto Leng dan menghela napas, "Lihatlah aku, kenapa mengungkit wanita itu lagi! Kamu sekarang tidak rindu pada wanita itu lagi bukan?"

Wirianto Leng menggelengkan kepala dan wajahnya menunjukkan perasaan jijik, "Nenek, aku tidak akan merindukan wanita yang mengkhianatiku."

Nyonya Tua Leng mengangguk dan berkata sambil tersenyum, "Kamu bisa berpikir seperti ini juga membuat aku tenang. Oh iya, apa kamu tahu Yuliana Jian, wanita itu sudah melahirkan anak?"

Wirianto Leng mengerutkan dahi dan berkata, "Saat dia menyadari hamil, dia pernah bilang padaku, tapi aku tidak mempedulikan. Sekarang setelah dihitung-hitung, seharusnya sudah melahirkan anak. Kenapa? Apa nenek sangat perhatian pada anak itu? Tapi mau nenek melakukan keputusan apapun, aku pasti tidak akan mengakui anak itu. Maafkan aku tidak berbakti."

Nyonya Tua Leng tertawa dan melambaikan tangan, "Kenapa tiba-tiba bicara begitu serius? Karena kamu tidak ingin mengakui anak itu, aku juga tidak akan mengakui. Selama kamu dan Cindy segera menikah, semakin cepat juga aku menggendong cucu, untuk apa lagi memikirkan anak wanita itu? Tapi karena sudah mengungkit tentang anak, kamu harus lebih perhatikan. Kamu sekarang masih muda, adalah waktu terbaik untuk melahirkan anak."

Wirianto Leng hanya tersenyum dan berkata, "Aku akan berusaha."

Nyonya Tua Leng mengangguk sambil tersenyum dan berkata, "Kalau kamu memiliki kesadaran ini, maka aku bisa tenang. Sudahlah, kamu sibuk saja, tidak perlu menemani aku lagi di sini."

Wirianto Leng menyelimuti Nyonya Tua Leng baru berbalik dan meninggalkan kamar. Nyonya Tua Leng menatap punggung Wirianto Leng, setelah Wirianto Leng keluar dari kamar, Nyonya Tua Leng baru berkata, "August, apa benar-benar adalah kamu? Meskipun bukan kamu, tapi tanganmu juga sudah diulurkan terlalu panjang. Apa kamu benar-benar tidak mengetahui kemampuanmu?"

Nyonya Tua Leng menyipitkan mata dan menatap kekosongan di depan dengan kejam. Sekarang Nyonya Tua Leng melampiaskan semua kemaluannya tadi kepada August Leng. Kalau bukan August Leng yang membeli semua orang-orang di sekitarnya, bagaimana mungkin dia akan marah sampai seperti ini?

August Leng itu memang sudah tidak takut apa-apa lagi, sudah saatnya diberi pelajaran.

Setelah Wirianto Leng keluar dari kamar Nyonya Tua Leng dan melihat kamar Nyonya Tua Leng dengan dingin, pelan-pelan keluar dari villa itu. Setelah keluar villa, naik ke mobil, Wirianto Leng berkendara beberapa saat llalu berhenti di samping jalan. Setelah Wirianto Leng mengeluarkan alat deteks, dia mencari beberapa alat pendengar di dalam mobil dan menutupnya dengan selotip, dia baru mengeluarkan telepon yang kelihatannya sangatlah bodoh dari dalam kantong. Meskipun telepon ini kelihatannya sangatlah bodoh, tapi itu adalah telepon yang paling bisa dicegah untuk dimonitor. Dia membawa ponsel dan lanjut mengendarai mobil. Kalau ada orang yang mengamati dia terlalu lama berhenti di pinggir jalan juga akan menarik perhatian orang lain.

Sambil pelan-pelan mengendarai mobil, Wirianto Leng menelpon sebuah nomor. Setelah telepon tersambung, Wirianto Leng segera bertanya, "Apa sudah diatur?"

Orang dari ujung sambungan segera menjawab, "Sudah diatur, sudah diganti identitas yang baru kepadanya. Sekarang dia adalah anak yang baru lahir dari sepasang suami istri chinese luar negeri, sekarang mereka sudah naik kapal menuju negara lain. Tunggu dia agak besar, baru ganti sebuah keluarga yang baru baginya, lalu ganti negara. Hanya saja, masih perlu penjagaan lebih banyak di sampingnya atau tidak?"

"Tidak perlu, kalau menyangkut semakin banyak orang, malah lebih mudah diketahui orang banyak. Begini saja cukup. Kalau tidak ada hal diluar dugaan padaku, biarkan dia melanjutkan hidup dengan status orang normal saja. Tidak perlu memberitahu apa-apa pada dia. Mau itu aku, atau ibunya." berkata sampai sini, Wirianto Leng mengerutkan dahi dan berkata dengan suara berat.

Wirianto Leng tanpa bisa menahan diri tersenyum pahit, "Meskipun aku tidak peduli pada jenis kelamin anak itu, tapi nenek dan anggota Keluarga Leng lain lebih mementingkan laki-laki. Dia adalah putra pertamaku, dan mungkin juga adalah satu-satunya putraku, ada banyak orang yang akan memikirkan cara untuk memanfaatkannya. Yuliana sama sekali tidak bisa melindungi anak ini, malah akan membawa anak ini masuk ke dalam bahaya yang lebih besar. Biarkan anak ini menghilang untuk sementara waktu saja ..."

Orang yang berada di ujung sambungan diam sesaat, lalu berkata dengan suara kecil, "Bagaimana membereskan orang itu. Sepertinya dia benar-benar kira uang itu diberikan oleh August. Sekarang semua uangnya ditarik kembali oleh Nyonya Tua Leng. Aku khawatir dia akan pergi mencari gara-gara dengan August."

Wirianto Leng mengangguk, "Kalau begitu bunuh dia saja, lakukan seperti hal ini dilakukan oleh anak buah August. Nenek suka semua yang diatur. Orang yang nenek ingin bunuh, tidak boleh diselamatkan oleh orang lain. Orang yang nenek ingin selamatkan, juga tidak boleh dibunuh oleh orang lain. Biarkan August terus melanggar batas kesabaran nenek saja, aku juga ingin lihat bagaimana nenek menghadapi August."

Orang yang berada di ujung sambungan segera menjawab, "Baiklah, aku tahu."

Wirianto Leng bertanya dingin, "Apa sudah menemukan mayat kakakku?"

Orang yang ada di ujung sambungan terdiam sebentar baru menjawab, "Tidak, karena tidak berani mencari secara besar-besaran, jadi tidak bisa menemukan."

Wirianto Leng menyipitkan mata dan menarik napas dalam. Dia tidak memiliki perasaan yang terlalu banyak pada kakaknya itu. Siapa pula yang akan sayang pada orang yang menginginkan jantungmu? Apalagi kakaknya itu juga membunuh ayah Yuliana. Tapi bagaimanapun itu, Wirianto Leng tidak ingin melihat mayat kakaknya hilang begitu saja di luar. Bukan karena dia pernah bilang ingin memakamkan Wilbert dan orangtua Wilbert bersampingan, tapi karena kakaknya dan dia terlalu mirip. Wirianto selalu merasa kalau kakaknya mati tanpa tersisa mayat, juga seperti pertanda akhiran yang buruk baginya.

"Lanjut mencari secara diam-diam, jangan sampai diketahui oleh orang lain." setelah Wirianto Leng selesai bicara, dia langsung memutuskan hubungan.

Setelah menutup sambungan, Wirianto Leng menutupi dadanya dengan tangan. Yang berdetak di dalam adalah jantungnya. Kakak yang dulu menginginkan jantungnya, malah meninggalkan baginya kekayaan yang tidak bisa dia bayangkan sebelumnya. Bukan hanya harta, dalam peninggalan ayahnya, masih ada satu daftar nama, yaitu orang-orang berbakat yang sebelumnya ayahnya cari, dan juga terdapat dalam beragam keluarga besar.

Hal ini baru membuat Wirianto Leng bertekad untuk melawan Nyonya Tua Leng dan August Leng. Yang dia mau lakukan, bukan hanya mengalahkan semua orang dan mendapatkan kekuasaan sepenuhnya Keluarga Leng, tapi dia juga mau membubarkan Keluarga Leng dan merombak ulang Keluarga Leng. Untuk melakukan ini, dia perlu bermusuhan dengan semua anggota Keluarga leng, karena dia mau memutuskan keuntungan anggota Keluarga Leng lainnya.

Ini terlalu berbahaya. Orang mencintai uang melebihi nyawa mereka sendiri. Hal yang dia lakukan, sedang memutuskan jalan hidup anggota Keluarga Leng lainnya, juga menempatkan dia di posisi yang berbahaya. Tapi kalau tidak melakukan ini, meskipun Nyonya Tua Leng dan August leng mati, anggota Keluarga Leng lain juga akan membuat "Nyonya Tua Leng" dan "August Leng" yang baru.

Wirianto Leng tidak ingin Yuliana Jiang dan anak-anak mereka, melanjutkan cerita buruk yang pernah terjadi dulu.

Novel Terkait

Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu