Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 291 Aku menunggumu

Ekspresi wajah Wirianto Leng sedikit tegang, lalu dia langsung tertawa. Dia mencoba mengangkat tangannya membelai kepala Yuliana Jian dengan lembut, lalu dia berkata sambil tersenyum: "Hmm, kalau kamu ingin bertemu dengannya, aku bisa membawamu menemuinya, tetapi kamu tidak boleh membuat masalah lagi, apakah kamu sudah makan? "

Ekspresi wajah Yuliana Jian terlihat bingung. Dia menatap Wirianto Leng, sambil mengerutkan kening dan berkata, "Kamu bisa membawaku ke sana?"

Wirianto Leng mengangguk lalu berkata sambil tersenyum, "Tentu saja, August Leng adalah adik sepupuku, tentu saja aku bisa membawamu menemuinya, kamu hanya perlu mempercayaiku ."

Yuliana Jian memiringkan kepalanya, sambil mengerutkan kening dia menatap Wirianto Leng, setelah berlalu cukup lama dia mengangguk dengan perlahan. Wirianto Leng tersenyum dan mencoba mendekati Yuliana Jian, dia ingin memeluk Yuliana Jian, tapi Yuliana Jian langsung menghindari Wirianto Leng. Wirianto Leng mengerutkan keningnya, tapi dia tidak melanjutkan bergerak maju, sebaliknya dia berbalik dan mengayunkan tangan memanggil pembantu di sampingnya. Melihat pembantu mendekat, Wirianto Leng berkata dengan pelan, "Suapi dia..."

Pembantu itu mengangguk, lalu berjalan ke sana dan memapah Yuliana Jian. Wirianto Leng mengerutkan kening sambil menyaksikan Yuliana Jian berjalan masuk ke kamar tidur, lalu dia berbalik dan menatap psikiater yang bergegas datang menghampirinya. Kemudian dia berkata dengan serius kepada psikiater itu: "Ayo kita bicara diluar."

Setelah menutup pintu, Wirianto Leng menatap psikiater itu, sambil mengerutkan kening dia bertanya, "Bagaimana keadaannya?"

"Saat ini dia sangat tidak kooperatif, aku juga tidak bisa memastikan kondisi psikologisnya saat ini. Aku hanya tahu saat ini pikirannya sangat kacau, sepertinya dia tidak tahu siapa dirinya, dan dia memiliki ketergantungan yang sangat berat kepada August Leng . "psikiater itu berkata sambil mengerutkan kening.

“Sindrom Stockholm?” Wirianto Leng mengerutkan kening sambil bertanya pada psikiater.

Psikiater itu menggelengkan kepalanya: "Ada gejala ini, tapi kelihatannya lebih rumit."

Setelah diam selama beberapa saat, Wirianto Leng mengerutkan kening menatap psikiater, lalu bertanya dengan suara rendah, "Apakah menurutmu ada indikasi dia dihipnotis? Dulu putriku juga pernah dihipnotis, tapi mungkin karena waktunya tidak cukup, dia hanya dihipnotis untuk memiliki kesan baik terhadap seseorang tapi tidak diberikan instruksi. Yuliana diculik August Leng dalam waktu yang lama, mungkin dia diberikan beberapa instruksi. Apakah ada indikasi seperti ini? "

Psikiater itu mengerutkan kening, sambil menundukkan kepalanya dia berpikir sebentar, lalu menggelengkan kepalanya: "Tuan Leng, penyakit mental berbeda dengan penyakit lain, perlu pengamatan jangka panjang dan tidak boleh terlalu terburu-buru. Masih terlalu awal untuk menentukan penyakit apa yang Nona Jian derita, sekarang kita hanya bisa mengandalkan obat-obatan untuk membuatnya tenang, dan hal ini juga membebani tubuhnya. "

Wirianto Leng mengangguk, sambil mengerutkan kening dia berkata, "Aku tahu, aku tahu ..."

Selesai berbicara, Wirianto menoleh dan melirik ke arah pintu yang tertutup rapat. Dia menatap pintu itu seolah-olah sedang melihat pintu hati Yuliana Jian yang tertutup untuknya. Wirianto Leng mengerutkan kening lalu berkata dengan suara pelan: "Seberapa besar harapan yang ada, apakah ada kemungkinan Yuliana bisa kembali seperti semula?"

Di rumah sakit Wirianto Leng pernah melihat keluarga dari beberapa pasien kritis yang terus-menerus bertanya kepada dokter apakah masih ada harapan, saat itu, Wirianto Leng merasa apa yang mereka lakukan benar-benar bodoh dan konyol. Jelas-jelas sudah melihat tidak ada harapan, kenapa terus bertanya berulang kali? Kenapa mencari jawaban yang tidak ada hasilnya.

Tapi Wirianto Leng tidak menyangka saat ini dia juga menanyakan hal yang sama. Dalam hati dia tahu kondisi Yuliana Jian saat ini sangat rumit, dan dokter juga tidak bisa memberikan jawaban yang akurat, tapi dia tetap menanyakan hal ini. Sama seperti orang-orang yang pernah dia rasa aneh dan bodoh, sekarang dia juga mencari jawaban yang mungkin tidak akan membuahkan hasil.

Ternyata benar, psikiater itu menggelengkan kepalanya. Dia menatap Wirianto Leng dengan hati-hati, lalu dia menundukkan kepalanya dan berkata sambil mengerutkan kening, "Maaf, Tuan Leng, aku tidak bisa menjawab pertanyaan ini, aku hanya bisa mengatakan kondisi Nona Jian saat ini sangat jauh dari harapan kita. Kalau ingin dia pulih, harus memiliki kesabaran dan tekad yang besar. Tapi, meskipun keadaan Nona Jian saat ini sangat buruk, dan menolak anda, tapi sebelumnya Nona Jian tidak mengizinkan kita mendekatinya, tapi sekarang dia membiarkanmu mendekatinya. Mungkin dalam pikiran bawah sadarnya dia masih mempercayai anda, anda bisa mencoba lebih banyak berinteraksi dengannya. Setelah membangun kepercayaan dengannya, mungkin akan membuat pengobatannya lebih efektif. "

Wirianto Leng langsung menoleh dan menatap psikiater itu, sambil mengerutkan kening dia bertanya, "Benarkah?"

Saat melihat ekspresi wajah bahagia Wirianto Leng, Psikiater itu terdiam sebentar, lalu dia segera mengangguk: "Kita bisa mencobanya dulu, tapi seperti yang anda katakan, mungkin orang yang menculik Nona Jian telah menghipnotis Nona Jian dan memberikan instruksi kepadanya. Instruksi ini sangat berbahaya bagi anda, anda harus sangat berhati-hati ketika mendekati Nona Jian ..."

Wirianto Leng langsung mengangkat tangannya untuk menghentikan ucapan psikiater itu. Dia menggelengkan kepalanya lalu berkata dengan serius: "Aku tahu, aku tidak peduli. Asalkan Yuliana bisa pulih, yang lainnya tidak penting bagiku. Semua ini terjadi karena aku tidak melindunginya dengan baik, sehingga membuatnya mengalami penderitaan sebanyak ini. Seharusnya aku yang mengalami semua penderitaan yang dia alami saat ini, kendatipun berbahaya, aku tidak peduli. "

Psikiater itu mengerutkan kening menatap Wirianto Leng sambil mengejapkan matanya, Sebelum dia datang untuk mengobati Yuliana Jian, dia telah banyak mendengar banyak desas-desus mengerikan tentang Wirianto Leng , dia bahkan sudah mempersiapkan diri akan dibunuh karena telah mengetahui rahasia keluarga Leng. Tapi psikiater itu tidak menyangka Wirianto Leng tidak ada bedanya dengan anggota keluarga pasiennya yang putus asa, mereka sama-sama orang yang akan berusaha mengejar meskipun hanya memiliki sedikit harapan.

Kelihatannya tidak peduli seberapa hebat seseorang, saat orang yang dia kasihi sakiti, dia juga akan merasa tidak berdaya.

Psikiater itu menatap Wirianto Leng sambil berkata dengan suara rendah: "Kalau Tuan Leng mau bekerja sama, sebenarnya lebih bagus kalau anda yang mendekati Nona Jian dan menuliskan laporan pengamatan terhadap dirinya. Keadaan Nona Jian saat ini tidak cocok untuk di dekati langsung oleh dokter yang tidak di kenalnya. "

Wirianto Leng mengangguk dengan sangat kooperatif: "Aku akan berusaha untuk bekerja sama, apa pun yang kamu suruh aku akan berusaha melakukannya."

Psikiater itu mengangguk, setelah menarik napas dalam-dalam, dia berkata dengan pelan, "Baiklah, aku sudah tahu harus membuat rencana perawatan yang seperti apa. Tapi Tuan Leng, juga perlu menjalani konseling tepat waktu. Saat dihadapkan dalam situasi seperti ini, banyak anggota keluarga pasien akan mengalami kecemasan. "

Wirianto Leng melirik psikiater itu, lalu dia tersenyum dan menggelengkan kepalanya: "Tidak perlu, aku sudah mempersiapkan diri untuk kemungkinan yang terburuk."

Kemungkinan yang terburuk adalah, kalau Yuliana Jian meninggal dia akan meninggal bersama Yuliana Jian, kalau Yuliana Jian gila, dia akan menjadi gila bersama Yuliana Jian. Dengan berpikir seperti ini, Wirianto Leng tidak lagi memiliki keraguan dan kecemasan di dalam hatinya, dia benar-benar tenang. Mungkin ini adalah arti lain "Saling menjaga"?

Melihat Wirianto Leng berbicara dengan blak-blakan, Psikiater ini juga tidak berani mengatakan apa-apa lagi. Dia hanya mengangguk dan berkata dengan lembut: "Masih ada beberapa informasi mengenai Nona Jian yang perlu aku rapikan, kalau begitu aku pamit dulu. "

Wirianto Leng mengangguk dan menyaksikan kepergian psikiater itu sambil tersenyum. Setelah itu Wirianto Leng tidak langsung kembali ke kamar untuk menemani Yuliana Jian, sebaliknya dia memanggil semua orang kepercayaannya, selain berpesan kepada mereka untuk menjaga Melly Jian dan Melvin Jian kalau terjadi apa-apa kepadanya. Wirianto Leng juga memberikan perintah rahasia kepada mereka: kalau dia terluka atau terbunuh karena Yuliana Jian , dan Yuliana Jian lupa akan hal ini, mereka harus menyembunyikan masalah ini dan hanya boleh mempublikasikan dia mati karena dibunuh oleh pembunuh bayaran August Leng.

Wirianto Leng memikirkan berbagai macam kemungkinan yang bisa saja terjadi hingga mempertimbangkan berbagai macam faktor. Setelah itu Wirianto Leng tersenyum dan berdiri: "Kelak mohon bantuan kalian semua."

Selesai berbicara, Wirianto Leng langsung berjalan keluar dari ruang rapat dan meninggalkan semua orang yang masih terkejut. Saat Wirianto Leng keluar dari ruang rapat, tiba-tiba dia merasa lega. Sambil tertawa dia berjalan ke kamar tempat Yuliana Jian beristirahat, mendengar pembantu mengatakan Yuliana Jian sedang tidur, Wirianto Leng masuk kedalam sambil tersenyum. .

Setibanya di kamar tidur, Wirianto Leng menatap Yuliana Jian yang sedang berbaring di atas tempat tidur dengan mata terpejam. Wirianto Leng berjalan menghampirinya dengan perlahan, dia menggenggam tangan Yuliana Jian sambil bertanya dengan suara pelan: "Yuliana ... Yuliana ... apakah kamu benar-benar tidur? "

Yuliana Jian tidak menjawab, matanya masih terpejam, tapi dia masih mengerutkan keningnya. Wirianto Leng duduk di sisi tempat tidur, sebelah tangannya mengenggam tangan Yuliana Jian, tangannya yang satu lagi dengan lembut membelai rambut Yuliana Jian yang berantakan. Dia tersenyum dan berkata, "Sebenarnya, melepaskan itu tidak terlalu sulit. Dulu aku selalu merasa aku sedang berusaha untuk bersamamu. Sekarang aku baru sadar aku tidak cukup berusaha. Aku ingin bersamamu tanpa kehilangan semua yang aku miliki, aku memang masih rakus akan harta dan kekuasaan, aku memang Wirianto Leng yang terbiasa duduk di tempat yang tinggi, berhati dingin, dan terbiasa hidup untuk merebut kekuasaan. Aku menjalani kehidupan seperti ini sejak aku lahir. Sebenarnya aku tidak tahu bagaimana rasanya menjalani kehidupan yang damai. Kelihatannya aku berusaha berlari menuju kehidupan di mana aku bisa bersama denganmu selamanya tapi sebenarnya itu hanya untuk memastikan aku adalah Wirianto Leng, aku ingin bersamamu tanpa kehilangan kekuasaan dan statusku. Lihatlah sekarang, betapa mudahnya untuk melepaskan, betapa rileksnya, sama sekali tidak perlu mengalami kesulitan seperti sebelumnya, sama sekali tidak perlu berkorban begitu banyak. "

Wirianto Leng menunduk dan mendekati Yuliana Jian lalu dia mencium dahi Yuliana Jian : "Aku selalu ingin melindungimu. Sebenarnya, cara terbaik untuk melindungimu adalah dengan aku melepaskan segalanya. Betapa mudahnya, tapi aku tidak rela, jadi sekarang aku membuatmu terluka. "

Wirianto Leng mengangkat tangannya membelai pipi Yuliana Jian, lalu dia berkata sambil tersenyum: "Untungnya, semuanya masih sempat. Kamu masih ada di sisiku. Aku masih memiliki kesempatan untuk memulai dari awal. Kita akan menemukan dirimu kembali dengan perlahan, bagaimana? Dulu selalu kamu yang selalu berkorban, kalau begitu mulai sekarang, biar aku yang berkorban. "

Wirianto Leng membelai pipi Yuliana Jian, sambil tersenyum dia berkata, "Aku akan menunggumu bangun."

Yuliana Jian yang sedang tidur, seakan mendengar kata-kata Wirianto Leng, dia menggerakkan tubuhnya sedikit. Wirianto Leng mengecup bibir Yuliana Jian lalu dia berkata sambil tersenyum, "Tidak perlu tergesa-gesa kita punya banyak waktu untuk menunggu pertemuan kita kembali."

Novel Terkait

Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu