Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 348 Orang tua yang berbeda

Yuliana Jian melihat senyuman nakal Wirianto Leng, tidak tahan dan menaikkan volume suaranya, dan bertanya dengan keras, "Hei ... Wirianto Leng, apa maksudmu tertawa seperti itu? Kenapa rasanya tidak bisa diandalkan? Kamu jangan seperti ini, membuatku tidak yakin. Ayo jujur, kamu sebenarnya sudah merencanakan apa."

Meskipun Yuliana Jian berusaha keras untuk berteriak keras, Wirianto Leng hanya berbalik dan tersenyum pada Yuliana Jian, tidak mengatakan apapun yang bisa membuat Yuliana Jian tenang.

"Hei ..." Yuliana Jian menatap punggung Wirianto Leng dan menaikkan volumenya dan berteriak: "Hei ... Wirianto Leng, kamu benar-benar pergi begitu saja seperti ini? Benar-benar tidak kasih aku petunjuk? Aku kasih tahu ya, kalau benar-benar pergi ke Afrika melihat migrasi binatang, aku bena-benar akan marah."

Wirianto Leng mendengar apa yang dikatakan Yuliana Jian dan memandang Yuliana Jian dengan tersenyum, menunjukkan senyuman nakal yang membuat Yuliana Jian ​​benar-benar tidak dapat percaya, Wirianto Leng mundur beberapa langkah sampai Yuliana Jian tidak bisa lagi melihat Wirianto Leng lagi. Yuliana Jian mengerutkan kening dan melihat ke arah Wirianto Leng pergi, dan menghela nafas: "Tuan Leng ku ini benar-benar semakin imut dan bisa kerjain orang ya."

Setelah Yuliana Jian selesai berbicara, dia tertawa pelan, menggelengkan kepalanya dan berkata, "Sepertinya, meskipun kita sudah bersama beberapa dekade, juga tidak akan bosan."

Meskipun Yuliana Jian memberi tahu Wirianto Leng bagaimana dia akan menolak rencana Wirianto Leng, dia sendiri juga menolak untuk pergi ke beberapa tempat berbahaya di hatinya. Tapi Yuliana Jian juga tahu dalam hatinya kalau sebenarnya, tidak peduli apapun rencana yang dibuat Wirianto Leng, Yuliana Jian tidak akan menolak. Bahkan jika pergi camping di padang rumput di Afrika, mungkin akan ada binatang seperti singa dan zebra berlari lewat, meskipun dia tidak menyukai tempat yang drencanakan oleh Wirianto Leng, selama ada Wirianto Leng di sisinya, Yuliana Jian akan merasa nyaman dan akan menganggapnya menarik.

Tetapi Yuliana Jian tidak ingin memberi tahu hal seperti ini kepada Wirianto Leng, Yuliana Jian ingin membiarkan Wirianto Leng apapun yang direncanakannya benar-benar akan mengejutkannya. Yuliana Jian ingin membuat Wirianto Leng dan hidupnya lebih menarik, kalau mau kesenangan seperti ini, memang perlu sedikit keterampilan akting.

Yuliana Jian menarik napas dalam-dalam, berdiri, tersenyum dan berkata dengan suara rendah, "Baiklah, kita lihat tempat apa yang kamu rencanakan ..."

Ketika Melly Jian dan Melvin Jian pulang, Yuliana Jian mengumumkan kepada kedua anak itu bahwa dia berencana untuk bepergian dengan Wirianto Leng, tadinya Yuliana Jian ​​berpikir bahwa kedua anak itu akan merasa kalau mereka sangat egois, dan mungkin tidak ingin mereka bepergian, terutama Melly Jian, dia mungkin menangis untuk mencegah mereka pergi.

Tetapi saat Yuliana Jian mengungkit masalah ini, ekspresi Melly Jian ​​dan Melvin Jian ​​sebenarnya sangat tenang. Terutama Melly Jian, yang makan sambil bergumam: "Kalau begitu ibu, jangan lupa untuk membawa kami hadiah, dan jika ibu pergi, apa bisa mengatur koki untuk membuat sesuatu yang sangat enak untukku? Karena ibu dan ayah ada di sini, aku sudah lama tidak makan sesuatu yang enak, bilang ini tidak sehat, itu tidak sehat... tapi makanan yang sehat sama sekali tidak enak."

Yuliana Jian menyipikan matanya, menatap Melly Jian, dan bertanya dengan suara rendah, "Apa kalian sama sekali tidak akan kangen? Merasa oke untuk kita berpergian saat ini?"

"Tidak okelah. Mana ada orang tua yang berpergian dan meninggalkan anak-anaknya di rumah? Kedengarannya pun aneh." Kata Melly Jian, mengerutkan kening, dan menggelengkan kepalanya dengan ketidaksetujuan: " Tapi kalau aku tidak setuju, apa kalian tidak akan pergi? Aku dan kakak sudah tahu dari dulu, kalian berbeda dari orang tua lainnya..."

"Tidak, kamu yang baru tahu, aku sudah tahu dari dulu. Kamu tahunya belakangan karena kamu bodoh." Melvin Jian dengan dingin memotong kata Melly Jian.

"Tsk ..." Melly Jian mengerutkan kening, dan menatap Melvin Jian: "Kakak, bisakah kamu tidak bicara seperti ini, aku kan bisa sedih juga, kalau aku marah, kamu gimana? Orang tua kita suka bermain sendiri lagi, kalau mereka pergi, kita harus bergantung satu sama lain, kalau aku marah, tidak mempedulikanmu, tidak akan ada orang untuk berbicara sama mu."

Melvin Jian mendengar apa yang dikatakan Melly Jian, dan menutup mulutnya, melirik Melly Jian dan berhenti berbicara.

Melly Jian pun menoleh ke Yuliana Jian dan berkata dengan suara rendah, "Sebenarnya dari kita memiliki margamu, sudah merasa aneh, anak-anak lain memiliki marga ayahnya, apalagi orang tua lainnya tidak sedekat kalian, cuma kalian doang yang begini. Teman-teman kita banyak yang tanpa ayah, atau tanpa ibu, atau orang tuanya selalu bertengkar, yang seperti kalian begini sangat sedikit. Jadi, meskipun kalian kadang tidak masuk akal, dan tidak begitu peduli dengan masalah kita, tapi aku tetap merasa senang, karena kalian berbeda dari orang tua lainnya. Aku juga tidak tahu kenapa, merasa kalian berdua bisa bersama dengan baik, daripada menemani kita, rasanya..."

Melly Jian mengatakan ini, berkedip, menoleh untuk melihat Melvin Jian, dan bertanya dengan penasaran: "Itu kalimatnya, gimana bilangnya? Merasa nyaman di hati."

"Merasa nyaman? Tenang?" Melvin Jian mengerutkan kening dan bertanya dengan suara rendah sambil melihat Melly Jian.

Melly Jian ​​segera mengangguk: "Iya tenang dan nyaman. Sangatlah tenang. Lagi pula, kita tahu di mana ibu kita berada, tahu kalau ibu sedang bersama ayah, aku sudah merasa senang."

Yuliana Jian mengangkat tangannya dan membelai kepala Melly Jian, dan berkata sambil tersenyum, "Aiyo, Melly sudah besar ya, bukan lagi anak yang terus mencari ibunya, meminta ibunya untuk menemaninya."

Melly Jian ​​tersenyum dan mengangguk, dan berkata dengan serius, "Iyalah, aku sudah besar, aku sudah bukan anak kecil lagi."

Yuliana Jian tersenyum dan bertanya, "Kalau begitu, hadiah apa yang kalian mau, karena aku juga tidak tahu kita akan pergi kemana, jadi kalian kasih tahunya kira-kira mau apa ya."

Melly Jian segera tersenyum dan berkata, "Aku mau permen, aku mau mencoba permen dari tempat lain."

Melvin Jian ​​menyipitkan matanya sedikit, mengerutkan kening dan berpikir sejenak, menatap Yuliana Jian dan berkata, "Foto, foto yang ibu ambil, kalau bisa foto pemandangan."

Yuliana Jian tersenyum dan mengangguk, dan berkata dengan suara rendah: "Yah, ya, permintaannya tidak terlalu susah, ibu pasti akan membuat kalian puas, jangan khawatir. Tapi Melvin, kenapa kamu mau foto? "

Melvin Jian mengerutkan kening: "Karena aku tidak kepikiran mau apa."

Yuliana Jian tersenyum dan mengusap kepala Melvin Jian, dan berkata sambil tersenyum: "Ah kalo gitu tidak oke, kamu harus tahu apa yang kamu inginkan, disaat keinginan ini terpenuhi, orang baru bisa bahagia. Kalau tidak tahu mau apa, pikirkanlah baik-baik, semakin bayak keinginan mu, semakin mudah merasa bahagia."

Novel Terkait

Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu