Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 262 Penipu Kecil yang Baik Hati

Melvin Jian menatap Melly Jian dan mengerutkan dahi, dia langsung menyangkal: “Kamu yang kelihatannya bodoh!”

Melly Jian menunjuk hidung dirinya dan berteriak: “Aku bodoh? Huh, kalau bukan karena aku cukup pintar, bagaimana aku bisa kabur? Aku juga bisa mengabari Ibu, anak pintar seperti aku sangat sedikit tahu!”

Setelah berkata, Melly Jian mengangkat kepala dengan sangat sombong dan mendengus.

Melvin Jian menatap Melly Jian dengan mengerutkan dahi dan mendengus juga. Yuliana Jian melihat Melvin Jian, lalu melihat Melly Jian, kemudian tidak tahan dan tertawa perlahan-lahan. Kelihatannya walaupun Melly Jian terluka paling parah, tapi dia adalah orang yang pulih paling cepat di antara mereka.

Berpikir sampai di sini, Yuliana Jian melihat ke Wirianto Leng dan bertanya sambil tersenyum: “Kamu sedang menemani dia mendongeng cerita apa?”

Wirianto Leng berkata sambil tersenyum: “Aku sedang mendongeng sebuah dongeng yang agak klise……”

Melly Jian mengedip-ngedipkan mata, dia melihat ke Yuliana Jian sambil tersenyum dan berteriak: “Ibu, Ibu……dongeng Snow White……Ayah juga bisa mendongeng, hebat sekali!”

Berkata sampai di sini, bahkan Melly Jian juga melambai-lambaikan tangan dengan berlebihan, berusaha menunjukkan pada Yuliana Jian. Yuliana Jian langsung berjalan ke samping Melly Jian dengan cepat, dia menahan tangan Melly Jian dengan pelan dan berkata dengan mengerutkan dahi: “Jangan asal bergerak, sekarang tangan kamu masih belum sembuh, berbaringlah dengan baik.”

Melly Jian memonyongkan bibir dan berbaring dengan patuh, lalu menatap Yuliana Jian dengan tatapan yang sangat kasihan dan bertanya dengan mengerutkan dahi: “Ibu……Ibu……kamu sudah bagaimana? Ayah bilang kamu pergi istirahat? Sudah selesai istirahat ya?”

Yuliana Jian mengangguk dan berkata sambil tersenyum: “Aku beristirahat dengan sangat baik, kamu bagaimana? Beberapa hari ini mematuhi perkataan Ayah tidak?”

Melly Jian mengangguk dan berkata sambil tersenyum: “Aku sudah mematuhi perkataan Ayah, kamu tanya Ayah kalau tidak percaya. Ya kan, Ayah?”

Wirianto Leng langsung mengangguk, mengangkat kepala dan berkata pada Yuliana Jian dengan sungguh-sungguh: “Iya, beberapa hari ini Melly sangat patuh.”

Berkata sampai di sini, Wirianto Leng melihat ke Yuliana Jian. Yuliana Jian baru merasa lega, dia menatap Melly Jian dan bertanya dengan suara rendah: “Bagaimana? Luka di tangan masih sakit tidak?”

Melly Jian mengangguk: “Sedikit……”

Melvin Jian berlari ke samping Melly Jian dan bertanya dengan mengerutkan dahi: “Benaran?”

Melly Jian menarik ingus dan mengangguk: “Benaran, Kakak, kamu datang menjenguk aku, menyiapkan suatu barang tidak? Orang lain datang menjenguk aku, semuanya menyiapkan makanan yang enak dan barang yang seru. Sebelumnya Ibu Peggy datang menjenguk aku, dia memberikan aku banyak makanan enak, kamu tidak menyiapkan apa-apa untukku?”

Berkata sampai di sini, Melly Jian juga menunjukkan tatapan yang mengeluh dan menatap Melvin Jian. Melvin Jian langsung melambaikan tangan: “Sebenarnya aku menyiapkan sup, tapi kamu tidak boleh minum, jadi aku berikan pada Ibu.”

Melly Jian mengedip-ngedipkan mata dan melihat ke Yuliana Jian, seperti sedang mengeluh Yuliana Jian menghabiskan supnya, Yuliana Jian tidak tahan dan melambaikan tangan sambil tersenyum: “Kamu bisa tidak jangan melihat aku seperti ini, seperti sedang mengeluh padaku. Aku juga tidak mau minum sup kamu, tapi sekarang kamu harus jaga pola makan, tidak boleh makan makanan yang berminyak.”

Melly Jian mendengus, lalu menoleh ke Melvin Jian: “Kalau begitu, kamu juga tidak termasuk memberikan barang padaku, tunggu aku pulang, kamu masih harus memasak untukku, aku mau makan iga semur merah, kamu bisa masak tidak?”

Yuliana Jian mengerutkan dahi, awalnya dia mau mencegah. Melly Jian si bocah ini, ingin memanfaatkan kesempatan untuk menyuruh-nyuruh Melvin Jian sebagai pembantu. Walaupun Melvin Jian sedikit terlihat dewasa, tapi bagaimanapun juga adalah anak kecil, mana boleh suruh dia memasak? Nanti jika dia terluka lagi, harus bagaimana?

Tapi Yuliana Jian belum sempat berkata, Melvin Jian malah mengangguk dan berkata dengan sungguh-sungguh: “Tunggu kamu pulang, aku pasti akan mentraktir kamu iga semur merah paling enak.”

Melly Jian baru mengangguk, dia mendengus: “Gitu dong.”

Setelah berkata, Melly Jian melambai-lambaikan tangan pada Melvin Jian, seperti ratu yang mengakhiri pertemuan dengan pejabat, dia berkata sambil tersenyum dengan bangga: “Sudah, kalau tidak ada urusan lain, kamu sudah boleh pergi. Saat pulang kamu belajar yang baik, lalu kerjakan PR untukku, masak yang enak untukku. Sekarang aku sih seorang pasien, kalian semua harus memperlakukan aku dengan baik!”

Saat ini Melvin Jian akhirnya tidak tahan dan menghela nafas, saat melihat Melly Jian, sudah bukan ekspresi yang merasa bersalah, akhirnya tidak tahan dan menunjukkan ekspresi yang sedikit jengkel seperti dulu.

Melly Jian langsung melotot: “Apa maksud ekspresi kamu? Kamu tidak suka dengan perintahku? Kamu lihat tanganku, lukanya parah sekali, hampir sisa sembilan jari, sangat menakutkan tahu! Kamu masih tidak mau merawat aku dengan baik?”

Sebelumnya Melvin Jian terlihat sangat perhatian pada Melly Jian, tapi melihat Melly Jian memanfaatkan dirinya ada luka dan menjadi angkuh, dia tidak tahan dan mengerutkan dahi, dia berkata dengan sedikit tidak ikhlas: “Iya, aku mau merawat kamu dengan baik.”

Melly Jian mengangguk: “Gitu dong.”

Setelah selesai berkata, Melly Jian berkata pada Wirianto Leng: “Ayah, Ibu, kalian juga pulang dulu saja. Pergi ambilkan beberapa baju untuk Melly, Melly tidak suka baju-baju ini, terlalu jelek. Aku mau pakai baju-baju cantik, kalian pulang, besok baru datang jenguk Melly lagi. Beberapa hari ini Melly ditemani kalian, Melly merasa sangat resah, Melly jadi tidak bisa mengobrol dengan dokter yang tampan.”

Setelah berkata, Melly Jian benar-benar berbaring, dia menaikkan dagu terhadap Yuliana Jian dan Wirianto Leng, lalu berkata dengan sedikit angkuh: “Kalian cepat pergi, jangan ganggu aku di sini.”

Setelah selesai berkata, Melly Jian memejamkan mata. Wirianto Leng melihat Yuliana Jian, Yuliana Jian malah mengerutkan dahi, lalu melambaikan tangan pada Wirianto Leng dan berkata: “Kita pergi dulu.”

Setelah Yuliana Jian dan Wirianto Leng keluar dari kamar pasien Melly Jian, dia bertanya pada Wirianto Leng dengan suara rendah: “Peggy sudah datang?”

Wirianto Leng mengangguk: “Dia datang kemarin, karena mengkhawatirkan Melly, dia terus mencari tahu kabar tentang Melly dari macam-macam jalur. Aku langsung beritahu dia kalau Melly sedang rawat inap di sini. Saat itu kamu pingsan, awalnya dia juga mau pergi menjenguk kamu, tapi aku cegah, aku tidak mau dia mengganggumu istirahat.”

Yuliana Jian mengangguk: “Oh, ternyata begitu, aku sudah tahu. Kamu dan Melvin pulang duluan saja, aku pergi menemani Melly.”

Melvin Jian langsung mendongak dan melihat Yuliana Jian, dia berkata dengan sungguh-sungguh: “Melly bilang mau sendirian, kamu jangan masuk ganggu dia.”

Yuliana Jian mengangkat tangan dan mencolek hidung Melvin Jian, lalu berkata sambil tersenyum: “Melvin, kamu masih kecil, tidak mengerti pikiran orang lain yang sebenarnya. Melly bukan benar-benar ingin kita pergi, tapi takut kita terlalu lelah, ingin membiarkan kita pulang untuk istirahat. Juga bukan benar-benar bersikap buruk padamu, dia tahu kamu merasa bersalah, ingin membiarkan kamu terus menjadi Kakak yang bertengkar dengannya dan kadang-kadang akan mengejeknya. Tapi bukan Kakak yang selalu merasa bersalah padanya seperti sekarang, kamu mengerti tidak?”

Melvin Jian mengedip-ngedipkan mata dan menggeleng-geleng kepala: “Melly sedang berbohong?”

Yuliana Jian tidak tahan dan tertawa, dia mengangkat tangan dan mengelus kepala Melvin Jian, dua anaknya ini menarik juga, yang satu sangat tidak pandai belajar, tapi sangat pandai melihat pikiran orang lain dan mengerti hubungan sosial. Yang satu lagi sangat pandai belajar, tapi sama sekali tidak pandai melihat pikiran orang lain dan tidak mengerti hubungan sosial.

“Sudah, lama-lama kamu akan mengerti.” setelah Yuliana Jian selesai berkata sambil tersenyum dan mengelus kepala Melvin Jian, dia bangun dan berkata pada Wirianto Leng sambil tersenyum: “Beberapa hari ini kamu juga sudah lelah, bawa Melvin pulang istirahat sebentar, di sini ada aku yang merawat Melly sudah cukup.”

Wirianto Leng mengerutkan dahi: “Tapi tubuhmu……”

Yuliana Jian mengambil nafas dalam, mengangkat tangan dan menggenggam tangan Wirianto Leng: “Aku sudah istirahat dengan cukup, kamu tenang saja. Sekarang sudah giliran kamu istirahat, setelah Melly rawat inap, kamu masih belum istirahat. Sebelumnya kamu masih ada luka lama, sekarang segalanya belum benar-benar menjadi tenang, kamu perlu pertahankan kondisi yang sehat, begitu baru bisa membuat aku dan dua anak bisa terus hidup di lingkungan yang sangat aman.”

Wirianto Leng melihat tangan Yuliana Jian yang menggenggam dia dengan mengerutkan dahi, dia menghela nafas dengan pelan dan langsung mengangguk: “Aku pulang istirahat sekarang, kalau kamu ada masalah, hubungi aku, aku akan langsung bergegas kemari.”

Yuliana Jian menggeleng-geleng kepala: “Melly ada aku, kamu jangan khawatir. Tidak hanya istirahat, seharusnya kamu masih ada banyak hal yang harus dilakukan, jangan sampai tertunda. Hal-hal ini kalau melewatkan kesempatan, mau menyelidiki lagi sangat sulit.”

Walaupun Yuliana Jian tidak mengatakan dengan jelas, tapi Wirianto Leng juga tahu maksud Yuliana Jian. Kejadian Melly Jian diculik, ada orang yang bersekongkol dengan Neon Chen, banyak hal tidak semudah itu, harus diselidiki dengan teliti dan jelas. Beberapa hari ini Wirianto Leng terus menemani di sisi Melly Jian, tidak sempat menyelidiki dengan teliti. Jika ditunda lagi, sangat mungkin akan dihapus semua jejak oleh orang jahat, sampai saat itu sangat mungkin meninggalkan bahaya yang tidak bisa dicegah, tidak tahu kapan akan ada orang memanfaatkan kesempatan untuk berulah, sampai saat itu tidak tahu apakah akan ada orang yang menghadapi bahaya.

Wirianto Leng mengangguk dan langsung berkata pada Yuliana Jian: “Baiklah kalau begitu, aku pergi sekarang, kalau ada sesuatu, aku akan beritahu kamu.”

Yuliana Jian mengangguk, lalu berkata pada Melvin Jian sambil tersenyum: “Saat pulang istirahatlah dengan baik, jangan terlalu banyak berpikir. Ibu dan Adik sangat cepat akan pulang.”

Melvin Jian mengangguk dengan kuat: “Aku tunggu kamu dan Adik pulang bersama.”

Yuliana Jian mengangguk sambil tersenyum, jika masalah ini ada sedikit efek yang baik, yaitu membuat Melvin Jian benar-benar bergabung dengan keluarga ini. Yuliana Jian melihat Melvin Jian dan Wirianto Leng pergi sambil tersenyum, lalu menurunkan mata, melihat tangannya yang tadi menggenggam Wirianto Leng dan mengerutkan dahi.

Jika masalah ini, masih ada efek apa yang buruk selain Melly Jian terluka, yaitu terbentuk celah di antara Yuliana Jian dan Wirianto Leng. Setelah Yuliana Jian mengetahui masa lalu Wirianto Leng, dia tidak tahu harus bagaimana menghadapi Wirianto Leng.

Yuliana Jian mengambil nafas dalam, balik badan dengan mengerutkan dahi dan masuk ke dalam kamar pasien, Melly Jian yang ada di dalam kamar pasien, sebenarnya sedang meringkuk di dalam selimut dan menangis pelan dengan tersedu-sedu, melihat Yuliana Jian kembali, Melly Jian langsung mengeluarkan kepala, dia terlihat sangat terkejut: “Ibu? Kamu tidak pergi?”

Yuliana Jian berkata sambil tersenyum: “Iya, tidak pergi, aku mau tinggal di sini untuk menemani penipu kecilku yang kuat dan baik hati.”

Novel Terkait

Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu