Cinta Seorang CEO Arogan - Bab 49 Dia adalah milikku
Saat Yuliana membuka matanya, Wirianto baru saja bangun dan berdiri, jarang sekali Yuliana dan Wirianto bangun bersamaan. Meskipun tidak bangun pada waktu bersamaan, namun Yuliana tahu Wirianto setiap bangun pagi pasti akan pergi lari pagi, Yuliana mengucek-ucek matanya dan berdiri. Meskipun tubuhnya masih belum pulih, namun pagi-pagi pergi berjalan satu putaran harusnya tidak ada masalah.
Yuliana merasa karena sudah tidak memiliki anak, maka harus kembali pada kondisi hidup normal, sekarang ini cocok untuk sedikit olahraga ringan yang juga bisa membantu pemulihan dirinya. Segala sesuatu di masa lalu mestinya jangan dilupakan, namun selamanya akan terlarut dalam kesedihan masa lalu, dengan begitu manusia sama sekali tidak mampu untuk bertahan hidup. Apalagi Yuliana bukanlah orang yang mempunyai hak karena sedih maka tidak perlu melakukan sesuatu, Michael masih hidup dengan bebas tanpa beban, kondisi kesehatan ayahnya masih belum pulih, dia punya hak apa untuk terus tenggelam dalam kesedihannya?
Melihat Yuliana yang juga ikut bangun, Wirianto mengerling ke arahnya, dengan suara dingin berkata : “Buat apa bangun sepagi ini?”
Yuliana berjalan ke arah kamar mandi, sambil menjawab : “Aku juga ingin pergi olahraga.”
“Kondisi tubuh kamu saat ini?” tanya Wirianto dengan alis terangkat dan menatap Yuliana.
Sambil tersenyum Yuliana berkata : “Tidak apa-apa dengan kondisi tubuhku, tidak masalah dengan olahraga yang sesuai.”
Selesai bicara Yuliana bergegas ke kamar mandi dan ganti baju, awalnya Yuliana mengira saat dia keluar nanti, Wirianto yang sudah ganti baju pasti sudah pergi dulu, namun tidak disangka Wirianto sedang mengikat tali sepatu di depan pintu kamar.
Pada saat Yuliana pergi ganti baju, dia melihat Wirianto sudah selesai ganti baju dan memakai sepatu olahraga, mengapa sekarang masih sedang mengikat tali sepatu. Apa mungkin sedang menunggu dirinya?
Berpikir seperti ini membuat Yuliana mengernyitkan dahi, segera menggelengkan kepala, mengingatkan dirinya untuk tidak lanjut berpikir seperti itu, jangan mendatangkan khayalan sedikit pun. Kondisinya sekarang sudah sangat kacau, cemburu pada wanita di samping Wirianto, menyandarkan diri pada Wirianto saat tidur. Jika sekali lagi membuat dia merasakan Wirianto sedikit baik pada dirinya, Yuliana benar-benar takut dirinya akan membelit Wirianto.
Secara akal sehat, Wirianto sama sekali tidak cocok dengan dia. Dulu dia tidak memahami Wirianto, mengira keluarga Leng hanyalah pertarungan biasa keluarga kaya, namun sekarang dia baru tahu pertarungan keluarga Leng begitu kejam. Yuliana tidak ingin menghabiskan sisa hidupnya dalam pertarungan keluarga, juga tidak ingin anggota keluarganya sendiri karena perasaan dia yang sesaat terlibat dalam isu keluarga Leng yang begitu berbahaya.
Yuliana berusaha menekan keadaan yang tidak nyata pada dirinya, saat berjalan ke samping Wirianto, baru dengan senyum bertanya : “Mau pergi bersama?”
“Kamu sudah selesai ganti baju, aku bisa apa?” tanya Wirianto datar.
Selesai bicara Wirianto dan Yuliana turun ke bawah bersama, sinar matahari pagi terasa sedikit sejuk. Kalau waktu musim dingin, sinar matahari saat ini akan terasa sedikit dingin dan sejuk. Namun karena saat ini adalah musim panas, sinar matahari yang sejuk sebaliknya membuat orang merasa segar.
Yuliana menarik napas, lalu mengeluarkannya, kemudian Yuliana merasa pengalaman buruk yang dulu dan rasa tidak rela, rasa benci di dalam hati semua meninggalkan dirinya.
“Lewat sini.” Ujar Wirianto pada Yuliana.
Yuliana segera mengikuti Wirianto dari belakang hingga sampai ke pojok pertama taman, sebelumnya Yuliana sama sekali tidak pernah berjalan di sekeliling taman kediaman Leng. Saat Wirianto membawa Yuliana datang ke pojok taman ini, Yuliana baru sadar ternyata kediaman Leng di sini tersembunyi sebuah lapangan olahraga yang besar. Sebuah lintasan berbentuk cincin, di tengah masih ada lapangan tenis, ukuran yang sama dengan yang ada di lapangan sekolah menengah.
Di sini selain beberapa pekerja yang sedang memangkas rumput, tidak ada orang lain sama sekali, kelihatannya sunyi senyap.
Yuliana membelalakkan matanya : “Ini mewah sekali.”
Yuliana mengira kalau berlari, cuma di sekitar taman kediaman Leng dan sembarang cari tempat di mana saja untuk berlari dan menggerakkan badan, sama sekali tidak menyangka kediaman Leng malah ada lapangan khusus untuk olahraga di luar ruangan.
“Ada apa?” tanya Wirianto dingin sambil menatap Yuliana.
Yuliana menarik napas, perlahan menggelengkan kepala, dengan suara rendah berkata : “Orang kaya memang orang kaya, saat aku membayangkan sesuatu hal aku selalu menggunakan pola konvesional, dan akan selalu menggunakan kesempatan itu untuk membuat aku terkejut, untuk memberitahu aku yang berpandangan sempit, yang begitu kampungan.”
“Kalau begitu, kampungan cepat lakukan pemanasan.” Sudut bibir Wirianto terangkat sedikit, namun suaranya tetap dingin.
Yuliana pelan-pelan menyelesaikan pemanasan, menunggu dia selesai, Wirianto sudah mulai berlari. Ketika Yuliana berlari kecil setengah putaran, Wirianto sudah selesai berlari dua putaran, saat melewati Yuliana, dengan tangan dia menepuk ringan kepalanya.
Yuliana mengangkat tangan dan menutupi kepalanya, tidak tahan dan berteriak keras pada Wirianto : “Hei hei, CEO Leng, ini adalah kepalaku, bukan pedometer.”
“Hubungan kamu dan kakak semakin baik.” Suara August tiba-tiba muncul di samping Yuliana.
Sambil berlari Yuliana sembari menoleh dan melihat August, berkata : “Mengapa selalu ada kamu?”
“Ini adalah tempat keluarga Leng, aku bermarga Leng, aku berlari di sini sudah dua puluh tahunan. Kamu orang luar yang muncul mendadak, malah berani menggerutu padaku?” kata August sambil berpaling melihat ke arah Wirianto.
Tepat saat Wirianto berhenti tiba-tiba, juga melihat ke arahnya. August tersenyum, mengangkat tangan seperti Wirianto dan menepuk ringan kepala Yuliana, sambil berkata : “Kamu terus terang saja, hari ini kamu khusus ikut kakak datang untuk berlari, agar bertemu denganku kan? Apakah kamu dari awal sudah tahu aku dan kakak akan berlari bersama.”
Yuliana menepis tangan August : “Kalau tahu kamu ada di sini, aku tidak akan datang.”
“Eh, jangan belajar seperti kakak, berubah menjadi begitu dingin……” August mengangkat tangan dan menangkap pergelangan tangan Yuliana.
Namun August baru menyentuh pergelangan tangan Yuliana, tangan August ditekan oleh tangan lain. Wirianto yang berlari mendekat dengan cepat masih terengah-engah napasnya, tangannya menekan pergelangan tangan August, satu tangannya lagi menarik Yuliana ke belakang dirinya, dengan alis mengkerut menatap August : “Paling baik kamu jangan lupa dengan peringatan aku.”
“Aku tidak lupa, namun juga apa boleh buat. Perasaan itu tidak bisa dikendalikan……” kata August, memiringkan kepala sambil matanya melihat Yuliana yang tertutup oleh Wirianto di belakangnya, dia lanjut berkata : “Aku memang menyukai Yuliana, apa boleh buat. Kakak, lagian Leny sudah kembali, kamu bersama dia saja. Kemudian Yuliana wanita yang galak ini, berikan padaku. Pembagian seperti ini, bukankah sangat bagus?”
“Milikku, masih tidak perlu kamu yang bagi.” Tatap Wirianto pada August dengan mata menyipit.
Milikku?
Yuliana mendengar Wirianto berkata seperti itu, hatinya berdebar, merasa apakah dia sudah dianggap menjadi milik Wirianto? Namun dia pikir kembali, Wirianto tidak mengatakan dengan jelas, sebenarnya dia yang milik Wirianto atau Leny adalah miliknya. Rasa senang yang diam-diam tidak bisa dikendalikan olehnya, segera berpencar dan menghilang.
Mendengar kata-kata Wirianto, August tertawa : “Kalau begitu tunggu hari di mana kamu punya kemampuan untuk mengusirku dari keluarga Leng.”
“Tenang saja, tidak akan membuatmu kecewa, akan tiba hari itu untukmu.” Ujar Wirianto dengan nada dingin sambil menatap August.
Selesai bicara, Wirianto menoleh dan melihat Yuliana, lalu berkata : “Akan kutemani kamu jalan pelan-pelan.”
Yuliana melirik ke August : “Atau tidak pulang saja.”
“Tidak seharusnya kita yang mengalah.” Selesai bicara, Wirianto memegang tangan Yuliana dan perlahan berjalan ke depan.
Namun August tidak pergi, malah berjalan berdampingan dengan mereka. Hanya saja August tidak lanjut bicara, hanya dengan sudut mata mengamati Wirianto dan Yuliana, dan pandangannya tertuju lama pada tangan Wirianto dan Yuliana yang saling bergandengan, baru pelan-pelan beralih.
Yuliana tidak begitu tahu perasaan Wirianto dan August sekarang, sekarang dia merasa sedikit canggung. Lanjut berlari dua putaran, Yuliana berkata pada Wirianto : “Aku sudah capek, aku pulang dulu.”
“Kita pulang bersama.” Kata Wirianto rendah.
Yuliana mengangguk, dan bersama Wirianto berjalan keluar dari lapangan. August dari belakang melihat bayangan punggung Wirianto dan Yuliana, tidak mengikuti mereka. Yuliana yang sudah hampir sampai di kediaman Leng, dia baru sadar Wirianto masih menggandeng tangannya. Dia mengernyitkan dahi, dia tidak tahu apakah Wirianto lupa untuk melepaskan tangan, atau memang tidak ingin melepasnya.
Namun tidak peduli alasannya apa, Yuliana pura-pura tidak menyadarinya. Karena digandeng oleh tangan Wirianto terasa sangat nyaman, telapak tangan yang besar, tapak tangan yang agak adem, kira-kira mungkin karena dia terbaring nyenyak di ranjang selama setahun, tangannya tidak seperti tangan pria lain yang kasar, ketika disentuh terasa seperti biji catur ancient go yang halus.
Yuliana tahu waktunya untuk di samping Wirianto tidak akan lama, dia tidak tahan untuk membiarkan sedikit hati egoisnya agar dia bisa menggandeng tangan Wirianto lebih lama lagi.
“Aku lupa melepaskan tanganmu, ternyata kamu sudah menyadarinya, mengapa masih menggandeng tanganku dan tidak lepas?” Tiba-tiba Wirianto menoleh, dengan alis mengkerut menatap Yuliana, dan dia langsung melepas tangan Wirianto.
Wajah Yuliana menjadi merah, menyesap bibirnya, dengan suara kecil berkata : “Aku, aku, sebenarnya aku juga tidak sadar.”
Seusai berkata, Yuliana merasa bersalah dan terbatuk sedikit, mengalihkan matanya, buru-buru mengatakan : “Aku masuk dulu.”
Wirianto menatap bayangan punggung Yuliana, tiba-tiba berkata : “Jangan lupa dengan kata-kata yang pernah kukatakan padamu, jangan terlalu berharap padaku, kalau tidak yang sakit hati adalah dirimu sendiri.”
Yuliana berhenti sebentar, perlahan menganggukkan kepala : “Aku tahu.”
Dia tahu, tetapi bahkan kalau sudah tahu, dia juga tidak bisa mengendalikan diri sendiri. Lagipula hanya tersisa waktu dua ratusan hari lagi, selanjutnya mungkin tidak akan bisa ketemu lagi dengan Wirianto, berpikir sampai di sini, Yuliana tidak bisa menahan diri dan melepaskan keinginan dirinya.
Namun, Yuliana merasa yang menyebabkan terjadinya situasi ini juga bukan dia sendiri, bukankah terhadapnya Wirianto selalu merangkul dan juga memegang? Yuliana merasa pria seperti Wirianto ini benar-benar menuntut terlalu berat, jelas-jelas tahu Yuliana punya kesan baik padanya, dan lagi mereka berdua tidur bersama, masih memeluknya, kemudian tidak mengizinkan dirinya menyukai dia, bagaimana mungkin?
Jadi Wirianto benar-benar menganggap dia seperti guling yang tidak punya perasaan?
Novel Terkait
Pejuang Hati
Marry SuAkibat Pernikahan Dini
CintiaUnperfect Wedding
Agnes YuDark Love
Angel VeronicaWanita Yang Terbaik
Tudi SaktiCinta Seorang CEO Arogan×
- Bab 1 Harga Dirinya
- Bab 2 Ibu Tiri yang 'Sempurna'
- Bab 3 Serigala Bermata Putih
- Bab 4 Aku Tidak Pernah Mencintaimu
- Bab 5 Kebesaran Keluarga Leng
- Bab 6 Suamimu
- Bab 7 Mayat Hidup yang Sempurna
- Bab 8 Dia sudah Bangun
- Bab 9 Kita Cerai
- Bab 10 Batas Waktu Pernikahan
- Bab 11 Jangan menangis di depanku
- Bab 12 Apa pun bisa dijual
- Bab 13 Pria yang misterius
- Bab 14 Jangan menyiksa aku
- Bab 15 Jangan mendekati aku
- Bab 16 Saling main siasat
- Bab 17 Apa yang istimewa dari dirimu
- Bab 18 Ini bukan salahku
- Bab 19 Sebuah hasrat membunuh
- Bab 20 Jalan bertemu musuh itu sempit
- Bab 21 Satu Kasur
- Bab 22 Pinggangnya Sangat Langsing
- Bab 23 Mending Lahirkan Anak Untukku
- Bab 24 Aku Menginginkanmu
- Bab 25 Itu Adalah Bayiku
- Bab 26 Membunuh Anaknya
- Bab 27 Tidak Ingin Tidur Dengannya
- Bab 28 Kembalinya Cinta Pertama
- Bab 29 Aku Menyukainya
- Bab 30 Sebuah Cinta yang Bertepuk Sebelah Tangan
- Bab 31 Benar-benar Tidak Berguna
- Bab 32 Menjadi Wanitaku
- Bab 33 Kamu Tidak Boleh Menyentuhnya
- Bab 34 Suami Yang Pelit
- Bab 35 Tidak Memperbolehkannya Melahirkan Anak Ini
- Bab 36 Kembalikan Anakku
- Bab 37 Kamu Adalah Milikku
- Bab 38 Menerima Akibatnya
- Bab 39 Wajah Sesungguhnya
- Bab 40 Janjiku Tidak Akan Berubah
- Bab 41 Mengerutkan kening
- Bab 42 Ingin memelukmu
- Bab 43 Hanya Ingin Membunuhmu
- Bab 44 Jangan berpikir terlalu berlebihan
- Bab 45 Apa yang kamu lakukan?
- Bab 46 Bertemu dengan dewi
- Bab 47 Wanita licik
- Bab 48 Pemeran pembantu wanita jahat
- Bab 49 Dia adalah milikku
- Bab 50 Kamu yang mencelakai dia
- Bab 51. Kamu Paling Cantik
- Bab 52. Jadi Partner Perempuanku
- Bab 53. Kegeeran
- Bab 54 Tidak Akan Melupakan Janjiku
- Bab 55 Bermaksud Mengejarmu
- Bab 56 Masa Lalu
- Bab 57 Kenyataan pada masa lalu
- Bab 58 Tidak berperasaan
- Bab 59 Panggil Namaku
- Bab 60 Penakut
- Bab 61 Begitu Perhatian Denganku?
- Bab 62 Pria Simpanan
- Bab 63 Tidak Berhak Mengatakan Aku Cinta Padamu
- Bab 64 Bolehkah Aku Tidak Menjawab?
- Bab 65 Tidak Diizinkan Mencium Orang Lain
- Bab 66 Aku Memilih Leny
- Bab 67 Sudah Cukup Kamu Melihat?
- Bab 68 Kamu Tidak Cemburukah
- Bab 69 Jika Aku Bukan Apa?
- Bab 70 Diam-Diam Berciuman
- Bab 71 Sungguh Seorang Wanita Jahat
- Bab 72 Saingan Cinta yang Tidak Jelas
- Bab 73 Menjadikan Musuh Sebagai Teman
- Bab 74 Menjadi Tenang
- Bab 75 Memerban Luka
- Bab 76 Aku Adalah Kakakmu
- Bab 77 Aku Tidak Akan Memaafkanmu
- Bab 78 Mulai Kembali Dari Awal
- Bab 79 Kamu Pasti Akan Datang
- Bab 80 Tidak Tahu Malu
- Bab 81 Lepaskan Aku
- Bab 82 Tidak Mengingatnya
- Bab 83 Jangan Tersenyum Lagi
- Bab 84 Aku Menyukaimu
- Bab 85 Tidak Bisa Menyembunyikannya
- Bab 86 Semuanya Harus Mendengarkan Aku
- Bab 87 Jangan Sampai dilihat Orang
- Bab 88 Apakah Kamu Benar-Benar Percaya Padanya?
- Bab 89 Aku Percaya Padamu
- Bab 90 Ketulusan Cinta Kami
- Bab 91 Kamu Bukan Manusia
- Bab 92 Michael Chu Meninggal
- Bab 93 Aku Ingin Jemput Dia Pulang
- Bab 94 Aku Sudah Tidak Punya Ayah
- Bab 95 Rela Percaya Ada Hantu Dan Dewa
- Bab 96 Tidak akan memaafkanmu
- Bab 97 Terima kasih kamu ada di sisiku
- Bab 98 Kamu menggendong aku
- Bab 99 Bagaimana caranya
- Bab 100 Benarkah itu?
- Bab 101 Aku Masih Sahabatmu
- Bab 102 Kebenarannya Seperti Apa?
- Bab 103 Apakah Kamu Pembunuhnya?
- Bab 104 Kamu Menangis Karena Diriku
- Bab 105 Aku Akan Membantumu
- Bab 106 Wanita Tidak Seharusnya Terlalu Pintar
- Bab 107 Aku Benar-benar Menyukai Kamu
- Bab 108 Membunuh Ayah Dan Ibu
- Bab 109 Aku Menginginkan Jantung Dia
- Bab 110 Kita Kurang Lebih Sama
- Bab 111 Rahasia Tersembunyi
- Bab 112 Warisan Yang Hilang
- Bab 113 Kamu Bisa Bertahan Berapa Lama
- Bab 114 Aku Tidak Akan Menyerah
- Bab 115 Dia Sudah Meninggal
- Bab 116 Dia Tidak Mati
- Bab 117 Percayalah Padaku
- Bab 118 Bagaikan Di Neraka
- Bab 119 Kalian Lebih Baik Jangan Ganggu Aku
- Bab 120 Bodoh Dan Kejam
- Bab 121 Semua Sesuai Harapan
- Bab 122 Hamil
- Bab 123 Memiliki Anak Kembali
- Bab 124 Tidak Memiliki Keberuntungan
- Bab 125 Aku Tidak Ingin Bertemu Dengannya
- Bab 126 Mana Yang Benar Mana Yang Salah
- Bab 127 Apakah Kembar
- Bab 128 Kembang Api Bermekaran
- Bab 129 Bayi Baru Lahir
- Bab 130 Anak Itu Sudah Tiada
- Bab 131 Anak Yang Hilang
- Bab 132 Bercerailah
- Bab 133 Ada Awalannya
- Bab 134 Sulit Menjadi Ibu Yang Hangat
- Bab 135 Bertemu Musuh Lama
- Bab 136 Bersiap Untuk Kembali Memeriksa Kasus Ini
- Bab 137 Sampah Masyarakat
- Bab 138 Membuatmu Menderita Seumur Hidup
- Bab 139 Dibebaskan
- Bab 140 Semuanya Dimulai Dari Awal
- Bab 141 Izinkan Mereka Untuk Bertemu
- Bab 142 Mengapa Nyalimu Begitu Kecil?
- Bab 143 Dua Anak
- Bab 144 Pemilik Toko Makanan Pencuci Mulut
- Bab 145 Dimana Anakku?
- Bab 146 Mantan Kekasih
- Bab 147 Ancaman Terbesar
- Bab 148 Pasangan Ayah dan Anak
- Bab 149 Dia Hanyalah Wanita Simpanan
- Bab 150 Aku Bukan Wanita Simpanan
- Bab 151 Bertemu Kembali
- Bab 152 Jangan Bertemu Lagi
- Bab 153 Cuman Mau Sedikit
- Bab 154 Tenang dalam Menghadapi Masalah
- Bab 155 Pengejar
- Bab 156 Membuka tirai
- Bab 157 Penjahat yang paling besar
- Bab 158 Memberikan kesempatan
- Bab 159 Dia tidak lulus
- Bab 160 Aku adalah nenek buyutmu
- Bab 161 Bawa Dia Pergi
- Bab 162 Aku Tidak Salah
- Bab 163 Sifat Dari Keturunan
- Bab 164 Aku Takkan Mengalah
- Bab 165 Bunuh Saja Dia
- Bab 166 Aku sangat Merindukanmu
- Bab 167 Melly Cepat Lari
- Bab 168 Kita Mulai Lagi Dari Awal
- Bab 169 Tunggu Aku Menikahimu
- Bab 170 Dendam Yang Hilang
- Bab 171 Lebih Parah Daripada Binatang
- Bab 172 Selamat Tahun Baru
- Bab 173 Perjamuan Besar
- Bab 174 Pilihan Yang Sulit
- Bab 175 Aku Ingin Anak
- Bab 176 Kedamaian dan Kesenangan
- Bab 177 Paman Koki
- Bab 178 Mengenal Kembali
- Bab 179 Aku Juga Sudah Berubah
- Bab 180 Sebelum Pergi
- Bab 181 Pelukan Terakhir
- Bab 182 Hari-hari
- Bab 183 Dia Adalah Ayahku
- Bab 184 Apakah Kalungmu
- Bab 185 Pelanggan Misterius
- Bab 186 Bocah lelaki
- Bab 187 Takdir cinta telah tiba
- Bab 188 Kurangi menonton TV dan lebih giat belajar
- Bab 189 Bukan orang lama
- Bab 190 Pengagum yang sempurna
- Bab 191 Misteri Vila
- Bab 192 Siapa Yang Menjagaku
- Bab 193 Berebutan Cemburu
- Bab 194 Dua Jodoh
- Bab 195 Hukuman Untukmu
- Bab 196 Hukuman Yang Bodoh
- Bab 197 Kamu Salah Orang
- Bab 198 Memancing Bersama
- Bab 199 Tergerak
- Bab 200 Orang Yang Ingin Didekati
- Bab 201 Terjebak semakin dalam
- Bab 202 Yulius Zhu
- Bab 203 Aku tidak akan tertarik kepadamu lagi
- Bab 204 Kamu benar-benar ayahku?
- Bab 205 Tinggallah
- Bab 206 Kehangatan Sesaat
- Bab 207 Aku Di Sebelah
- Bab 208 Sekeluarga berkumpul
- Bab 209 Kakaknya Melly
- Bab 210 Rumah Baru
- Bab 211 Namanya Jelek
- Bab 212 Apa Yang Kamu Lakukan
- Bab 213 Kamu Jangan Sentuh Aku
- Bab 214 Kaki Patah
- Bab 215 Sangat Risih
- Bab 216 Aku Perlu Dirimu Merawatku
- Bab 217 Kehidupan Sangat Memusingkan
- Bab 218 Mencoba Untuk Hidup Bersama
- Bab 219 Saling Menjaga
- Bab 220 Oleskan Salep Untukku
- Bab 221 Benar-Benar Tidak Rela
- Bab 222 Orang Yang Berbeda
- Bab 223 Hal Yang Disukai
- Bab 224 Kamu Berbohong Padaku Lagi
- Bab 225 Pergi Meninggalkan Rumah
- Bab 226 Kehilangan Muka
- Bab 227 Sangat Tidak Enak Dimakan
- Bab 228 Aku Akan Melindungimu Selamanya
- Bab 229 Aku Masih Mencintaimu
- Bab 230 Aku Ingin Tahu Semua
- Bab 231 Ya, Aku Tahu
- Bab 232 Yuliana?
- Bab 233 Orang Yang Aneh
- Bab 234 Mimpi Buruk Datang Kembali
- Bab 235 Hanya Mimpi Buruk
- Bab 236 Dia Sudah Mati
- Bab 237 Tiga Hadiah
- Bab 238 Berjumpa Teman Lama
- Bab 239 Dua Orang Yang Sama Sekali Berbeda
- Bab 240 Hadiah Pertama
- Bab 241 Sangat Memalukan
- Bab 242 Bagaimana Cara Menghibur Wanita
- Bab 243 Sebagai Pemberian Gratis
- Bab 244 Menikahlah Denganku
- Bab 245 Kita Menikah Yuk
- Bab 246 Ketika Pernikahan Berlangsung
- Bab 247 Hadiah Melvin
- Bab 248 Siapa Pengantin Laki-Lakinya
- Bab 249 Idola Semua Orang
- Bab 250 Saat Pernikahan Berlangsung
- Bab 251Saingan Cinta Yang Tak Terhitung Jumlahnya
- Bab 252 Perjamuan
- Bab 253 Wanita Pengosip
- Bab 254 Memamerkan Kebahagiaan
- Bab 255 Mimpi Buruk Datang
- Bab 256 Semua salahku
- Bab 257 Sebenarnya dimana
- Bab 258 Kamu bukan iblis
- Bab 259 Retak
- Bab 260 Penyelamat
- Bab 261 Perbaiki Perlahan-lahan
- Bab 262 Penipu Kecil yang Baik Hati
- Bab 263 Anak Lelaki yang Pemalu
- Bab 264 Mata di Belakang
- Bab 265 Manusia Operasi Plastik
- Bab 266 Kejutan Besar
- Bab 267 Pengantin Pria yang Misterius
- Bab 268 Ibu, Cepat Lari
- Bab 269. Mawar Merah Misterius
- Bab 270. Laporan Pemeriksaan yang Sempurna
- Bab 271 Pacar Yang Angkuh
- Bab 272 Pria Yang Lemah
- Bab 273 Dua Iblis Kecil
- Bab 274 Pelan-Pelan Mendekat
- Bab 275 Masuk Perangkap
- Bab 276 Umpan
- Bab 277 August Leng Muncul
- Bab 278 Orang Gila
- Bab 279 Kekacauan
- Bab 280 Pemenang
- Bab 281 Mengontrol Segalanya
- Bab 282 Jiwa Yang Terkontrol
- Bab 283 Kita Selamanya Bersama
- Bab 284 Merah Darah
- Bab 285 Prilaku Aneh
- Bab 286 Jiwa Yang Terpenjara
- Bab 287 Siapa Pembunuhnya
- Bab 288 Dia Pantas Untuk Mati Sekali Lagi
- Bab 289 Menemukan Kembali Dirinya Yang Asli
- Bab 290 Kekasihku
- Bab 291 Aku menunggumu
- Bab 292 Hutangku padamu
- Bab 293 Ingatan palsu
- Bab 294 Berkenalan kembali
- Bab 295 Namaku Wirianto Leng
- Bab 296 Ingatan yang Hilang
- Bab 297 Dia Terlihat Tampan
- Bab 298 Aku Sangat Berprinsip
- Bab 299 Mulai Menyukainya
- Bab 300 CEO yang Arogan
- Bab 301 Mari Kita Tidur Satu Kamar
- Bab 302 Tidur yang Nyenyak
- Bab 303 Membencinya
- Bab 304 Kamu Amnesia
- Bab 305 Lepaskan Pakaianmu
- Bab 306 Tidak Bisa Menerima Kenyataan
- Bab 307 Masa Lalu yang Pahit
- Bab 308 Semua Kenyataan
- Bab 309 Sisi Gila Dia
- Bab 310 Jangan Berpisah Lagi
- Bab 311 Menjaga Jarak
- Bab 312 Aku Bersedia Berubah Demi Kamu
- Bab 313 Hadiah Untukmu
- Bab 314 Maafkan Diri Sendiri
- Bab 315 Melihat Sinar Matahari Kembali
- Bab 316 Tidak boleh terbiasa menjadi orang baik
- Bab 317 Anggota keluarga baru
- Bab 318 Jangan mengoda serigala lapar
- Bab 319 Satu keluarga berkumpul
- Bab 320 Asing tapi familier
- Bab 321 Makan Malam Yang Telah Lama Hilang
- Bab 322 Awal Yang Baru
- Bab 323 Peluk Aku Dengan Erat
- Bab 324 Apakah Sudah Cukup
- Bab 325 Orang Yang Aneh
- Bab 326 Kehidupan Baru
- Bab 327 Masa kehamilan
- Bab 328 Orang Yang Aku Cintai
- Bab 329 Kumpul Keluarga
- Bab 330 Merawat Kehamilanmu Dengan Tenang
- Bab 331 Memakai Gaun Pengantin
- Bab 332 Pernikahan Yang Sempurna
- Bab 333 Segalanya Yang Indah
- Bab 334 Anak Yang Baru Lahir
- Bab 335 si Putri Kecil
- Bab 336 Kalang Kabut
- Bab 337 Ayah yang Baik
- Bab 338 Kacau balau
- Bab 339 Si Kecil Bulat
- Bab 340 Pulang Ke Rumah
- Bab 341 Keluarga Dengan 5 Anggota Keluarga
- Bab 342 Ayah Rumah Tangga Professional
- Bab 343 Sedikit Cemburu
- Bab 344 Siapakah Orang Yang Paling Dicintai
- Bab 345 Senang Setiap Hari
- Bab 346 Bulan Madu
- Bab 347 Aku bersedia berada di sisimu setiap saat
- Bab 348 Orang tua yang berbeda
- Bab 349 Kejutan yang tiba-tiba
- Bab 350 Tebak dimana
- Bab 351 Bulan Madu
- Bab 352 Tempat yang Misterius
- Bab 353 Rumah yang Hangat
- Bab 354 Menyukaimu
- Bab 355 Seperti Cinta Pertama
- Bab 356 Hal yang memalukan
- Bab 357 Memanggang Kentang
- Bab 358 CEO Tian (CEO Manis)
- Bab 359 Saling bergantung
- Bab 360 Pilek
- Bab 361 Hadiah
- Bab 362 IQ yang Melemah
- Bab 363 Kehidupan yang Tenang
- Bab 364 Masalah yang Datang ke Rumah
- Bab 365 Saingan Cinta
- Bab 336 Kecanduan Berakting
- Bab 367 Mencari Masalah Sendiri
- Bab 368 Terlalu Kejam
- Bab 369 Benar-Benar Kejam
- Bab 370 Hadiah Orang Lain
- Bab 371 Pria yang Aneh
- Bab 372 Sedikit Aneh
- Bab 373 Pelamar
- Bab 374 Hadiah
- Bab 375 Pria yang Sempurna
- Bab 376 Orang terkasih yang sempurna
- Bab 377 Tidak masuk akal
- Bab 378 Desas-desus adalah hal yang menakutkan
- Bab 379 Pernyataan manis
- Bab 380 Kekasih misterius
- Bab 381 Seven Years Of Love
- Bab 382 Tempat Yang Hilang
- Bab 383 Wanita Misterius
- Bab 384 Sebuah Ketakutan Yang Tidak Perlu
- Bab 385 Hadiah Aku
- Bab 386 Aku Sudah Pulang
- Bab 387 Gosip Baru
- Bab 388 Ketakutan dan Kegelisahan
- Bab 389 Muncul Di Depan Umum
- Bab 390 Memilih Gaun Pesta
- Bab 391 Pasangan yang Sempurna
- Bab 392 Berdanda Denganmu
- Bab 293 Artiker yang Memalukan
- Bab 394 Rumor yang Tak Tertahankan
- Bab 395 Tujuan Wisata yang Baru
- Bab 396 Mengemudi Sendiri
- Bab 397 Proposal Yang Konyol
- Bab 398 Pedagang Kaki Lima
- Bab 399 Kenangan Yang Indah
- Bab 400 Terus Menuju Ke Depan
- Bab 401 Si Pecemburu
- Bab 402 Aku sangat mencintaimu
- Bab 403 Berendam di sumber air panas
- Bab 404 Coba aku lihat
- Bab 405 Pulang
- Bab 406 Sudah sampai di rumah
- Bab 407 Dalang di balik belakang
- Bab 408 Keluargaku
- Bab 409 Hidup Bahagia